Akupun tak bisa melarang keras, jadi kubiarkan ibu memutuskan keinginanya.
Lama kami berbicara, Yanti baru keluar dari kamarnya penampilannya sangat rapih, ingin pergi kemana dia? Hari sudah mulai malam tapi dia masih ingin keluyuran.
Dia meminta izin pada ibu untuk main dengan temannya, kebetulan malam ini adalah malam minggu, disetiap malam minggu diadakan sebuah pasar malam yang terletak di jl.Dermaga Raya tak jauh dari kawasan rumah kami.
Ibu memperingati Yanti untuk tidak keluar malam-malam, tapi Yanti tetap menolak dengan alasan butuh hiburan, ibu juga tidak bisa mencegah anak untuk mencari kebahagiaannya.
Karna jika orangtua mengekang maka mereka akan membangkang pada orangtuanya, oleh karena itu ibu mengizinkan Yanti untuk keluar dengan syarat harus pulang tidak lebih dari pukul 09:00.
Yanti dengan riang keluar rumah, entah dengan siapa ia bersenang-senang, mungkin dengan
Dan yap, gelang berhasil mengenai boneka beruang itu, ishh menyebalkan sekali kenapa dia yang harus berhasil sih! Aku cemburu akan kemenangannya, bibirku terus manyun menandakan sebal dengan Billy." Yeaayyy " mereka bertiga bersorak.Billy memberi boneka itu pada Tiara dan Abidal dia melihat wajahku yang masam lalu berusaha menghiburku." Eemm kok manyun begitu bibirnya, cantiknya hilang kan..ayo dong tersenyum hiii "Aku melipat kedua tanganku, entah mengapa sikap ku tiba-tiba kekanak-kanakan.Billy lalu menghampiri penjual permen kapas, dia membelinya lalu menyerahkannya padaku." Apa ini!? Memangnya aku anak-anak? "" Kamu tau tidak? Permen kapas itu menggambarkan dirimu "Aku terdiam heran, menggambarkan aku? Maksudnya?" Rasa manis dalam permen kapas membuat orang tersenyum, maka j
Kamila membuyarkan lamunanku, dia mengajak pulang namun aku masih ingin berada didekatnya, tapi apa boleh buat. Akupun menurutinya dan mengantarkannya pulang.Back to Kamila:Malam ini aku sudah cukup senang, sudah lama aku tidak sebahagia ini, sejak masuk dalam dunia pernikahan yang kelam aku terus berduka.Dan mulai hari ini aku harus melupakan semuanya dan memulai kehidupan yang baru, tak seharusnya aku mengingat akan peristiwa menyakitkan itu.Cukup lama kami berada disini dan bersenang-senang, aku lelah jadi kupinta pada Billy untuk mengantarku pulang, namun ia terus melamun, wajahnya mengarah kepadaku, apa yang dia lamunkan?Aku membuyarkan lamunannya, melambai-lambikan tanganku didepan wajahnya." Hei..hei..Billy? Ayok kita pulang, mengapa kamu melamun? "" E..eh? I..iya ayok ""Aneh sekali pria
Mengapa tiba-tiba dia mengatakan hal itu, dan dari mana dia tahu bahwa Kamila punya pasangan baru?" Aku sudah tahu, lagipula itu bukan urusanmu. Sekarang kamu minggir "Kali ini dia tidak menghalangi jalanku, mungkin karna kecewa aku telah lebih dulu mengetahui hal itu dan mengabaikannya.Dia hanya berdiri disana, aku menariknya keluar lalu menutup pintu.Kutinggalkan dia yang masih berdiri didepan pintu, aku tak menghiraukannya dan sama sekali tak peduli dengannya.***Pov:Siang ini Kamila dan ibunya sibuk memasak untuk berdagang, sedangkan Yanti tidak bersekolah karena libur, hari minggu.Adiknya yang lain membantu ini dan itu, sedangkan Yanti hanya duduk menikmati hari liburnya, tapi kemudian ia mulai bergerak saat teringat akan perintah semalam.Ia mulai beraks
