Share

Bab 2

Penulis: Orange
Aku menyeka air mata dari sudut mataku dan menatap langit kelabu di luar jendela.

Seperti biasa, musim hujan di sini terasa dingin.

Ponselku pun berdering. Telepon dari Vincent.

"Abella, apa kamu habis mengeluh pada ayahku lagi?"

"Syafana dan aku akhirnya punya waktu berduaan, tapi kamu malah mengacaukannya!"

"Kuperingatkan, ya! Kalau kamu berani ikut campur dalam urusanku lagi, akan langsung kublokir semua kartu kreditmu!"

Dulu, aku pasti akan secara otomatis meminta maaf dan menundukkan kepalaku walaupun aku tidak salah.

Sekarang, aku menyahut dengan tenang, "Terserah kamu."

Vincent terdiam sesaat di ujung telepon sana. Dia pasti terkejut dengan sikapku yang acuh tak acuh, tetapi dia lalu tertawa dan berkata.

"Jangan sok licik, Abella. Selama kamu masih jadi istriku, aku bisa menyiksamu habis-habisan dengan seratus cara."

Aku sudah pernah melihat cara kerja Vincent.

Aku masih ingat saat pertama kali memergoki Vincent berselingkuh. Waktu itu, aku dengan naifnya mengira bahwa Reyhan yang merupakan ayah angkat Vincent akan memberiku keadilan. Namun, yang kudapat malah balas dendam gila Vincent.

Vincent mengancamku dengan nyawa ibuku, dia memaksaku berlutut di balkon saat suhu sedang begitu dingin.

Aku juga harus berulang kali menampar pipiku hingga wajahku bengkak.

Di saat aku sedang dihukum malam itu, Vincent justru asyik meniduri kekasihnya di kamar sebelah.

Aku akhirnya dibawa ke rumah sakit karena hipotermia.

Hari itu, cuaca sangat dingin. Aku terbaring di tempat tidur UGD dengan tubuh yang gemetar kesakitan.

Sejak saat itu, aku memutuskan untuk diam saja terlepas dari seberapa kejamnya Vincent.

Aku seperti robot yang mati rasa dan hanya fokus menjaga martabat sebagai istri Vincent.

Aku terus bertahan dan mengalah, tetapi sekarang ibuku dan anakku telah tiada.

Pernikahan kontrak ini akhirnya berakhir.

Aku menutup telepon, lalu berdiri dan menelepon rumah duka untuk memesan jadwal kremasi ibuku.

Saat aku kembali ke pintu kamar rawat, sosok yang kukenal menghalangi jalanku.

Vincent yang berdiri di pintu sambil mengenakan setelan hitam itu menatapku dengan tegas.

"Kok nggak berpura-pura lagi?" cibir Vincent. "Kamu bisa jalan-jalan setelah kecelakaan itu. Tubuhmu kuat sekali, sepertinya nggak perlu terus dirawat."

Vincent perlahan mendekat, lalu berujar dengan nada yang sangat serius, "Istriku sayang, aku berencana membawa Syafana tinggal di vila. Dia masih muda dan belum bisa mengerjakan pekerjaan rumah .... Setelah kamu keluar dari rumah sakit, pulanglah dan jadilah pengasuh kami."

Vincent mencondongkan tubuhnya ke telingaku dan berkata dengan nada senang yang mengerikan, "Ekspresimu yang kesakitan adalah rangsangan terbaik bagiku di ranjang."

Setelah itu, Vincent memegang wajahku dengan tangannya dan matanya berkilat senang.

Dia ingin melihatku menangis, hancur, bahkan memohon dan memelas seperti yang biasa kulakukan.

Namun, kali ini aku tidak melakukannya. Aku hanya balas menatap Vincent seolah-olah dia adalah orang asing.

Vincent pun kehilangan minat dan mendorongku menjauh. Lalu, dia menoleh berbalik dan memanggil perawat di sebelahnya.

"Mana anakku? Hasil tesnya sudah keluar? Bawa dia ke sini, aku mau melihatnya."

Wajah perawat muda itu pun memucat, ekspresinya menjadi panik.

Aku menjawab dengan suara lembut, "Anak itu ... dibawa pergi oleh ayahmu. Anak kita ...."

Belum sempat aku memberi tahu Vincent bahwa anak kami telah tiada, ponsel Vincent pun berdering.

"Halo?"

Ekspresi Vincent sontak berubah, sorot tatapannya tampak agak takut.

