Ada yang mengatakan bahwa kita tidak bisa melawan takdir, baik itu takdir baik atau pun buruk, bertemu dengan seseorang yang kita cintai atau benci, dan juga takdir untuk mendapatkan kesempatan hidup kedua atau harus mati meninggalkan dunia. Dan aku percaya bahwa takdir seseorang tidak selalu buruk, karna Tuhan memang maha adil, Tuhan akan adil dalam menuliskan takdir seseorang.
***
Kriiiiiiing, tepat pukul 06.30, alarm membangunkan Rina dari istirahat nya, mencoba meregangkan badan untuk menghilangkan lelah ketika seminggu yang lalu harus berkutat dengan ujian kelulusannya, dan hari ini keputusan besarnya telah ia tetapkan, ia akan melanjutkan pendidikan ke negera tetangga.
Penerbangan pukul 9 membuat Rina harus segera bersiap-siap jika tidak ingin ketinggalan pesawat, kemacetan kota membuat ia harus bangun lebih pagi. Setelah kedua koper dan tas lainnya telah siap, ia menyantap roti panggang dengan selai stroberi dan segelas susu kesukaannya.
“Benar, inilah akhirnya, aku akan keluar dari zona nyaman ini, meninggalkan ruangan kesayangan ku, dan akan kembali setelah beberapa tahun pastinya.”
Dengan helan napas yang dalam, Rina menutup pintu apartemen nya, untuk sementara ruangan itu akan dihuni oleh penyewa lain, Rina tidak bisa meninggalkan apartemen itu begitu saja, bukan hanya untuk merawat tapi ia juga butuh uang untuk bisa melanjutkan hidup di luar negeri, setidaknya uang dari sewa apartemen bisa membuatnya bertahan di luar sana, walaupun warisan kekayaan orang tuanya akan tetap menjamin hidupnya hingga tua, tapi memang dasarnya Rina yang adalah seorang pekerja keras, ingin selalu berusaha mandiri tanpa harus memanjakan diri dari uang orang tuanya yang telah 5 tahun meninggalkan dirinya sebatang kara itu, untungnya orang tua Rina adalah pemegang saham di beberapa perusahaan besar, di kelilingi oleh orang-orang berbakat dalam dunia bisnis membuat Rina tidak canggung untuk melanjutkan saham tersebut, bahkan ia bisa mempertahankan saham orang tua nya tetap stabil di beberapa perusahaan.
Dalam perjalanan menuju bandara, Rina memikirkan apa yang harus ia lakukan sesampainya di Malaysia, jadwal masuk sekolahnya masih berkisar 1 bulan lagi, ia harus bisa menyibukkan diri dengan hal-hal produktif, namun sampai sekarang ia belum tau apa saja hal produktif yang bisa ia lakukan disana, dan pada akhirnya gadis itu menyerah dan membuka ponselnya untuk melihat bagaimana pergerakan saham minggu ini, seperti biasa itu tetap stabil, kalaupun ada penurunan itu tidak akan signifikan dan akan kembali naik seperti biasa.
Sebelum memasuki ruang tunggu, Rina memutuskan untuk singgah terlebih dahulu di sebuah toko buku, ia rasa mengahabiskan waktu untuk membaca buku bukanlah hal yang buruk, walaupun buku yang akhirnya ia beli adalah buku resep masakan karna ia yakin nantinya ini akan sangat berguna ketika ia harus hidup sendiri.
Pemanggilan dari pengeras suara telah menginformasikan bahwa penumpang dengan tujuan Negeri Jiran tersebut harus segera memasuki pesawat.
“Akhirnya, keputusanku untuk mencari suasana baru benar-benar akan terwujud, selamat tinggal untuk negara ini,” Rina bergumam kecil sambil membawa salah satu tas nya untuk segera menaiki pesawat.
***
Tepat pukul 11 gadis itu keluar dari ruang kedatangan Bandara Kuala Lumpur, setelah melihat sekitar, ia segera memesan taksi online untuk menghantarkan Rina ke apartemen yang telah ia putuskan untuk ditinggali selama ia berada di Malaysia. Tidak lebih dari 20 menit ia sampai di sebuah gedung yang cukup tinggi, gadis itu akan tinggal di lantai 5 untuk beberapa tahun ke depan.