💌💌💌 Pernahkah kamu merasakan pahitnya cinta tanpa restu orang tua...?? Hidup akan terasa tiada guna. Namun takdir tuhan aku yakin penuh rencana tentang tersingkapnya misteri yang ada. *** Aku Kamila saat ini usiaku menginjak 17 tahun, aku tinggal bersama ibu dan adik-adikku di sebuah kota kecil di Jakarta. aku anak pertama dari 4 bersaudara 2 adikku perempuan dan yang satu laki-laki. Ibu ku berstatus janda, perjalanan cintanya cukup pahit, itu lah cinta tak selamanya berbuah manis. Pov: Aku duduk di depan rumah, memandang birunya langit,merasakan sejuknya hembusan angin,dan menikmati suasana sore yang mententramkan hati dan pikiran. Evan pov: Setelah aku lelah bermain bola di sebuah lapangan di kampung sebelah, aku memutuskan untuk pulang ke rumah, dengan nafasku yang terengah- engah dan keringatku yang be
kenapa dia terkejut?? Ya...karna dia adalah Evan yang sudah lama tak melihat Kamila. Evan pov: Aku akhirnya pindah ke kontrakan baru yang di anjurkan temanku, aku tinggal bersama temanku, dan saat sedang bersih-bersih, aku terkejut melihat perempuan yang dulu pernah aku jumpai dan sempat aku sukai.namun aku memutuskan untuk melupakannya karna memang aku sudah punya kekasih sejak itu,sekian lama aku sudah lupa dengan wanita itu, seperti sudah di takdirkan kini aku bertemu lagi dengan dia setelah sekian lama. " Siapa ya dia? kayak kenal " Evan berusaha mengingat. " Ah sudahlah mungkin cuma perasaan " Dia melanjutkan pekerjaannya. *** Setelah pekerjaannya selesai Evan keluar kamar, dia melihat seorang an
gresek gresek Ada suara di balik ilalang yang menjulang, lalu muncul perempuan yang tak lain adalah pacar Evan, Evan pun terkejut..!! " ngapain kamu berduaan sama perempuan ini?! " Tanya perempuan itu. " Aku hanya duduk aja kok, tidak ada apa-apa, lagipula dia anak pemilik kontrakan! " " Alah..!! Alesan aja kamu, bilang aja kamu suka kan sama dia! " " Tidak La kamu salah paham! " " sudahlah mulai sekarang hubungan kita SAMPAI DI SINI !! " Evan cuma berdiam diri, dia tak mengejar kekasihnya, sebenernya dia beneran sayang sama pacarnya atau enggak sih? " Itu pacar kamu Van? Siapa namanya? " dengan rasa malu Evan menjawab." Mm iya. maaf ya dengan kejadian tadi, namanya Kaila " " Harusnya kamu tak usah ke sini, dia jadi marah kan? dan sekarang kamu di p
*** Sesuai dengan janjinya kini Evan datang bersama orang tuanya, ayah dan ibu Evan sudah cukup tua dan terlihat sangat sederhana. Melihat Evan dengan pakaian rapihnya aku sangat gugup, dan tentunya aku juga merasa sangat bahagia. Akhirnya orang tua kami saling berbincang, membahas mengenai pertunangan kami. Namun tiba-tiba ibu menarikku ke kamar. " Sebentar ya bu, saya minta pendapat anak saya dulu. ayok nak ikut ibu sebentar " izin ibu kepada orang tua Evan. " Oh iya silahkan bu " balas orang tua Evan. Sesampainya di kamar " Ada apa sih bu mengajakku kemari?" " Kamu serius dia calonnya? " " Iya bu memang kenapa? " " Ingat ya Mil ! Ibu tidak akan pernah setuju kamu nikah dengan dia! " Aku tersedak mendengar pernyataan dari ibu,mata
Di sinilah kisahku dimulai.... Tahun 1995 tepat di usiaku yang menginjak 19 tahun aku menikah dengan Evan, tanpa restu seorang ibu, tanpa doa orang tua, dengan mahar seadaanya, dan tidak mengadakan resepsi, hanya ijab kabul saja. Sehari sesudah menikah kini aku mengemas pakaian dan sedikit barang kepunyaanku, kini sudah saat nya aku tinggal bersama suamiku, melayaninya, dan ikut kemanapun dia pergi. aku dan Evan masih tinggal di kontrakan milik ibuku, jadi aku masih berdekatan dengan orang tuaku. *** Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya pernikahanku tanpa restu, aku hanya bisa berharap dan berdoa supaya rumah tanggaku berjalan baik dan bahagia. seminggu pernikahan jujur aku bahagia, bisa selalu bersama dengan pasangan tentu membuatku bahagia. " Sayang ayo makan dulu " aku menyiapkan makan untuk suamiku.