Inicio / Romansa / TAKDIR CINTA NESSA / Bab 1 Kecelakaan

Compartir

TAKDIR CINTA NESSA
TAKDIR CINTA NESSA
Autor: Nina

Bab 1 Kecelakaan

Autor: Nina
last update Última actualización: 2025-06-27 22:07:43

Drrrrt,

Bunyi getar ponselnya membuat Fajar  yang baru saja selesai meeting, buru-buru mengambil ponsel yang berada di saku jasnya.

Ia menatap bingung ke arah layar ponselnya kemudian mengode sang asisten bahwa ia akan menerima panggilan telepon. Herman sang asisten buru-buru menjauh memberi ruang privasi kepada bosnya.

"Sayang?" gumam Fajar mengernyitkan dahinya begitu mengetahui istrinya yang menelpon karena setengah jam yang lalu sang istri baru mengabari kalau ia baru berangkat dari hotel untuk pulang ke Jakarta lebih dulu karena ada kepentingan keluarga.

"Halo sayang...Sudah sampai mana? Aku baru selesai meeting," ucap Fajar setelah mengangkat panggilan tersebut.

"Halo apa benar ini keluarga pemilik ponsel?" tanya seseorang yang ada di seberang telepon.

"Siapa ini? Dimana istri saya?" ujar Fajar panik begitu mengetahui yang menelponnya ternyata seorang laki-laki bukan istrinya—Alinka.

"Saya petugas dari kepolisian, pemilik ponsel ini mengalami kecelakaan mobil," jawab petugas.

"Apa? Kecelakaan?" teriak Fajar. 

Deg,

Jantungnya berdebar kencang, dadanya begitu sesak tak bisa menerima kabar yang baru disampaikan petugas kepolisian itu. Herman yang tadi sedikit menjauh segera menghampiri bosnya yang tiba-tiba limbung lalu berpegangan dinding.

Herman kemudian membantu bosnya berdiri kembali. 

Fajar menarik napas panjang berusaha menjawab ponselnya kembali.

"Halo...Halo pak?" tanya petugas.

"Iya pak, saya suami dari pemilik ponsel. Bagaimana kondisi istri saya sekarang?" tanya Fajar pelan. 

"Istri bapak masih ditangani di RS Samrat. Kondisinya kritis. Butuh donor darah segera. Apa ada anggota keluarga yang golongan darahnya sama?"info dari petugas kepolisian.

Fajar dengan cepat menjawab,"Tidak ada pak. Golongan darah istri saya Rh null yang termasuk golongan darah langka."

"Baik Pak nanti saya sampaikan kepada pihak rumah sakit. Anda sebaiknya cepat datang ke rumah sakit. Untuk penabrak mobil istri bapak sudah kami amankan di kantor Polresta Bogor."

"Baik pak," Fajar kemudian langsung menutup panggilan dan bergegas pergi ke arah parkiran mobil bersama Herman.

***

Begitu sampai di parkiran rumah sakit, Fajar segera turun bersama Herman, sementara itu Fajar sudah menugaskan Ridwan—pengacaranya untuk mengurus kasus kecelakaan yang menimpa istrinya di kantor polisi.

Begitu memasuki lobby rumah sakit. Ia segera meminta data pasien di bagian informasi tentang pasien yang baru masuk karena kecelakaan mobil.

"Pasien atas nama Alinka Sudibyo masih di IGD pak," ucap petugas bagian informasi.

Fajar dan asistennya lalu segera menuju IGD dan berencana menanyai dokter yang bertugas disana namun mereka tidak diperbolehkan masuk karena IGD sedang penuh pasien.

Sosok laki-laki berpakaian jas dokter—Dokter Dani, yang bertugas segera keluar menemui Fajar.

"Keluarga Nyonya Alinka?"tanyanya.

"Iya dok, saya suaminya,"jawab Fajar.

Dokter Dani mengangguk. “Pasien kehilangan banyak darah dan butuh segera dioperasi untuk menghentikan pendarahan di perut dan di kepalanya. Selain itu pasien butuh donor darah segera." 

"Di keluarga kami tidak ada yang sama golongan darahnya dengan istri saya,” jawab Fajar.

"Iya pak tadi petugas kepolisian sudah menyampaikan. Karena stok darah Rh null di rumah sakit kami sedang kosong, kami sudah meminta bantuan pada PMI. Mohon ditunggu karena info dari PMI, pendonor sudah bersedia datang kemari.

"Syukurlah. Terima kasih dok," ujar Fajar.

Bersamaan dengan itu dari sisi lain seorang perempuan muda berambut panjang sedang berlari dengan sangat cepat menuju ruang IGD.