Setelah mengucapkan terima kasih, Rina langsung membawa barang-barang ke kamarnya, walaupun faktanya perjalanan dari negaranya menuju Malaysia bisa dibilang cukup dekat, tapi dengan waktu 2 jam dalam posisi duduk membuat Rina merasa sangat lelah, apa yang salah sebenarnya? Kenapa ia merasakan lelah yang berlebihan hari ini, dan ternyata setelah memeriksa ponsel, didapatkan bahwa seharusnya ia mendapatkan siklus bulanan hari ini, tapi sepertinya itu agak tertunda, mungkin dikarenakan kesibukan dan tingkat stress Rina belakangan ini.
“Pantas saja aku merasa semua nya melelahkan, baiklah mungkin aku akan beres-beres nanti saja.” Gadis itu langsung melemparkan tubuhnya ke atas kasur queen sizenya. Dan tak berapa lama ia terlelap tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu.
Rina terbangun ketika mendengar suara ponselnya berbunyi keras, dengan malas gadis itu mengambil hp yang berada di nakas tersebut, terpampang dua belas panggilan tak terjawab dari nomor yang tidak dikenal dan satu pesan masuk. Rina bingung kenapa nomor tersebut meneleponnya hingga dua belas kali, apakah ada sesuatu yang penting? Tapi Rina merasa tidak mengenali nomor tersebut, akhirnya Rina mencoba untuk membuka pesan dari nomor yang sama.
aku tahu kau sangat mencintai uang, datang lah dan kau akan dapatkan pekerjaan yang cocok dengan latar belakang mu Rina dan tentu saja dengan imbalan yang setimpal. Dan dibawahnya terdapat alamat web yang menunjukkan lokasi tersebut dengan G****e Maps.
Rina bingung, kenapa pesan tersebut dikirim oleh orang yang seolah-olah seperti mengenal dirinya, memang fakta bahwa gadis ini sangat mencintai uang, dan itu merupakan salah satu alasan mengapa ia selalu bisa memilih perusahaan yang tepat untuk berinvestasi. Awalnya ia hanya akan mengabaikan pesan itu, namun pada kenyataannya ia benar-benar sangat penasaran dengan pesan tersebut. Padahal sangat banyak modus penipuan dengan iming-iming uang, hanya saja pesan tersebut terasa seperti lebih nyata, bahkan kalimatnya pun tidak mengandung unsur penipuan karena seperti benar-benar mengerti tentang pribadi gadis itu.
Sebelum memutuskan untuk mengikuti pesan itu atau tidak, Rina terlebih dahulu menyelesaikan pekerjaan menata segala barangnya dan tentunya mandi dan berganti pakaian, tidur dengan pakaian yang telah ia gunakan selama perjalanan mebuat badannya terasa lengket dan tentu saja itu merisihkan.
Rina baru ingat bahwa tidak ada yang bisa ia konsumsi untuk makan malamnya, dan akhirnya menjadikan Rina harus keluar untuk berburu makanan, bukan tidak mungkin untuk melakukan pemesanan makanan melalui aplikasi, hanya saja ia sekalian ingin berkeliling dan melihat-lihat lingkungan di sekitarnya sekaligus menghilangkan lelah perjalanannya hari ini.
Dan tujuan akhirnya jatuh kepada sebuah warung makan Padang yang ada cukup jauh dari apartemennya, membayangkan pedasnya rendang dan juga sayur daun singkong membuat cacing-cacing di perut Rina memberontak untuk segera diberi asupan. Pilihannya tidak pernah salah, nasi Padang memang yang terbaik, tidak perlu menunggu waktu lama, Rina menyelesaikan makan malamnya dengan damai, walaupun tempat makan itu dalam keadaan ramai, Rina tetap merasa kesepian selalu mengikutinya, sejak ditinggal oleh kedua orang tuanya, Rina selalu makan sendiri, bahkan di sekolahpun ia selalu makan sendiri ketika jam istirahat siang, bukan tidak memiliki teman, tapi Rina lah yang memutuskan untuk menjaga jarak dari orang-orang yang akan mendekatinya hanya karna uang dan kekayaan Rina, ia hanya akan berteman dengan sewajarnya, dan itulah yang membuat gadis itu terkesan lebih misterius.
Hidup sendiri memang bukan perkara mudah, apalagi tidak ada yang akan menjaga Rina sebagai seorang gadis remaja, namun pengalaman taekwondo yang cukup lama serta beberapa ilmu bela diri lainnya membuat Rina tidak terlalu canggung untuk tinggal sendiri bahkan untuk berjalan keluar di malam hari. Ia sangat beruntung, hobi nya akan ilmu bela diri menjadikannya gadis yang cukup tangguh di usianya yang masih muda.
