Beranda / Rumah Tangga / Surya di Batas Senja / Kekasih si Wanita Kedua

Share

Kekasih si Wanita Kedua

Penulis: 9inestories
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-03 19:04:12

Senja berdiri di depan Suite Room 143, jantungnya berpacu. Inilah tersangka utama—tempat tinggal wanita yang disebut-sebut sebagai perusak hubungan lima belas tahun.

Dengan berbekal nama Dirgantara Mulia, Senja dengan mudah bisa memperoleh akses menuju arsip data para tamu. Kelam sudah take off sekitar satu jam yang lalu, tanpa mau memberitahukan identitas si wanita kedua. Ia hanya berpesan untuk menanyakannya ke bagian resepsionis dengan mempergunakan koneksi keluarga.

Lisette Ramirez. Si resepsionis berkata Lisette tidak datang seorang diri, ada pria yang menginap bersamanya. Rambut ikal, tinggi tegap dan kulit tan. Pria tersebut berkewarga-negaraan Italia, sama seperti Lisette.

"Apakah mereka suami-istri atau sepasang kekasih?"

"Saya kurang tahu, Mrs. Waringin. Tapi, mereka menempati suite yang menyediakan dua tempat tidur."

Senja manggut-manggut, ia pun undur diri, tidak mau merecoki karyawan hotel lebih jauh. Kasihan, jika nanti wanita itu kena tegur manager karena membocorkan privasi tamu.

"Sepertinya aku harus bertandang ke suite mereka!"

Senja merasa seperti berada dalam novel detektif, berburu wanita kedua dengan dalih simpati terhadap teman baru. Lalu, apa yang akan Senja lakukan setelah bertemu dengan si wanita kedua? Melabraknya? Senja sama sekali tidak mempunyai hak untuk melakukan itu. Ah! Dia sebenarnya hanya penasaran.

"Oh, hai ..." Senja sempat tertegun sejenak melihat penampakan Lisette.

Tubuhnya memang mungil seperti dirinya. Cantik dengan penampilan yang menggemaskan. Sepertinya, Lisette merupakan sosok ceria dan mungkin juga manja. Terkadang, sifat-sifat ini yang diinginkan oleh sebagian pria.

"Ya?' Jawaban dari Lisette membuat Senja tersadar. Wanita itu tersenyum ramah dan membuka pintunya lebar.

"Namaku Senja Mulia ..."

Senja mengedarkan pandangan, mengamati ruang di belakang tubuh Lisette, berusaha mencari-cari sesuatu atau seseorang yang mungkin berada di belakang tubuh Lisette.

"Masuklah dulu, sepertinya kau membutuhkan sesuatu dari kamarku?"

"Oh, itu! He he he ..." malu Senja karena telah kepergok.

Senja masuk ketika ia dipersilahkan, melangkah pelan menuju ruang tengah sembari mengamati. "Kau tinggal di sini sendirian?"

"Kita belum berkenalan, tapi aku tahu kau yang menempati suite termewah di sini."

"Oh, iya, maaf!" Senja mengulurkan tangan kanannya dan mereka pun berjabat tangan.

"Namaku Lisette Ramirez, panggil saja Lis. Dan untuk pertanyaanmu tadi, jawabannya adalah tidak. Aku di sini bersama kekasihku."

"Oh ya?" Senja memiringkan kepala. Ada rasa bangga seperti perasaan ketika seorang detektif mampu menemukan sebuah clue dari kasus yang ditangani.

"Duduklah dulu, sebentar lagi ia pasti sudah selesai. Ia sedang mandi."

Senja mengangguk, ia sengaja mengambil tempat duduk di satu sofa single yang mempunyai angle strategis ke seluruh ruangan. Lisette pamit ke dapur, mengambilkan Senja minuman dan mungkin beberapa kudapan. Cukup heran, karena itu bukan culture barat. Tapi, ini justru memberi Senja kesempatan untuk mengamati keadaan.

Benar apa yang dikatakan si resepsionis tadi. Terdapat dua bedroom di suite ini. Formasinya hampir mirip dengan suite yang Surya pesan untuknya, tapi lebih luas suite yang ia tempati. Satu yang membuat Senja tertarik adalah, jacuzzi yang berada di balcony. Ini tidak terdapat di suite miliknya. Mereka memiliki bath up tapi itu berada di dalam ruangan.