"… Apa! Kamu kecelakaan mobil? Syafana, Sayang, kamu baik-baik saja? Kamu di mana!"

Setelah itu, Vincent menutup telepon.

"Plak!" Sebuah tamparan kencang pun mendarat di pipiku dengan nyaring.

"Abella, apa yang kamu lakukan pada Syafana! Kalau sampai dia kenapa-kenapa, aku bersumpah nggak akan pernah memaafkanmu!"

Tubuhku yang sudah lemas, ditambah tamparan Vincent itu membuatku menubruk pagar besi di belakangku sehingga dadaku terasa begitu nyeri.

"Aku saja baru saja selesai operasi, apa yang mungkin kulakukan padanya ...."

Perawat muda itu segera membantu aku dan berkata dengan panik, "Tuan Vincent! Kalau kamu begini, bisa-bisa pasien mati!"

Vincent memelototiku dengan tajam, lalu memalingkan wajahnya.

Perawat muda itu menatapku dengan iba.

Pipiku tampak merah dan bengkak, sekujur tubuhku gemetar.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Takkan Kembali Lagi   Bab 8

    Taksi melaju di jalanan yang sibuk.Aku bersandar di kursi belakang, sinar matahari menyinari wajahku melalui kaca.Aku seolah mati rasa terhadap kehangatan yang lembut ini.Karena bagiku, kehangatan itu telah terkubur bersama kepergian ibu dan anakku.Si sopir taksi yang sudah tua pun melirikku melalui kaca spion.Dia berkata, "Nona, jangan menoleh lagi ke belakang. Fokuslah ke depan."Sopir taksi itu mengungkapkan apa yang ada dalam pikiranku, fokus ke depan.Tiga hari kemudian, kalangan penguasa keuangan Kota Neysa pun menjadi gempar.Reyhan yang sudah berpulang itu meninggalkan surat wasiat yang mengejutkan. Dia menyumbangkan semua aset inti dan saham kepada "mantan menantunya" Abella, sementara Vincent hanya mendapat 2% dari saham marginal dan sebuah vila di desa yang tidak dipedulikan siapa pun.Media massa berkerumun di vila dengan gila-gilaan.Lensa kamera menangkap sosok Vincent yang mengenakan jaket anti angin berwarna hitam. Janggut tipis tumbuh di wajahnya.Vincent duduk di

  • Takkan Kembali Lagi   Bab 7

    "Nona Abella, kondisi Tuan Besar Reyhan sangat buruk.""Tuan Besar Reyhan bahkan bilang akan meninggal dengan penuh penyesalan apabila nggak bertemu denganmu untuk terakhir kalinya."Begitu menerima telepon dari pihak rumah sakit, aku pun tertegun sesaat.Reyhan Gredi, seorang pria dengan reputasi yang luar biasa. Dia adalah salah satu pemegang kekuasaan terbesar di dunia bawah tanah Kota Neysa. Dia menjalani pasang-surut kehidupan yang begitu hebat dan dikenal karena memiliki tekad baja. Namun, ketika aku berada dalam titik terlemahku, Reyhan pula yang melindungiku dan berkata, "Jangan takut. Sekarang kamu sudah menjadi bagian dari Keluarga Gredi. Nggak akan ada yang bisa menindasmu!"Reyhan-lah penguasa kelompok mafia sesungguhnya dan satu-satunya orang yang membuatku merasa hangat.Aku langsung memutuskan untuk menemui Reyhan.Ketika berdiri di pintu kamar rawat dan melihat seorang pria tua yang terbaring kritis di atas tempat tidur, hatiku sontak terasa sakit.Dokter mengatakan bah

  • Takkan Kembali Lagi   Bab 6

    Vincent berdiri di sudut jalan yang sepi. Puntung rokok di tangannya terbakar, tetapi ujung jarinya seolah mati rasa.Vincent menatap langit malam Kota Neysa yang dingin dan tiba-tiba menyadari sesuatu.Wanita yang pernah menyembuhkannya dengan kelembutannya itu tidak akan pernah kembali.Vincent pun memobilisasi kekuatan Keluarga Gredi seperti orang gila.Dia memblokir bandara, pelabuhan, rumah sakit dan sistem transportasi. Dia memeriksa semua catatan perjalanan keluar.Dia bahkan memantau semua akun kerabat dan temanku.Sayangnya, Vincent lupa bahwa aku tidak pernah menjadi orang yang "patuh dan penurut" seperti yang dia kira.Aku bukan pelengkap dirinya, bukan pula bonekanya.Sepuluh tahun yang lalu, aku menginjakkan kakiku ke kegelapan demi menyelamatkan ibuku.Sepuluh tahun setelahnya, aku memutuskan semua hubungan itu dengan tanganku sendiri dan menarik diriku keluar dari kegelapan.Sementara itu, Reyhan masih koma. Biaya operasinya mencapai puluhan miliar.Perusahaan pun diland

