Masuk"Mulai sekarang, nama kamu adalah Rony Santoso. Tak ada lagi nama Abisatya di dalam nama kamu. Tapi, kalo kamu ingin rasa sakit hatimu kembali lagi, kamu bisa memakainya kembali," tutur kata ibu angkat rony yang melintas kembali dalam benaknya.Rony menghela nafas panjang. Jemari tangannya perlahan menyerahkan benda layar pipih itu pada pemiliknya."Kenapa kebetulan sekali?" ucap rony tersenyum getir."Apanya yang kebetulan, Pak?" tanya Ega penasaran. Dahinya mengernyit menatap rony yang terlihat memikirkan sesuatu.Rony mendongak. Senyumnya mengembang sempurna tatkala menutupi kesedihan yang datang secara tiba-tiba."Sore nanti, kita datang ke rumahnya. Bawakan hadiah berharga dan kembalikan uang miliknya yang pernah ku serahkan padamu itu!" perintah Rony begitu tegas."Baik, Pak!" jawab Ega seraya mengangguk."Dan satu lagi! Cari tau keluarga Abisatya yang berhubungan dengan Shera," kata rony seraya meremas jemari tangannya. Sesuatu hal yang membuatnya bisa mengendalikan rasa amarah
Flashback Rony mengerutkan kening. Tatapan matanya tertuju ke arah wanita yang babak belur akibat serangan dari asisten pribadinya itu."Siapa yang menyuruh kamu? Katakan! Atau kamu ingin kedua kakimu patah?" Ancam ega dengan tongkat yang bersiap menghantam kedua kaki wanita tersebut.Rony menegak salivanya dengan paksa. Sungguh, dalam hati kecilnya sangat tak percaya dengan kekerasan yang keluar dari diri asistennya itu. Sama sekali tak peduli, orang yang dihadapi adalah seorang wanita."Katakan!" teriak ega terdengar memekak telinga.Lamunan rony buyar. Bibirnya merapat mengimbangi rasa khawatir yang datang tiba-tiba."Jangan-jangan dia mau mengejar mereka gara-gara ini?" tebak Rony menghela nafas panjang. Tatapan bola matanya mengernyit ke arah ega yang sudah menjauh darinya."Aku tak bisa membiarkan dia salah langkah lagi!" gumam rony mengambil ponsel yang bersembunyi di balik saku jas hitamnya.Manda menoleh ke belakang. Terlihat begitu jelas ada lelaki yang mengejar mereka ber
Shera menegak salivanya dengan paksa. Memandang lelaki yang pernah di tolongnya kini duduk pada satu kursi yang memanjang."Jika uang gantinya kurang, kakak bisa menghubungi saya ke nomor ini," perkataannya kemarin terlintas kembali dalam benaknya."Apa mungkin uang yang aku berikan kurang ya? Padahal, aku sudah memberinya sepuluh juta! Masa' kurang?" gumam batin Shera memicing."Tapi, kalo kurang bagaimana? Meskipun, bara memberiku kartu unlimited, Aku tak mungkin mengambil uangnya. Bara sudah banyak mengeluarkan uang untukku. Mulai dari hutangnya ayah, hutangku pada rentenir, renovasi rumah dan ...," kata shera terhenti saat ada cubitan kecil mengarah pada tangan kirinya."Apa sih, Kak?" lirih Shera sembari mengusap tangannya yang terasa sakit bekas cubitan sang kakak."Kamu nggak dengar? Orang itu memanggilmu?" bisik manda yang seketika mengejutkan Shera.Shera menoleh. Senyumnya mengembang sempurna menghadapi orang yang akan membuat keuangannya akan terkuras."Maaf, kak Rony. Say
"Shera Anjani," ucap bara yang membuat shera tak mampu berucap. Sebuah panggilan yang memperlihatkan kesabaran bara sudah habis.Tatapan matanya yang tajam tanpa ada senyum yang khas tersirat jelas pada wajah tampan yang di miliki bara Abisatya."Kita baru saja baikan. Kamu malah mulai lagi!" gerutu bara mendesah sebal. Dan melepas pelukannya begitu saja sembari memejamkan kedua mata. Shera tak berhenti mengerjapkan kedua mata. Bibirnya merapat mengimbangi rasa bersalah yang datang menguasai. Dan untuk pertama kalinya dalam berumah tangga, ia melihat bara ngambek padanya."Ehmmmm, apa aku salah ya? Bertanya seperti itu?" batinnya bertanya. Berpikir sejenak sembari mencerna perkataan yang telah terucap."Tapi kan, aku hanya bertanya saja! Kenapa dia marah?" hatinya bergumam seraya melirik ke arah bara yang kini berbaring di sampingnya."Tapi, aku juga tak boleh egois. Bagaimanapun juga kami sudah menjadi keluarga. Jika salah satu tak ada yang mengalah. Bisa-bisa, rumah tangga akan kan
"Kamu bilang sama bara, Sher. Tak usah lagi merenovasi rumah kita ini. Yang ada, banyak orang jahat yang mengincar isi rumah kita ini!" Perkataan kak manda mengingatkannya kembali.Dengan cepat, jemari tangannya meraih stik golf milik sang ayah yang selalu ia simpan dalam kamar.Melangkah mengendap-endap menghampiri seseorang yang mencoba membobol rumahnya."Aku tak akan membiarkanmu masuk ke sini! Dan aku akan pastikan tanganmu tak bisa ...," kata shera terhenti. Dua bola matanya terbelalak kaget. Jemari tangannya dengan spontan menurunkan stik golf tersebut. Semangat empat lima yang bersiap menjatuhkan pencuri mendadak pupus melihat orang yang ia tuduh sebagai pencuri itu adalah bara, suaminya sendiri."Apa kamu berniat membunuh suamimu sendiri?" tanya bara menutup jendela itu kembali.Shera menghela nafas panjang. Ia meletakkan kembali stik golf tersebut tepat di atas meja rias miliknya. "Ngapain kamu ke sini?" Shera duduk tanpa menatap ke arah bara.Bara meneguk salivanya dengan p
"Saya turut prihatin dengan apa yang terjadi pada lea, Bu. Tapi, maaf beribu maaf. Saya tak bisa memenuhi keinginannya itu. Saya sudah menikah!" ucap Bara dengan pasti.Ibu meta tercekat seketika. Harapannya seakan hancur ketika pernyataan itu keluar begitu mudahnya."Jika kamu tak keberatan, kamu bisa menjadikan lea menjadi istri kedua kok, Bar! Kamu nggak perlu buru-buru mengambil keputusan. Kamu juga bisa merundingkan semua ini dengan istri kamu!" ucap ibu Meta yang seketika mengejutkan bara. Sungguh, ia tak menyangka ibu meta memberikan pendapat yang sangat dibenci oleh putrinya."Maafkan saya, Bu. Saya sangat mencintai istri saya. Saya tak mungkin mengkhianati dia!" tegas Bara."Lalu, bagaimana dengan nasib lea, Bar. Kamu tega ya, menyakiti perasaannya di saat terakhirnya? Kamu nggak kasian sama ibu juga?""Maafkan saya, Bu!" Ibu meta terdiam sejenak. Memikirkan alasan yang bisa di terima oleh bara."Ok, Bara. Kalo kamu nggak mau menikah dengan lea. Setidaknya, tolong beri wakt







