Setiap hari Billy selalu mampir ke warung untuk memesan kopi, kami jadi sering mengobrol dan akhirnya mengenal satu sama lain.
Saat aku mengobrol dengan Billy, terdengar suara Tiara yang menangis dari dalam kamar. Aku langsung menghampiri Tiara ,menggendongnya, dan membawanya keluar kamar.
" Anak siapa? " Tanya Billy.
" Anak ku " jawabku tersenyum sambil menenangkan Tiara yang menangis.
Billy mengelus pipi Tiara, guna menenangkannya. Dia memuji Tiara
"cantik, sama seperti ibunya " katanya.
Aku hanya tersenyum, Tiara akhirnya tak menangis lagi, dia tertawa karna candaan Billy. Aku ikut senang melihat tawa di bibir Tiara.
Saat sudah beberapa jam, Billy pamit untuk kembali ke tempat kerjanya. Tiara menangis tak mau di tinggal Billy, dia seperti merindukan kasih sayang seorang ayah, tiara mengira bahwa Billy adalah ayahnya.
" Jangan menangis sayang, besok om akan kembali, Dan membawa mainan untuk Tiara" merayu Tia
***Evan pov:Aku masih berada di kampung halaman, aku tinggal di rumah orangtuaku. Saat ini aku bekerja sebagai penjual martabak, aku selalu menginginkan hal baru, bukan dalam pekerjaan saja, tapi dalam hal memilki pasangan juga. Menurutku hal baru itu menyenangkan dan tidak membuatku bosan.mendengar kabar bahwa Kamila hamil dan sudah melahirkan, sudah berbulan-bulan aku tidak menjenguk keadaannya dan keadaan anakku.Sebenarnya aku ingin berangkat ke Jakarta untuk menjenguk anakku dan kehamilannya yang kedua. namun aku ragu, di kehamilannya yang kedua ini, apa dia sungguh anakku? Apa dia hamil dengan laki-laki lain? Namun jika umur kehamilannya di perhitungkan pada saat kami pisah, dan itu tepat, berarti dia adalah anakku.Back to Kamila:Di pagi hari aku menjalankan aktifitasku, yaitu mengurus anak-anakku, mulai dari memandikannya sampai memberin
" Hai Mil? " Terdengar suara laki-laki menyapaku ketika aku sedang menyapu.Aku membalikkan tubuhku, ahh~ ternyata Billy rupanya.Aku membalas sapaannya dengan tersenyum, lalu aku mempersilahkannya untuk duduk." Mau minum apa? " Tanyaku.Dia menolaknya, dia tak ingin merepotkanku katanya, akupun ikut duduk di kursi sampingnya. Aku penasaran ada keperluan apa dia ingin bertemu? Aku menatap wajahnya seraya menunggunya bicara.Ekspresinya terlihat gugup, dan sepertinya ia malu untuk mengatakannya, aku jadi semakin penasaran." Mil? Kau kan sudah lama tidak bersuami, kau dan anak-anak mu pasti membutuhkan sosok kepala rumah tangga, Jika kau menerima, aku siap membiayai kehidupanmu dan anak-anakmu "Hah? Apa maksudnya? Apa dia bermaksud ingin menjalin hubungan denganku? Kenapa ini sangat tiba-tiba?Aku dilema harus membuat keputusan yang seperti apa. Aku masih tidak bisa melupakan Evan, tapi di sisi lain anakku membutuhkan so
Terdengar suara adzan subuh berkumandang, aku bangun dari tidur ku, berjalan ke kamar mandi, kemudian sholat subuh bersama ibu dan adik-adikku, namun salah satu adikku yaitu Yanti tak mau di bangunkan untuk sholat, karna dia susah sekali di bangunkan, kamipun sholat tanpanya.Aku menoleh ke arah kanan dan mengucap salam lalu menoleh ke arah kiri dan mengucap salam juga. Menandakan akhir dari kegiatan sholat.aku mencium tangan ibu, kemudian menadahkan tanganku dan berdoa pada Tuhan, dan memohon ampun padanya.Setelah selesai aku melipat mukenahku, dan menaruhnya di lemari.Ku lihat Ibu sedang memasak sarapan di dapur, aku menghampirinya berniat membantunya." Bu biar aku yang memasak telurnya ya? "" Tak usah, biar ibu saja. Kamu bangunkan adikmu takut sekolahnya terlambat! " tolak ibu lembut.Aku mengangguk kemudian berjalan menuju kamar Yanti.aku membuka pintu kamarnya, ternyata dia masih terlelap dalam tidurny