Setelah selesai menikmati makan malam, Rina memutuskan untuk kembali ke apartemennya, dalam perjalanan menuju lantai 5, ia tidak sengaja bertemu dengan seorang ibu yang dengan kesusahan membawa beberapa tas belanjaan ditangannya. Karena merasa wanita itu memerlukan bantuan, Rina bertanya tujuan ibu tersebut.
“Maaf anda ingin ke lantai berapa?” sapa Rina dengan ramah.
“Lantai 5,” ternyata mereka tinggal di lantai yang sama. “Oh, saya juga akan ke lantai 5, mari saya bantu membawakan beberapa barang bawaan anda.” Wanita tersebut tersenyum kepada Rina sembari mengucapkan terimakasih.
“Apakah kau baru pindah ke sini? Aku sebelumnya tidak pernah melihatmu.”
“Ah, benar, saya baru pindah hari ini ke apartemen 502, mungkin ke depannya kita akan lebih sering bertemu, mohon bantuannya,” Rina berusaha memberikan kesan pertama sebaik mungkin sebagai tetangga, karna bagaimanapun tetangga adalah satu-satunya orang yang bisa kita harapkan bantuan ketika mengalami kesusahan.
“Oh benarkah? Saya tinggal persis di depan apartemenmu, di 504.” Terlihat kegembiran pada wajah wanita itu. “Mampirlah untuk sekedar makan malam gadis muda.”
“Terimakasih tawarannya, tapi saya baru saja selesai makan, mungkin kapan-kapan saya akan berkunjung,” Rina tidak ingin usaha menjaga tubuh idealnya di rusak dengan makan malam yang lewat dari jam yang telah ditentukan.
“Baiklah kalau begitu, siapa namamu? Saya Song Yehyun.” Rina sedikit bingung mendengar pernyataan wanita tersebut.
“Song? Apakah anda orang Korea? Saya Rina,” dan benar dugaan Rina, Nyonya Song adalah orang Korea yang berdomisili di Malaysia karena anak sulungnya sedang menempuh pendidikan di negara tersebut.
“Baiklah kalau begitu, saya pamit dahulu nyonya, senang berkenalan dengan Anda.” Setelah pamit, Nyonya Song lebih dahulu menghilang di balik pintu apartemennya. Sebenarnya Rina cukup canggung untuk berbicara dengan orang lain, ia tidak terlalu fasih menggunakan bahasa negara ini, namun karna negaranya masih satu rumpun dengan negara ini, maka ada beberapa perbedaan dalam bahasa, memang tidak sulit, hanya saja Rina masih merasa aneh dengan lingkungan barunya. Dan gadis itu akhirnya juga memutuskan untuk mengistirahatkan kembali tubuhnya malam ini.
Mendapati adiknya yang tiba-tiba pergi meninggalkan mereka, akhirnya Jaewoon memutuskan untuk menyelesaikan acara sarapan paginya secepat mungkin, begitupun Rina, kini gadis itu sudah terlihat tak berselera setelah mendapati sikap tak menyenangkan Jaesung sebelumnya.“Apa kau baik-baik saja?” tanya Jaewoon, menurutnya gadis itu cukup syok mendapati perlakuan adiknya yang sudah keterlaluan.“Aku tak apa-apa oppa,” ucapnya ragu. “Apa Jaesung sedang ada masalah? Kenapa tiba-tiba ia menjadi kesal?”Jaewoon merasa tidak memiliki hak untuk memberikan penjelasan mengenai berita yang baru saja menayangkan masalah percintaan yang dialami adiknya, “Aku pun tak tau, mungkin nanti dia akan menjelaskan kepadamu.” Akhirnya Rina mengangguk pasrah, ia berfikir sikapnya semalam terhadap Jaesung lah yang membuat pemuda itu menjadi lebih sensitif.Sesampainya mereka di rumah, Rina telah memukan Jaesung membawa sebuah ransel, “Kau, akan kemana?” ucapnya sembari menahan lengan pemuda itu. Jaesung yang tel
