Share

Sun in My Heart
Sun in My Heart
Penulis: Nitaosh94

Pertemuan

Hari yang sangat cerah, matahari menyinari kota Jakarta. Terlihat seorang gadis sedang membawa sebuah amplop coklat berisikan lamaran kerja, kesana-kemari dia memasukkan lamaran kerja di setiap perusahaan sampai hari berganti menjadi sore, gadis tersebut masih terus memberikan surat lamaran kesetiap Perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan.

Tak mudah baginya untuk mendapatkan pekerjaan karena dia belum mempunyai pengalaman apapun, dia baru saja lulus dari study-nya di SMA. Di Zaman modern ini sangat begitu keras, kalian harus memiliki skill yang bagus dan otak yang cerdas pula tentunya dengan lulusan sarjana serta pengalaman di dunia kerja yang menjadi prioritas agar kamu bisa diterima kerja di suatu perusahaan apalagi seperti di Kota Jakarta ini.

Gadis malang bernama Sun, telah sebulan dia menganggur. Begitu banyak lamaran yang dia dimasukkan, tapi tidak ada satu pun yang menerimanya, semua lamaran tertolak begitu saja.

"Aku harus bagaimana lagi?" Dengan lesu tak habis-habisnya dia mengeluh.

"Sabar kak, kakak pasti bisa. Ayo semangat kak." Adiknya Siska menyemangati sang kakak.

"Iya, kamu benar. Kakak Sun harus semangat."

Siska tersenyum, kakaknya kembali bersemangat.

Mereka hanya hidup berdua, kedua orang tuanya sudah lama meninggal dunia sejak mereka masih kecil. Selama ini Sun lah yang berusaha membiayai sekolah serta makan mereka berdua dengan cara berjualan kue. Setelah dia lulus dari SMA dia memutuskan untuk berhenti berjualan kue, karena menurutnya dia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi untuk meninggikan derajat mereka agar tidak dipandang sebelah mata oleh orang-orang disekitarnya.

Keesokan paginya, setelah mengantarkan adiknya ke Sekolah, Sun langsung melanjutkan perjalanan untuk memberikan lamaran di Perusahaan pengolahan bahan baku dengan posisi sebagai asisten manajer, lowongan tersebut didapatkannya melalui info dari internet.

Perusahaan Artchih Raw Material, yaitu perusahaan dibidang pengolahan bahan baku terbesar di Jakarta. Perusahaan ini telah berdiri sekitar 20 tahun yang dulunya masih dipimpin oleh Bapak Bagas Bripratama, setelah pensiun digantikan oleh anak tunggalnya bernama Yudha Bripratama.

Yudha Bripratama, lulusan dari Universitas terkemuka di Inggris. Setelah lulus, dia kembali ke Indonesia untuk menggantikan sang ayah mengurus bisnisnya di Jakarta.

Saat Sun melamar di Perusahaan tersebut, lamarannya sudah diterima oleh Yudha dan sudah dibaca olehnya. Dia merasa tersentuh dengan lamaran itu dan memutuskan menerima Sun untuk berkerja disana.

Suatu kebahagiaan bagi Sun saat mengetahui lamarannya diterima. Sun masih tidak menyangka dia bisa bekerja di Perusahaan sebesar ini dengan posisi yang bisa dibilang tinggi. Tak henti-hentinya Sun bersyukur saat menerima email tersebut.

'Sun Pristy, nama yang bagus.' Batin Yudha.

"Bagaimana dengan pegawai baru itu? Kamu sudah menemukannya?" Tanya Bagas Bripratama kepada Yudha.

"Sudah, Pa." Yudha tersenyum.

"Baguslah kalau begitu." Pak Bagas tersenyum.

Hari pertama bekerja, membuat Sun panas dingin harus berhadapan langsung dengan pemilik perusahaan tersebut, dia merasa minder dan malu dengan karyawan disana, dia hanya memakai kaos dan sendal, dia tak punya kemeja maupun sepatu seperti yang biasa orang kantoran gunakan dan pikirannya menjadi tidak karuan, dia takut tidak bisa berbaur dengan semua orang disana.

Dia memasuki Kantor, semua tatapan tertuju pada Sun. Mulai terdengar bisik-bisik tentang dirinya, sampai tibanya Yudha bersama ayahnya memasuki kantor, keadaan berubah menjadi hening.

"Kamu yang bernama Sun? Benar?" Tanya Pak Bagas.

"Iya, benar Pak."

"Silakan kamu ikut ke Ruangan anak saya, Yudha. Nanti disana akan dijelaskan sedikit tentang pekerjaan kamu dan SOP di Perusahaan ini."

