Share

Part 8

SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (8)

"Kau bisa racuni makanannya, buat seolah-olah Si buruk rupa yang melakukan itu, bukankah selama ini dia yang memberi makan Zain? Jadi kurasa wanita buruk rupa itu cocok dijadikan kambing hitam."

Tubuhku bergetar sangat hebat saat mendengar pembicaraan dua orang di dalam sana. Mengapa mudah sekali kata-kata itu keluar dari mulutnya, seolah menghabisi nyawa seseorang itu bukanlah perkara besar.

"Kau benar, mengapa selama ini aku tidak kepikiran, ya?" Ibu malah bertanya sedemikian rupa bukannya membantah.

Oh, tuhan, ternyata selama ini aku hidup bersama dengan manusia yang kejam. Tidak salah ibu membenci Mas Zain, akan tetapi menjadi salah ketika ibu berniat membunuhnya.

Padahal, pria itu tidak tahu sama sekali apa yang telah terjadi padanya selama ini, dia pikir ibu adalah ibu kandungnya. Bagaimana caranya aku menceritakan semua ini pada Mas Zain?

Aku menjauh dari depan pintu kamar ibu, dari jauh aku melihat Clara. Ternyata wanita itu sudah dibebaskan. Dia menatapku sinis dan langkahnya perlahan semakin menajam, wanita itu mendekatiku.

"Lo kan yang laporin gue?" Clara bertanya setengah menuduh membuat aku sontak menggelengkan kepalaku cepat.

"Tidak! Bukan aku Ra ..."

"Halah ngaku aja lo, kalau bukan lo terus siapa lagi. Laki lo yang lumpuh dan menyusahkan itu?"

"Aku berani bersumpah bukan aku."

"Gue ga peduli sumpah dusta lo, liat aja nanti kalau hal yang sama terulang kembali."

Setelah mengatakan hal tersebut Clara langsung pergi meninggalkan aku yang masih mematung di tempatku.

***

Sejak tadi ibu sibuk memasak di dapur, aku hanya memperhatikan gerak-geriknya dari jauh dikarenakan ibu tidak ingin aku membantunya.

Aneh sekali bukan, biasanya ibu begitu senang memerintah, bahkan selama ini dia tidak pernah menyentuh satu pun benda-benda masak. Hei, lalu apa yang terjadi dengannya hari ini.

Padahal hari ini merupakan hari H acara pernikahan Kak Tania. Ya walau pun akad sudah terlaksana sepuluh menit yang lalu, akan tetapi seharunya ibu di depan menyambut tamu-tamunya yang jumlah mencapai ribuan orang.

"Ibu sedang apa? Bukankah di depan banyak makanan?" tanyaku. Akhirnya aku memberianikan diri untuk bertanya.

"Kau tidak perlu tahu, sana jauh-jauh! Sebaiknya kau kedepan patau makanan jangan sampai tamu-tamuku kehabisan makanan!" kata ibu sedangkan aku hanya mengangguk pasrah.

Jika kalian berpikir pakaianku hari ini bersih dan mewah khas pakaian orang-orang selayaknya saat menghadiri pesta pernikahan. Maka kutegaskan kalian salah besar.

Aku hanya memakai baju lamaku yang umurnya mungkin sudah sekitar tiga tahun, bahkan warna bajuku saja sudah sangat pudar, dengan rambut yang kusanggul dan kini mulai berantahkan.

Jika ada penampilan yang bisa disamakan denganku maka itu adalah penampilan pembantu.

Padahal ini juga rumahku, tapi aku merasa asing di sini, di tambah lagi semua kerabat ibu yang bersikap seolah-olah menguasai rumah, aku benar-benar tidak nyaman.

"Mengapa ada pengemis di sini," seseorang mengejekku.

"Dia bukan pengemis," kata teman wanita tadi sambil ikut menatap penampilanku dari atas hingga bawah.

"Lalu?"

"Pemulung?"

Seolah-olah, itu adalah puncak komedi mereka tertawa begitu keras bahkan sangat keras hingga mmebuat aku sedikit risih.

Aku memilih mengabaikan mereka, duduk diam sambil melihat ke arah pelaminan. Namun tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku.

"Bagaimana kabarmu?" tanya pria itu. Mataku membulat saat melihatnya, aku tersenyum ramah sambil menunjuk dia dengan jari.

"Kau? Sedang apa kau di sini?" tanyaku bingung.

"Aku mendapatkan undangan dari acara penikahan ini," katanya.

"Undangan? Dari siapa? Kamu kenal kak Tania atau ibu?"

"Ah, ngomong-ngomong mengapa kau sendiri? Di mana suamimu?" tanya pria itu. Aku tahu bahwa dia sedang mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Dia kurang sehat, makanya memilih istirahat saja," kataku dan pria itu mengangguk paham.

"Ah, ngomong-ngomong kita sering bertemu, akan tetapi aku lupa menanyakan namamu," kataku.

"Perkenalkan Hans," katanya.

Laki-laki yang sedang berbincang denganku tidak lain dan tidak bukan adalah laki-laki yang sama yang selalu mengirimkan aku barang-barang dari atasan misteriusnya.

"Ohh, di mana istrimu?" tanyaku, dan pria itu menunjuk seorang wanita cantik yang sedang berbicara santai dengan beberapa wanita yang lain.

Hans memberikan isyarat pada sang istri untuk mendekat.

Tunggu! Aku kenal wanita itu.

"Tasya?"

"Shanti?"

Aku memanggil namanya dan begitu pun dia yang juga memanggil namaku heboh.

"Kau? Sedang apa kau di sini?" tanya wanita itu, dia memelukku erat, seolah tidak merasa jijik dengan tubuhku, padahal dia sudah begitu cantik sekarang, akan tetapi ia masih mengingatku.

"Dia wanita yang sering aku ceritakan itu, Sayang!" jawab Hans membuat Tasya melepaskan pelukannya lalu menatapku tidak percaya.

"Kau beruntung sekali Tasya! Nasibmu sangat baik," kataku.

Dia menggelengkan kepalanya.

"Oh my god, Shanti, aku selalu menebak-nebak siapa wanita beruntung yang sering suamiku ceritakan, ah ternyata itu kau?" Aku tidak mengerti dengan arah pembicaraan Tasya.

"Kau lebih beruntung dariku Shanti," katanya lagi, ia memijiti tangaku dengan lembut.

"Apa kau lelah hari ini? Tidak mengapa kau harus sabar," katanya lagi, aku menatap Hans, mencoba mencari jawaban atas setiap perkataan Tasya, akan tetapi Hans terlihat tidak ingin menjelaskan apa pun.

"Hai itu Hans!" tiba-tiba seorang wanita berkata dengan sedikit berteriak.

Aku melirik dan kudapati ternyata itu adalah teman Kak Tania yang katanya berkerja pada boss misterius.

"Memangnya dia siapa?" tanya kak Tania, padahal banyak tamu di hadapannya yang hendak bersalaman namun diabaikan.

"Apa kau ingat Tania? Tentang boss tempatku berkerja? Boss misterius?" tanya wanita itu.

"Ya, memangnya kenapa?" tanya Kak Tania bingung.

"Hans itu adalah asisten pribadi boss tempatku bekerja, hanya dia yang kenal dan tahu wajah asli boss di perusahaanku."

Aku terdiam cukup lama mendengarkan jawaban teman Kak Tania? Perlahan aku semakin menemukan titik terang.

Siapa Hans sebenarnya? Dan mengapa boss itu sering sekali mengirim sesuatu untukku?

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status