Seharian Rina mengurung diri di kamar, menyesali perbuatannya dan kembali menangis sesegukan, apa ia benar-benar telah menyakiti hati Jaesung? Mendadak ia membeku, merasa mengerti akan semua ini, jadi ia melihat kontak Jeong min dengan simbol hati? Dan karena itu ia mengira bahwa telepon tersebut dari pacarku? Akhirnya Rina paham atas sikap Jaesung, apalagi ketika semalam ia tak memberi jawaban atas perasaan pemuda tersebut. Memikirkan hal itu membuat dadanya semakin sesak, ia tak tahu harus bersikap seperti apa, ia ingin meluruskan semuanya, hanya saja ia tak ingin membuat masalah dengan karir Jaesung, ada dilema mendalam yang sangat menyiksannya dan karena kelelahan, akhirnya Rina terlelap.Ketika pertama membuka mata, ia mencoba mencari ponsel dan mengecek pukul saat ini. ia kaget karena sekarang sudah mulai gelap, sebegitu lelahkah ia hingga bisa tidur selama itu? Ia mulai berjalan ke kamar mandi dan mendapati wajahnya sangat berantakan, matanya yang sembab dan w
Pagi ini rumah Tuan Han terdengar ramai, entah apa yang terjadi, membuat Rina terbangun lebih awal, ia berusaha mengumpulkan nyawa dan berjalan ke ruang tamu, disana gadis itu telah mendapati Nyonya Song dan Tuan Han yang telah bersiap-siap untuk berangkat. “Ahjumma, akan kemana pagi-pagi sekali?” “Aku ada urusan mendadak, mungkin akan pulang malam nanti atau besok, maafkan aku Rina.” Ucapnya sembari berjalan mendekati Rina. “Padahal aku yang memaksamu untuk kesini, tapi aku malah jadi sibuk begini.” “Tak masalah Ahjumma, aku baik-baik saja kok, lagipula, aku masih di Korea.” Rina tidak ingin memberatkan Nyonya Song dan Tuan Han yang telah sangat baik kepadanya. “Hati-hati di jalan.” Ucapnya lagi. “Rina-ya, jika butuh apa-apa, kau bisa minta saja kepada Jaewoon ya, jangan merasa sungkan, kita adalah keluarga.” ucap Tuan Han yang diangguki oleh Rina. Akhirnya pintu itu tertutup dan meninggalkan gadis itu sendirian di ruang ta
Setelah menyelesaikan sesi lepas kangen dengan Jeong min, Rina memutuskan untuk keluar, mencoba mencari kegiatan yang bisa ia lakukan untuk mengisi waktu luang, seperti membersihkan rumah mungkin? Apa aku terlalu nyaman dengan keluarga ini? Ia membiarkan ponselnya tergeletak di atas tempat tidur dan mulai melangkah keluar dari ruangan tersebut, Rina menuruni tangga sambil sesekali melihat-lihat apa yang bisa ia lakukan. Dan langkah pada anak tangga terakhir menjadi terhenti ketika melihat Jaesung tengah menikmati waktu santai dengan rebahan di sofa ruang tamu. Rina sebenarnya merasa kasihan melihat anak itu, ia tahu semalam bahwa Jaesung menghabiskan malam dengan hanya tidur di sofa. “Kenapa kau tidak tidur di dalam saja?” seketika Rina sudah berdiri di samping sofa tersebut. “Aih, kau mengejutkanku.” Jaesung mencoba untuk bangkit dan duduk bersandar dengan nyaman. “Aku tak ingin mengganggumu, kau seharusnya istirahat setelah perjalanan panja
Malam ini akhrinya Jaesung mengistirahatkan dirinya disamping kerbau kesayangannya. Mendapati sinar matahari yang mencoba masuk melalui celah tirai membuat Jaesung mencoba mengerjapkan matanya beberapa kali, tampak kali ini ia menggeliatkan tubuhnya agar terasa lebih ringan. Seketika ia duduk dan mendapati Jaewoon sudah tidak ada di sampingnya. “Ada apa ini? Kenapa dia bisa bangun lebih pagi dariku?” Sesekali ia menggaruk pusarnya yang tidak gatal, Jaesung berjalan ke kamar mandi untuk sekedar mencuci wajahnya, dan turun ke bawah untuk mencari sarapan. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati Jaewoon sudah sok sibur di dapur bersama Rina dan ibunya. “Hyung, apa yang kau lakukan?” Jaewoon tampak enggan membalas pertanyaan adiknya, kali ini matanya benar-benar tersiksa akibat potongan bawang yang sedang ia hadapi. “Jangan berbicara kepadaku!” Jaesung mengambil sebuah mug kecil berisi susu hangat yang terletak di atas meja makan se