Sampai akhirnya sang perempuan muda itu berhenti berlari tepat di depan Fajar, Herman dan juga dokter Dani.

Fajar membeku melihat paras perempuan muda itu yang mirip sekali dengan wajah istrinya di kala muda. Begitu juga dengan Herman sang asisten yang terbengong melihat perempuan yang mirip sekali dengan istri bosnya itu.

Hosh hosh..

Perempuan muda itu mengatur napasnya yang masih terengah-engah sambil menyodorkan sebuah kartu pada dokter Dani.

"Nona Nessa?" ucap dokter Dani begitu memeriksa identitas pemilik kartu donor darah di tangannya.

Perempuan itu mengangguk 

"Silahkan masuk, semua sudah siap di dalam." ucap dokter Dani.

Nessa langsung masuk ke dalam. Sementara itu dokter Dani segera memberi informasi pada Fajar," Nona Nessa tadi adalah pendonor darah untuk istri bapak,"ujar dokter Dani lalu berbalik masuk ke dalam ruangan IGD.

Deg,

Fajar menatap Herman yang juga menatapnya. Sepertinya mereka mempunyai pemikiran yang sama. Paras yang hampir sama serta golongan darah langka yang sama. Semua pasti menduga ke arah sana.

"Selidiki siapa perempuan tadi!" titah Fajar.

"Baik Bos," jawab Herman lalu undur diri untuk segera melakukan penyelidikan.

Sementara Fajar masih terpaku menatap ruangan IGD di depannya.

"Apakah itu kamu princess?"batin Fajar.

***

Sementara itu di dalam ruangan UGD,

Nessa diarahkan ke bagian transfusi dan dilakukan skrining pemeriksaan fisik berupa berat badan dan tekanan darah serta kadar Hemoglobin.

"Hasil Hb Anda bagus, tekanan darah normal, kami akan lanjutkan," ujar Sinta—perawat yang bertugas.

Beberapa menit kemudian, Nessa sudah duduk di atas brankar. Lengan kirinya disterilkan. Jarum besar perlahan masuk ke pembuluh darahnya. Kantung darah mulai terisi satu tetes demi tetes berisi jutaan harapan hidup untuk korban kecelakaan yang saat ini membutuhkan darahnya.

"Berapa banyak yang kalian butuhkan kali ini?" tanya Nessa.

"Untuk saat ini cukup satu kantung. Kami juga sedang menunggu pendonor lain. Pasien akan segera dioperasi. Dia kehilangan banyak darah karena kecelakaan," jawab Suster Santi.

"Langsung ambil 2 kantung saja sus," ujar Nessa.

Suster Santi terlihat ragu mendengar jawaban Nessa.

"Nggak apa Sus, saya sehat kok. Daripada nunggu yang belum pasti datang," ucap Nessa meyakinkan.

Suster Nessa kemudian menggeleng.

 "Terima kasih mbak..Tapi saya tanyakan ke dokter Dani dahulu apa pendonor lainnya sudah dapat atau belum."

Nessa pun mengangguk.

Tak lama kemudian suster Santi segera memberikan jawaban pada Nessa," Maaf mbak Nessa, pendonor lainnya belum dapat. Apa mbak Nessa benar nggak keberatan diambil darahnya 2 kantung?"

"Nggak apa sus, tadi kan saya sudah menawarkan, "jawab Nessa sambil tersenyum.

"Terima kasih banyak ya mbak, mudah-mudahan pasien bisa selamat karena mbak Nessa sudah maksimal mendonorkan darahnya, aamiin." doa suster Santi.

"Aamiin," sahut Nessa.

Sementara itu Fajar sedang menunggu di depan pintu ruang operasi bersama Asep—sopirnya karena Herman belum juga kembali. Di dalam ruang operasi kini sedang dilakukan tindakan penyelamatan pada istrinya yang mengalamai pendarahan organ dalam dan kehilangan banyak darah itu akibat kecelakaan.

"Asep, kamu tolong tunggu di sini, saya ada perlu sebentar." Fajar tiba-tiba berdiri.

"Siap Tuan," jawab Asep.

Fajar lalu berjalan menuju ruang IGD menunggu sosok pendonor darah untuk istrinya tadi. Ia benar-benar terharu saat tahu dari suster Sinta bahwa perempuan muda bernama Nessa itu mendonorkan darahnya yang langka itu sebanyak 2 kantung darah. Padahal mereka tidak saling mengenal, tak juga ada imbalan yang ia tawarkan.

Beberapa saat kemudian perempuan muda yang ia tunggu keluar dari ruangan IGD.

"Tunggu nak, "ujar Fajar menahan perempuan yang hendak pergi itu.