"Baik, Pak." Sun mengikuti Yudha memasuki ruangannya.

"Silakan duduk." Sun duduk sesuai perintah.

"Perkenalkan saya Yudha, anak dari Bapak Bagas selaku pemilik perusahaan ini."

Sun hanya mengangguk.

"Jadi posisi kamu disini sebagai asisten manajer, berikut SOP yang harus dipatuhi di Perusahaan ini." Ucap Yudha sambil memberikan buku SOP perusahaan kepada Sun.

"Baik, Pak."

"Itu saja, kamu diperbolehkan keluar."

Sun langsung keluar sesuai dengan apa yang diperintahkan.

Sun membawa buku SOP tersebut lalu duduk ditempat duduknya dan membaca buku tersebut dengan seksama.

'Ternyata banyak sekali ya peraturannya.' Batin Sun.

"Ini ternyata karyawan baru pengganti Pak Hans?" Ucap salah satu karyawan disebelah kanan Sun.

"Lugu sekali cewek ini. Apakah bisa seperti Pak Hans?" Ucap salah satu karyawan disebelah kiri Sun.

"Cukup!" Yudha keluar dari Ruangannya setelah mendengar ocehan yang menyudutkan Sun.

"Kalian telah melanggar SOP ke-empat, yaitu larangan terhadap aktivitas pembulian diarea Kantor."

Semua karyawan yang tadinya menyudutkan Sun terdiam mendengar ucapan yang diutarakan oleh Yudha.

"Resti, Yesi. Kalian berdua ikut ke Ruangan saya."

Resti dan Yesi hanya terdiam dan menunduk lalu mengikuti Yudha ke Ruangannya.

Yudha mengeluarkan dua surat peringatan yang tertuju untuk Resti dan Yesi. Setelah mendapat surat tersebut, mereka keluar dengan raut wajah kesal lalu menghampiri Sun di Mejanya dan berkata, "Ini semua gara-gara kamu, baru saja hari pertama kerja sudah buat masalah saja. Awas ya kamu!"

Yudha memanggil Sun ke Ruangannya dan setelah mendapat ancaman dari Resti dan Yesi, Sun langsung menuju Ruangan Yudha.

"Jika ada yang bertindak semena-mena seperti tadi, silakan laporkan kepada saya. Mengerti?"

Sun mengangguk, "Mengerti, Pak."

"Saya tahu bahwa barusan mereka telah mengancam kamu bukan?"

"Enggak, Pak."

"Jangan bohong, disini semua karyawan diminta kejujurannya, jadi semua karyawan harus jujur dan tidak boleh berbohong sama sekali. Kamu sudah baca bukan? Di SOP pertama sangat tertera jelas."

"Iya Pak, saya mengerti dan paham."

"Baiklah, itu saja. Kamu diperbolehkan keluar."

Sun menuruti sesuai dengan apa yang diperintahkan Yudha.

"Sun, Sun. Betapa baiknya dirimu dan begitu polosnya kamu." Yudha tersenyum, lalu diam-diam dia memperhatikan Sun yang sedang membaca kembali buku SOP yang dia berikan tadi.

"Halo, Sun. Salam kenal ya, Aku Disa."

Sun tersenyum, "Halo juga kak."

"Semoga betah ya, jangan dipikirkan ucapan Resti dan Yesi barusan ya. Mereka orangnya memang begitu. Anggap angin lalu saja."

"Iya."

"Nggak usah sungkan, atau malu untuk bertanya ya. Kalau ada yang tidak kamu mengerti, kamu bisa tanyakan kepadaku."

"Makasih kak."

Disa tersenyum.

Disa merupakan adik sepupu Yudha. Disa tidak bisa dibohongi oleh gerak-gerik Yudha, dia tahu persis apa yang Yudha rasakan saat ini dan dia mendukung semua itu.

Disa mengambil handphonenya lalu mengirimkan pesan kepada Yudha.

~Kak Yudha~

Semangat ya kak. Aku dukung.

Tring! Tring!

Yudha mengecek pesan masuk di handphonenya.

~Disa~

Semangat ya kak. Aku dukung.

Yudha tersenyum setelah mendapatkan pesan dari Disa.

"Dia memang paling mengerti aku."

Yudha membalas pesan dari Disa.

~Disa~

Kamu memang adik terbaik deh. Makasih ya Disa.

Disa mengacungkan kedua jempolnya memperlihatkan kearah Yudha dan dibalas senyuman oleh Yudha.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status