Saat aku memberi sarapan pada Abidal dan Tiara, ibu datang dari pasar dengan membawa beberapa kantung belanjaan yang berisikan sayur, bumbu dapur, ikan dan lainnya.Aku meletakkan sendok dan piring di atas meja, menghentikan aktifitasku menyuapi anakku sarapan. Dan berdiri kemudian menjangkau barang belanjaan ibu guna membantunya." Sudah biar ibu saja, kamu selesaikan aktifitasmu kasihan anakmu masih lapar "tolak ibu kemudian tersenyum pada Tiara dan Abidal.Aku pun melanjutkan menyuapi anakku sarapan.***Hari ini aku tidak membantu ibu jualan, karna hari ini Billy mengajakku jalan-jalan. Kami pergi ke sebuah taman hiburan, kedua anakku terlihat sangat gembira mereka berlari kesana kemari.Setelah sudah lelah bermain, kami mampir ke sebuah restoran kecil, kami memesan makanan lalu makan bersama.Billy terlihat bersenang-senang dengan anakku, dia pria yang baik, dia juga terlihat sepert
Aku dan anak-anak menunggu di pintu keluar, sementara Billy masih di kasir membayar belanjaan.Di malam hari ketika kami sampai di rumah, aku telah berjalan dengan Billy untuk waktu yang lama. Itu semua cukup untuk membuat aku dan anak-anak bahagia.Billy mengantarku pulang, setelah sampai di rumah. Aku menaruh tas belanjaanku di kamar, tak lupa juga menyerahkan oleh-oleh pada ibu dan adik-adikku."Duduk Bil, aku akan membuat kopi""Ya, terima kasih Mil"Billy duduk di kursi depan.Aku pergi ke dapur dan mulai membuat secangkir kopi, aku mencampur kopi bubuk dan gula yang telah ku ukur ke dalam gelas, tuangkan air panas dan aduk, kopi sudah siap.Aku membawanya ke Billy, saat berjalan ke ruang depan, aku mendengar suara seseorang yang familiar mengucap salam,"Assalamualaikum"lalu saya menjawabnya dengan suara yang sedikit lebih keras"Waalaikumsalam".Aku bergegas ke ruang depan, a
Mendengar pernyataan dari Dito bahwa dia mengaku sebagai pacarku, aku tercengang dan membulatkan mataku, aku menatap Dito dengan penuh tanda tanya.Dito tak menghiraukanku" maksud kamu apa To? Aku pacar kamu? Sejak kapan kita pacaran? "Billy menoleh kearahku, kemudian menatap Dito." Sejak dulu aku menyukaimu Mil! Apa kau tak sadar, selama ini aku berbuat baik padamu? " Jawab Dito." Jadi kau berbuat baik padaku karna ada maksud tertentu? Karna kamu suka padaku?"" Iya! Itu semua karna aku mencintaimu, tapi sekarang kenapa kamu malah menerima tamu lain? "" Aku tidak menyangka ternyata selama ini kebaikan mu padaku semua bohong!" suaraku lirih." Sekarang balikin semua yang udah aku berikan padamu! "Tak pernah terbesit di pikiranku, bahwa Dito melakukan hal semacam itu, Aku tertegun tak menyangka Dito melakukan ini.
Kini aku duduk melamun di kamarku, merenungkan nasibku yang tak pernah beruntung.Terkadang aku iri terhadap orang lain yang lebih beruntung, mereka mudah menjalani kehidupan tak pernah ada halangan, selalu terdukung oleh orang-orang disekitar.Ya Tuhan permudahkanlah jalan hidupku, beri saja aku satu keberuntungan.Aku paham, Bahwa setiap ujian yang Tuhan berikan takkan melewati batas kemampuanku.Evan pov:Dengan tiba-tiba aku teringat akan Kamila, bagaimana kabarnya?Terlebih lagi aku belum pernah menjenguk anak-anakku, Rasanya aku rindu namun aku terlalu malu untuk menampakan wajahku di hadapannya, bagaimana jika Kamila mengusirku dan anakku tidak mengenalku? Aku tau Kamila pasti sangat benci terhadapku.Namun setelah berhari-hari aku memikirkan hal ini, aku membulatkan tekad ku untuk datang menemuinya.
Aku sampai di depan rumah Kamila, kulihat Kamila membawa sepiring makanan dan memberikannya pada salah satu pelanggan disana. Aku jadi ragu dan malu untuk menghampirinya, apa aku harus memberanikan diri?Back to Kamila:Pikiranku kacau namun aku memaksakan diri untuk melayani pelanggan walau sudah ibu larang. Lagi-lagi aku melawan larangannya, namun kali ini demi kebaikan, aku tak tega jika hanya ibu yang bekerja sendirian.Jadi aku memutuskan untuk membantunya, aku mengantarkan piring berisikan nasi dan lauk berikut air minumnya pada pelanggan yang memesan.Ketika keluar untuk mengantarnya, aku melihat seorang pria yang tak asing bagiku tengah berdiri tak jauh dari rumah.Aku segera meletakkan pesanan lalu kembali ke dapur, aku menggebrak meja dapur dengan sangat marah." Mengapa aku harus melihat dia!? "Mendengar namanya saja membuatku muak, apalagi melihat wajahnya.Kenangan pah