Nessa kemudian menghentikan langkahnya berbalikmenatap laki-laki paruh baya di depannya.

Deg,

Jantung Nessa berdetak lebih kencang saat menatap Fajar. Ada sesuatu yang terasa berdesir di dadanya.

"Kenapa tiba-tiba begini?" batin Nessa.

"Saya Fajar, suami pasien yang kecelakaan tadi. Terima kasih banyak sudah mendonorkan darah untuk istri saya," ucap Fajar memperkenalkan diri.

Nessa menjawab, "Sama-sama pak Fajar... sudah kewajiban saya sebagai manusia untuk saling tolong menolong."

Fajar mengangguk lalu memberikan cek senilai 100 juta pada Nessa sebagai ucapan terima kasihnya.

"Apa ini pak Fajar?" tanya Nessa yang kaget ketika melihat nilai nominal cek yang diberikan kepadanya.

"Anggap saja ini niat baik saya untuk membalas kebaikan anda," jawab Fajar.

"Tidak perlu pak, saya ikhlas," tolak Nessa dengan sopan. Ia lalu mengembalikan cek tersebut.

"Maka saya memaksa, tolong anda terima. Meski nilainya tidak bisa dibandingkan dengan darah anda yang sudah anda berikan," ucap Fajar yang menyodorkan cek itu kembali namun Nessa tak mau menerimanya.

"Maaf pak, saya tidak bisa menerima ini. Terima kasih atas niat baiknya."  Nessa menunduk memohon maaf lalu berlalu pergi.

"Nak, kamu baik sekali ... Andai itu kamu, princess," ucap Fajar lirih menatap sendu melihat kepergian Nessa.

TBC...

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App

Último capítulo

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 48 Bayangan Masa Lalu

    "Apa...? Menikah...?!" teriak seorang pria paruh baya dengan wajah memerah menahan amarah.Suasana di ruang kerjanya yang megah mendadak mencekam. Ia baru saja mendapat laporan mengejutkan dari salah satu anak buahnya, kabar yang membuat darahnya mendidih."Siapa yang menikah? Apa Fajar yang menikah lagi?" tanyanya dengan suara menggelegar, kedua matanya menatap tajam seperti hendak menelan siapa pun yang berada di hadapannya."Itu... itu informasinya belum lengkap, Tuan. Kami baru mendapat kabar bahwa pesta akad nikah berlangsung di kediaman Sudibyo. Para saksi menyebut ada dua keluarga besar yang hadir," jawab sang bawahan dengan suara gemetar.Pyarrr!Sebuah gelas kristal melayang dan pecah berantakan di lantai marmer, membuat para penjaga yang berdiri di dekat pintu menunduk ketakutan."Sialan kau! Tak becus mengurus ini semua! Dari kemarin aku minta kau awasi gerak-gerik mereka, tapi apa hasilnya? Nol! Kau dan bawahanmu gagal total!"Pria paruh baya itu berdiri dari kursinya deng

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 47 Hari Pernikahan 2

    “SAH…”Suara lantang para saksi menggema di ruangan besar itu, menandai ijab kabul pernikahan Nessa dan Adrian resmi terlaksana.Riuh ucapan alhamdulillah terdengar dari para hadirin dari keluarga inti Sudibyo, Alexander dan Wijatmoko, penghulu tersenyum puas, sementara Fajar—papa Nessa, menatap penuh haru ke arah putrinya. Tapi di balik semua itu, Nessa hanya diam. Pandangannya lurus ke depan, matanya sekilas menatap Adrian yang baru saja menyalami para saksi dan menerima ucapan selamat dari penghulu.Tidak ada rona bahagia di wajah pria itu. Yang terlihat hanyalah ekspresi datar, penuh kesopanan yang dibuat-buat. Senyumnya tipis, terukur, seperti seseorang yang sedang memainkan peran.Nessa mengerling sinis, sudut bibirnya terangkat kecil. "Ckkk… pilihannya sendiri padahal menikahiku. Kenapa ekspresinya seolah ini hukuman?"Ia sempat terkejut ketika MC pernikahan mengumumkan giliran mempelai perempuan untuk menandatangani dokumen pernikahan. Seorang MUA segera menghampiri, membantun