"Sudah pernah bercinta dengan pasanganmu di outdoor?" Pertanyaan itu tidak terlontar dari mulut Lisette, karena itu suara seorang pria, sedangkan Lisette sendiri masih berada di dapur.

Senja menoleh dan mendapati sosok yang ia cari melangkah pelan menghampiri tempat duduknya. Senyumnya begitu memukau, wajahnya rupawan dan kilat netra hazel itu begitu menyilaukan. Kembali, tanpa sadar, Senja terpesona.

"Ikal, tinggi tegap, sawo matang!" Senja bergumam dalam hati.

"D ..." ucap Senja kelepasan. Ia pun segera membungkam mulutnya dengan telapak tangan kanan.

"Damian Rossi, tepatnya!" ulur si pria berambut ikal. Senja menyambut ajakan perkenalan tersebut. "Maaf, karena telah menabrakmu tadi di belokan lantai lima," lanjut Damian.

Senja masih terpaku, ia mengangguk pelan seraya tersipu. Mendadak jantungnya bertalu. Wajah pria ikal itu begitu dekat dengannya, Senja mampu melihat dengan jelas fitur wajah Damian yang begitu sempurna. Ia mengerti sekarang kenapa Kelam mati-matian mempertahankannya dari serangan wanita kedua. Mempertahankan hubungan mereka selama lima belas tahun tanpa dukungan keluarga dari si pihak pria. Seperti Kelam, Damian Rossi adalah dewa Yunani!

"Bercinta di tengah malam di dalam jacuzzi di bawah langit bertabur bintang! Kau harus mencobanya, Miss?"

"Oh, Senja! Panggil aku Senja! Dan bukan Miss lagi tapi Mrs." Damian membuyarkan lamunan Senja.

"Oh, apakah kau kesini untuk berbulan madu?"

Senja hanya mengangguk, ia tidak tertarik untuk membicarakan tentang pernikahannya. Senja tidak ingin pria yang duduk di depannya ini sampai tahu jika suaminya meninggalkan dirinya sehari setelah malam pertama mereka.

"Jadi, benar kau yang menabrakku tadi?" Ia mengalihkan ke suatu topik lain. Tujuan sebenarnya Senja kemari.

Damian tertawa, "maafkan aku. Aku terburu-buru. Tapi, umpatanmu cukup menghibur juga."

Senja memalingkan muka, wajahnya memerah. Bukan lagi karena tersipu tapi lebih ke malu. Damian yang melihat tingkah menggemaskan Senja tertawa renyah, hingga membuat Senja kembali menoleh dan memperhatikan pria rupawan itu. Ia tersenyum samar, jantungnya masih setia berdebar.

"Kau tahu ..." Damian menghentikan tawanya, ia mencondongkan tubuhnya mendekati Senja, membuat Senja seketika menegang. Hembusan napas Damian menerpa lirih wajahnya.

"Aku menyukai wanita mungil yang menggemaskan! Terkadang mereka sangat liar jika bercinta!" bisik Damian tepat di depan wajah Senja.

Plak!

Mendadak sebuah tangan memukul bagian belakang kepala Damian.

"Jangan tanamkan hal-hal mesum pada tamu kita, Dami!"

Damian mendengus, ia memundurkan tubuhnya untuk duduk di sofa yang berseberangan dengan Senja. Pria itu masih menatap lekat Senja. Senja yang menyadari hal tersebut berdeham, sedikit salah tingkah.

"Aku biasa menjamu tamu, seperti kebiasaan orang Indonesia ya?" Lisette meletakan empat kaleng coke dan beberapa potong medovik di atas meja. "Dan aku baru saja membuat medovik, itu kesukaan kekasihku. Jadi, silahkan dicoba," sambungnya.

Senja menatap kue lapis khas Rusia itu, ia tersenyum. Ia tidak asing dengan kue berlapis madu tersebut, seseorang dari masa lalunya juga memiliki riwayat yang sama dengan medovik.

"Itu karena kekasih Lis merupakan orang Indonesia. Dia meniru kebiasaan itu," celetuk Damian, ia mencomot sepotong medovik dengan diiringi tatapan tajam dari Lisette. Pria itu hanya mengedikan bahu.

"Eh?! Bukannya kau adalah kekasihnya?"

"Aku/dia?!" ucap Lisette dan Damian serempak. Lisette mengarahkan telunjuknya ke arah Damian dan Damian menunjuk diri sendiri.

Senja menanggapi mereka dengan anggukan. Hening tercipta sesaat sebelum tawa mewarnai suite luas itu. Sepertinya Senja telah salah paham.