“Eomma, kenapa tidak beritahu jika Rina akan datang?” tampak pemuda itu tengah merajuk sembari duduk di depan meja makan, memperhatikan ibunya yang tengah mengupas apel untuk makanan pencuci mulut malam itu. “Haruskah aku beritahu? Kau seperti selalu mengabari jika ingin pulang saja,” ucap Nyonya Song yang mulai memotong apel itu ke dalam ukuran kecil agar mudah untuk dilahap. “Lagipula aku juga baru tahu tadi pagi ketika tidak sengaja menghubunginya, ternyata ia sudah di bandara.” Mendengar hal itu membuat Jaesung menghela nafas sesaat, ia tak tahu bagaimana mengatakan kegelisahannya kali ini, ia merasa telah berdosa kepada Rina ketika harus pergi tanpa megabari, tapi di satu sisi, ia benar-benar merindukan gadis itu. “Apa kau akan lama di rumah?” ucap Nyonya Song membuyarkan lamunan Jaesung. “Mungkin hanya dua atau tiga hari ini.” “Baguslah, kalau begitu, kau bisa menikmati waktu istirahatmu dengan Rina.” Ucap Nyonya S
“Na wasseo.” Terdengar suara tutupan pintu, menampilkan sosok pemuda yang kelelahan dan sangat merindukan masakan rumah. Tapi sapaannya hanya dibalas dengan udara ruangan kosong tersebut, padahal lampu rumahnya tampak menyala. “Eomma?” Ulang pemuda tersebut, memastikan bahwa ruangan itu masih diisi oleh keberadaan keluarganya. Apa ia salah masuk rumah? Tidak mungkin. Jaesung menggelengkan kepala dengan cepat. Pemuda itu akhirnya memutuskan untuk naik ke kamarnya, mencoba mencari keberadaan manusia yang selalu mengganggu hidupnya. Benar saja ketika ia mencoba membuka pintu di sebelah ruang tidurnya, kembali Jaesung menemukan ‘kerbau’ itu tengah tertidur dengan sangat lelap. “Hyuuung, apa kau tidak mendengarku masuk?” Ia mencoba berinteraksi dengan benda setengah hidup tersebut. Dan – sia-sia. Ia mencoba mengambil bantal dari kamarnya dan memukul pantat kerbau itu dengan keras. “Ya! Bagaimana mungkin kebiasaa
Hari ini lagi-lagi Rina dikejutkan dengan kehadiran Jeong min di depan pintu apartemennya. “Apa yang kau lakukan disini? Kenapa tidak mengabari terlebih dahulu?” “Nuna akan kemana?” tanya Jeong min. Kali ini Rina mengangkat kantong plastik yang terikat rapi tanpa memberikan jawaban kepada Jeong min. “Masuklah, aku akan segera kembali.” Jeong min memasuki ruangan itu, seperti biasa ia menempatkan dirinya dengan nyaman di atas sofa, mencoba meneliti ruangan itu yang sebentar lagi akan ditinggal oleh pemiliknya. “Ada apa?” tanya Rina yang mengejutkan Jeong min. “Kita akan berangkat dua hari lagi nuna, aku sudah mendapatkan informasi mengenai ‘orang’ itu.” Untuk sejenak Rina menatap Jeong min. Merasa pantas untuk menanyakan arti tatapan itu, akhirnya membuat pemuda itu kembali bersuara. “Kenapa? Ada yang salah?” Pikirannya benar-benar berkecamuk kali ini, padahal ia telah mendapatkan bayaran dari kerja kerasnya be
Rutinitas Jesung sebagai seorang Idol membuat pemuda tersebut jarang bertemu dengan keluarganya, kesibukan yang sedemikian rupa menyita banyak waktu berharga bagi Jaesung, tetapi tak ayal membuat semangat Jaesung surut, ia tahu bagaimana perjuangan yang harus ia lewati hingga bisa debut. Apa kau sudah makan? Ucap Nyonya Song di seberang sana, untungnya komunikasi yang sudah canggih bisa mengobati rasa rindu Jaesung kepada keluarganya. “Sudah, bagaimana keadaan Appa? Aku sudah lama tak mendengar kabar dari nya.” Yah begitulah, kesibukannya telah menyita banyak waktu bersama kita, bahkan appa sudah jarang makan malam di rumah, hanya tinggal aku dan Jaewoon. Apa kau tidak ada rencana pulang ke rumah? “Aku masih ada beberapa kesibukan, kemungkinan akhir bulan ini aku akan pulang eomma, bersabar yaa.” Sorot mata Jaesung yang sarat akan kerinduan kepada keluarganya membuat Nyonya Song menghela nafas. Baiklah,