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 46 Hari Pernikahan

    Seminggu kemudian, hari yang tidak pernah Nessa nantikan akhirnya tiba.Acara pernikahan itu tetap dilaksanakan meskipun Nessa sudah menolak habis-habisan. Berkali-kali ia mencoba menyuarakan penolakannya, bahkan sampai mengurung diri di kamarnya beberapa hari sebelumnya.Orang tuanya sampai meminta izin ke kampus Nessa selama seminggu dengan alasan ada keperluan kelurga. Namun semua upaya penolakan Nessa sia-sia. Keputusan orang tuanya seakan sudah bulat, seakan ia tidak pernah memiliki suara dalam hidupnya sendiri.Pagi itu, kediaman keluarga Sudibyo tampak lebih ramai dari biasanya. Bunga-bunga segar menghiasi teras depan, kursi-kursi putih sudah tersusun rapi di halaman, dan beberapa dekorasi bernuansa klasik menambah kesan anggun pada acara yang katanya “sederhana.” Padahal bagi Nessa, tak ada yang sederhana dari sebuah pernikahan yang ia jalani tanpa kerelaan hati. Maksud dari sederhana disini adalah acara hanya melibatkan keluarga inti saja. Untuk resepsi besar-besaran akan dia

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 45 Penolakan Nessa

    Keesokan harinya, Nessa sudah siap dengan pakaian kasualnya setelah mandi. Rambutnya ia ikat ke belakang dengan sederhana, meski wajahnya masih terlihat pucat akibat tidur yang tidak nyenyak semalam. Ia sebenarnya ingin segera turun sarapan, tapi sebuah getaran singkat dari ponselnya membuat langkahnya terhenti.Ting!Sebuah pesan masuk.Adrian: Aku mau ngomong sebentar, temui aku di taman belakang.Nessa menatap layar ponselnya cukup lama. Hatinya langsung terasa berat. Ia menghela napas pelan, mencoba menenangkan diri. "Lagi-lagi dia… apa lagi yang mau dia sampaikan kali ini?" batinnya gusar. Mau tidak mau, ia harus menuruti ajakan Adrian. Ada banyak hal yang membuatnya curiga sejak kemarin terutama soal kebohongan tentang latihan fisik, juga sikap aneh Adrian pada orang tuanya.Dengan langkah ragu, ia masuk ke lift. Jarinya menekan tombol angka satu. Lift bergerak perlahan turun, dan jantung Nessa ikut berdegup tak menentu.Begitu pintu lift terbuka, ia berbelok menuju taman belak

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 44 Pusaran yang Tak Bisa Dihindari

    Malam itu kediaman Sudibyo tampak sunyi. Hanya suara serangga malam dan semilir angin yang berdesir melalui celah jendela kamar tamu. Adrian masih terjaga. Ia duduk di tepi ranjang, masih dengan pakaian rapi, menatap kosong pada lantai. Kata-katanya sendiri terngiang di kepala.“Karena semua sudah jadi begini, maka jangan salahkan gue menyeret Nessa dalam pusaran ini.”Ia mengusap wajahnya kasar, menarik napas panjang. Beban itu semakin berat sejak ia tahu bahwa pernikahan mereka ditetapkan hanya tinggal hitungan hari. Tanpa persetujuan, tanpa diskusi dengannya maupun Nessa hanya keputusan sepihak dari para orang tua.“Apa gue keterlaluan waktu bilang begitu sama dia?” gumamnya lirih. “Tapi… apa ada pilihan lain? Keluarga gue maksain ini semua."Adrian menunduk, menatap jemari tangannya yang terkepal. Ia merasa seperti pion di papan catur, digerakkan sesuai kehendak orang lain. Ia tidak pernah membayangkan hidupnya akan dipaksa menikah di usia sekarang, apalagi dengan cara seperti ini

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 43 Janji yang Terkunci Malam

    Udara malam di halaman belakang kediaman Sudibyo terasa sejuk, ditemani cahaya lampu taman yang berkelip redup. Semilir angin menerbangkan rambut panjang Nessa yang dibiarkan tergerai, menambah kesan gamang pada wajahnya yang sedang muram.Ia duduk di bangku kayu panjang, tepat di seberang Adrian. Jarak mereka tidak begitu jauh, namun keheningan yang tercipta membuatnya terasa seperti sebuah jurang.Sebelumnya, setelah makan malam bersama, Nessa sudah berniat untuk langsung masuk kamar dan beristirahat. Namun niat itu buyar saat suara lembut sang mama terdengar.“Nak, tolong temenin Nak Adrian di halaman belakang, ya?”Nessa tidak bisa menolak, apalagi saat tatapan ibunya terlihat penuh harap. Ia hanya bisa mengangguk pelan, meski dalam hati berteriak keberatan. Dan kini, inilah ia terjebak dalam keheningan canggung bersama calon tunangan yang bahkan tidak benar-benar ia pahami.Nessa membuang muka, menatap ke arah taman bunga yang sedang bermekaran. Ia menggigit bibir bawahnya, berus

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status