"Aku memang suka wanita mungil, tapi tidak juga aku meniduri adik tiriku sendiri!" kekeh Damian.

"Kalian bersaudara?" bingung Senja. Sekarang, ia merasa seperti detektif yang telah gagal mengungkap kasus.

"Papaku menikah dengan Mamanya saat usiaku sepuluh tahun. Jadi, ya! Kami bersaudara!"

"Lalu, siapa kekasihmu? Si D itu?"

Lisette dan Damian saling berpandangan. Ia tidak memahami maksud dari Senja. Bahkan, mereka bingung. Seorang asing bertamu ke suite mereka dengan tingkah yang mencurigakan dan bergumam mengenai D. Siapa itu D?

"Kalau soal siapa kekasih dari Lis aku bisa menjawabnya. Akulah orangnya!"

Lisette tersenyum sumringah, ia berjalan menghampiri seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi. Memeluknya dengan manja. "Sayang ..."

Senja menoleh, ia terbelalak. Darahnya terasa berhenti mengalir. Mulutnya kering dan degupnya bertalu, karena yang baru saja keluar dari kamar mandi bukan pria asing.

"Kau ...?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Surya di Batas Senja   Sejoli Bercinta

    -----Senja duduk di atas ranjang, bersilang kaki dengan potato chips di pangkuan dan diet coke di tangan. Ia tidak sedang melihat telenovela. Tidak, bukan itu! Melainkan ia memandangi -kembali, lukisan yang terpajang di ruang tidurnya. Entah kenapa ia begitu terobsesi dengan lukisan itu sekarang.Layaknya seorang detektif -yang yakin ada clue tersembunyi di balik lukisan tersebut, Senja mengamatinya dengan seksama. Hitung-hitung mengobati kejenuhan di suite mewah. Tidak mungkin juga, Senja terus-menerus meminta Damian untuk menemaninya jalan-jalan. Ia tidak ingin menimbulkan kecemburuan di pihak Donna, pacar Damian.Senja memicingkan mata, menatap leher si wanita dalam lukisan. Ada sesuatu yang familiar -leher jenjang yang menggoda itu, dan tahi lalat kecil di pangkalnya."Siapa kau?" bisiknya. "Kau bukan sekadar objek sensual. Aku tahu, kau nyata."Kedua bola mata Senja bergulir perlahan, dari leher jenjang si wanita menuju punggung lebar dan kokoh milik pria yang menindih tubuhnya.

  • Surya di Batas Senja   Pangkuan yang Menghanyutkan

    -----Sepeninggal Kelam, D masih berkutat pada laptop. Layar itu kini menampilkan sebuah video erotis. Percintaannya dengan si wanita kedua yang diam-diam terekam. Ia mencintai Kelam dan malam-malam panas mereka. Tapi, ia tidak bisa menampik bagaimana nikmat yang diberikan oleh si wanita kedua.Tubuh mungilnya menggeliat pasrah di bawah kendalinya, bibirnya tak berhenti mendesah. Ia meracau nikmat, memuji permainannya hingga meminta D mengulanginya lagi. Malam itu adalah malam dimana ia mampu menyingkirkan Kelam dari benaknya. Malam itu ia terjerat oleh pesona si wanita kedua. Melebur dalam hasrat yang begitu dahsyat, menyatu dalam nafsu yang memburu."Apa harus kuminta kau datang kesini?"Napas D memburu, kepalanya bersandar pada kursi. Ia merasakan gejolak memenuhi diri."Ya! Hanya sebentar," putusnya. Ia beranjak dari tempatnya lalu melangkah keluar menuju kamar tidur dan kembali lagi dengan sebotol wine di tangan. Ia ingin mabuk dan menyelami hasrat diri bersama si wanita kedua."