  • Takkan Kembali Lagi   Bab 5

    Amarah Reyhan benar-benar tersulut."Wanita simpananmu itu menabrak Abella dengan mobilnya, jadi anak itu meninggal dalam pelukan Abella karena terlambat diselamatkan!""Begitu mendengar kabar buruk itu, Ibu Abella langsung pingsan dan nyawanya nggak bisa diselamatkan beberapa jam setelahnya!""Vincent! Itu anakmu! Keluargamu! Kamu ini masih manusia bukan sih!"Vincent sontak tertegun, tetapi mendadak tertawa terbahak-bahak."Ayah, Ayah benar-benar pandai berakting. Abella habis mengadu apa lagi pada Ayah? Ayah sampai mengarang kabar 'kematian' demi memaksaku pulang kali ini? Kreatif sekali!""Ayah sampai menyiapkan meja peringatan dan menyalakan lilin. Ayah lagi mencoba membuatku merasa bersalah? Tersentuh? Mau mengakui kesalahanku?"Vincent merobek surat cerai yang dia pegang itu menjadi berkeping-keping."Siapa bilang aku setuju bercerai?""Abella bersedia pergi? Jangan melucu. Bagaimana mungkin Abella rela melepaskan kekuasaan dan kekayaan yang Keluarga Gredi miliki di Kota Neysa?"

  • Takkan Kembali Lagi   Bab 4

    Entah berapa lama waktu berlalu. Yang jelas, aku perlahan tersadar karena mendengar suara pertengkaran sengit antara Vincent dan ayahnya.Saat membuka mata, aku mendapati diriku berbaring di ranjang rumah sakit yang dingin.Begitu melihatku siuman, Vincent pun menghela napas lega. Dia menatap ayahnya dengan ekspresi kesal."Inikah istri sempurna yang Ayah pilihkan untukku? Dia bahkan nggak pulang di saat hari sudah malam gara-gara sibuk berkencan sama pria lain di luar sana!""Kencan apa!" tegur Reyhan dengan tubuh yang gemetar karena marah. "Kamu tahu nggak kemarin Abella pergi ke mana untuk melakukan apa!""Ayah, semuanya sudah berlalu," selaku dengan nada bicara yang tegas.Reyhan menatapku. Amarahnya mereda setelah melihat sorot lelah dan penuh tekad dalam pandanganku.Dia pun mengibaskan tangannya dengan acuh tak acuh."Karena dia sudah siuman, berarti urusanku di sini selesai. Syafana masih menungguku, jadi aku pergi dulu.""Berhenti kamu!" bentak Reyhan."Ayah nggak peduli kamu

  • Takkan Kembali Lagi   Bab 3

    Setelah kembali ke tempat tidur, dokter menyuruhku beristirahat.Sementara itu, aku akhirnya mengetahui mengapa Vincent kehilangan kendali.Kematian anak kami membuat Reyhan sangat bersedih. Dia segera mengerahkan semua kekuatan keluarga untuk membunuh Syafana.Syafana keliru mengira kalau aku sedang balas dendam kepadanya, jadi dia sengaja membesar-besarkan kecurigaannya kepada Vincent.Vincent yang marah pun kembali mendatangiku di kamar rawat dan menyerangku.Untuk menenangkan Syafana, Vincent dengan marah mencabut statusku sebagai pemegang saham di Keluarga Gredi dan mentransfer kepemilikan sahamku kepada Syafana.Vincent juga menghabiskan miliaran untuk membeli hak penamaan sebidang bintang dari sebuah lembaga astronomi.Ada 20 bintang yang dia beli dan dia namakan semuanya "Syafana".Vincent juga menulis sebuah keterangan di media sosial: [Aku membeli langit berbintang ini supaya hanya dia seorang yang bersinar.]Keterangan itu menyertai sebuah foto yang menunjukkan Vincent dan S

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status