  • Surya di Batas Senja   Rona Malam di Antara Dirga

    ----- Aura dari Kelam memang tak terbantahkan, sangat memikat dan mampu membuat banyak pasang mata terhipnotis. Tinggi semampai, wajah cantik dan tutur kata yang baik. Sebuah paket lengkap yang terbalut dalam raga seorang dewi. Mereka sempat menoleh saat pintu diketuk, kemudian seseorang masuk. Seorang pria tampan yang mampu mencuri perhatian Kelam. Pria itu ternyata menepati janji yang ia ikrarkan melalui pesan -kepada Kelam, beberapa saat lalu. Pandangan keduanya sempat saling bertaut, namun segera diputuskan sepihak oleh si pria. Ia harus menyampaikan permohonan maaf atas keterlambatannya. "Well, selamat bergabung bersama kami, Mr. Dirgantara Mulia," sambut pemimpin rapat sembari menjabat tangan Dirga erat. Dirga segera menempatkan diri dan Kelam kembali melanjutkan pembahasan materi. Kelam beberapa kali mencuri pandang ke arah Dirga yang sedang mendengarkan penjelasannya dengan seksama. Pria itu tahu dan ia membalas tatapan Kelam begitu dalam hingga tubuh wanita itu mereman

  • Surya di Batas Senja   Bayang Dalam Lukisan

    -----Senja penasaran. Ada sesuatu dalam lukisan itu yang membuat Damian dan Arya begitu terpikat -seolah terhipnotis. Jadi, begitu Damian pamit, Senja buru-buru kembali ke kamarnya. Berdiri tepat di depan lukisan dan menatapnya dalam-dalam.Sepasang kekasih terlukis sedang bercinta. Wajah mereka tak tampak, si pria membelakangi -dengan tubuh panjang dan bahunya yang lebar, membayangi sosok si wanita di bawahnya. Wajah si wanita tersembunyi di balik tubuh kekasihnya, hanya leher jenjang dan sebelah dadanya yang terpapar, begitu ranum dan mencolok."Apa yang istimewa dari ini?" bisiknya dalam hati.Matanya terpaku pada telapak tangan si pria yang mencengkeram lembut dada kekasihnya seolah meremas dengan ritme yang sensual. Tubuh Senja meremang. Ada panas yang naik pelan, menyusup hingga tengkuknya. Fantasinya mulai mengambil alih.Lambat laun, bayangan itu seperti hidup. Gerakan tubuh mereka tampak nyata di benak Senja. Sepasang tangan muncul dari balik punggung si pria. Tangan-tangan

  • Surya di Batas Senja   Jejak di Atas Kanvas

    -----Damian berdiri terpaku di tengah ruangan, matanya menelusuri tiap detail lukisan besar yang terpajang dalam pigura emas. Karya itu tak hanya memikat karena tekniknya yang realistis, tetapi juga karena aura misterius yang memancar darinya, seolah ia sedang menatap pantulan ruangan, tapi dengan dimensi yang berbeda. Seperti cermin, tapi tak sepenuhnya jujur.Di sudut kanan bawah lukisan itu, tertulis inisial kecil, K.M.W. dengan jenis huruf tipis dan elegan. Tepat di samping inisial itu, ada satu titik gelap, sebesar kancing jas, samar namun tegas. Seperti kesalahan yang disengaja. Warnanya menyatu dengan nuansa netral lukisan: krem, kelabu, dan cokelat kehitaman. Tapi Damian tahu, itu bukan sekadar efek bayangan.Ia menyipitkan mata, fokus pada objek utama, sebuah vas besar yang berdiri megah di sebelah sofa abu-abu. Vas itu mencolok, memberikan kedalaman dan keseimbangan pada komposisi. Namun saat Damian menoleh, mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, ia sadar, vas itu tidak

  • Surya di Batas Senja   Senja di Jalanan Roma

    -----Langit Roma menjingga ketika Damian dan Senja melangkah keluar dari Hotel Esmeralda yang terletak di dekat Piazza Venezia. Angin musim panas membawa aroma kopi dan debu sejarah. Jalanan dipenuhi suara tumit yang beradu dengan batu-batu paving tua dan lantunan musik dari kejauhan.“Kau sudah siap?” tanya Damian, melirik ke arah Senja yang mengenakan kacamata hitam dan syal tipis di lehernya.“Daripada menatap langit-langit kamar sepanjang hari,” jawab Senja, tersenyum tipis.Ia memang sudah menanti momen ini, menunggunya sedari pagi ketika Damian mengatakan waktu luangnya hanya di sore hari. Senja ingin melakukan sesuatu yang mampu membuat hatinya sedikit lebih ringan, daripada terbebani pertanyaan tentang keberadaan Surya.Mereka berjalan berdampingan, menyusuri Via del Corso yang membentang panjang seperti sebuah koridor hidup kota. Damian, dengan bahasa tubuh santai dan tutur hangat, tampak masih mengingat seluk-beluk kota ini, walau ia sendiri sudah lama tidak pulang. Bisnis

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status