Share

3

Author: GREYWIND
last update Last Updated: 2025-04-03 23:35:45

Syifa sangat terguncang mendengar perkataan Rama. Tidak ingin percaya tetapi Pia telah menjawabnya. Syifa menangis pilu, tak mampu menahan rasa malunya yang begitu besar. Bagaimana Syifa harus menjelaskan pada semua orang yang sedang menunggu. 

Tidak.

Syifa tidak sanggup.

Bukannya jawaban baik-baik yang didapat Syifa ketika datang ke rumah Rama, melainkan penghinaan.

Masalah ini tampaknya tidak ada jalan keluarnya. Sehingga Syifa pun jatuh pingsan dan dilarikan ke rumah sakit.

Pia merasa sangat bersalah. Karena kesalahan memilih calon suami, kedua orang tuanya harus terbaring tak berdaya di brankar rumah sakit di ruang yang sama.

Pria yang ditabrak Pia telah dipindahkan ke tempat lain. Tetapi Pia tidak sempat menanyakan di mana ruangannya. Pia akan mengurus pria tersebut nanti, karena, orang tuanya jauh lebih membutuhkannya.

Saat tengah memandang Nizar dan Syifa, tiba-tiba seorang wanita masuk tanpa mengetuk. 

“Pia, apa kamu tidak punya harga diri sampai-sampai harus menyuruh ibumu datang? Rama sudah jelaskan, kan, kalau dia tidak bisa menikahimu. Lalu kenapa ibumu malah datang?’’

Dewi datang menemui Pia di rumah sakit. Wanita itu tampak tidak peduli dengan keadaan orang tua Pia sekarang.

“Dewi, bisakah kamu tidak menuduh sembarangan? Kita bicara baik-baik di luar,’’ Pia pun berjalan ke arah pintu, tetapi Dewi menahannya.

Dewi tidak mau membuang waktunya, semua harus diselesaikan secepat mungkin. 

“Aku tidak mau berlama-lama di sini. Aku harap kamu ngerti kalau Rama sekarang sudah jadi suamiku. Jadi, jangan usik rumah tangga kami yang baru dibangun hari ini,’’ seru Dewi dengan melipat kedua tangan di dada.

Pia menggelengkan kepalanya. Tidak Rama, tidak Dewi, orang yang selama ini terlihat baik ternyata memiliki sifat buruk yang tersembunyi. Mereka pandai bersilat lidah, manusia bermuka dua. Sangat pintar memutarbalikkan fakta seakan Pia lah penjahat dari kejadian hari ini.

“Tega sekali kamu bicara seperti itu, Dewi. Selama ini aku selalu biarin Rama dekat sama kamu, karena aku sudah menganggap kamu seperti adikku juga. Tapi malah seperti ini balasannya?’’ Air mata Pia menggenang di pelupuk mata. Rasa dikhianati pun kian terasa.

“Sudahlah, jangan kebanyakan drama. Sekarang keluarga Rama tahu kamu wanita murahan. Belum dinikahi sudah mau ditiduri!’’ Dewi memandang Pia dengan tatapan jijik.

“Sedangkan kamu? Bagaimana dengan kamu yang bahkan lebih parah? Hamil di luar nikah!’’

PLAK!

“Hati-hati kamu kalau ngomong!’’ seru Dewi tidak terima.

Apa yang salah dari kalimat Pia? Memang begitu, kan, kenyataannya? 

Pia bicara benar tapi dirinya malah ditampar. Pia pun tidak ingin tinggal diam dan ingin membalas. Namun, “Jangan pernah kamu sentuh istriku.’’

Rama datang menepis tangan Pia hingga Pia kehilangan keseimbangan dan jatuh di lantai.

Dewi memasang wajah takut dan lekas memeluk Rama. “Ram, aku nggak tahu kenapa Pia sampai mau nyerang aku. Padahal aku bicara baik-baik,’’ rengeknya bahkan hingga keluar air mata buaya.

Pia lagi-lagi dibuat terkejut dengan akting Dewi yang luar biasa. 

“Tadinya aku kesini mau jenguk orang tuamu tp aku malah lihat kelakuanmu yang busuk.’’

Sepatah kata pun Pia tak membalasnya. Keadaan ini terlalu kejam. 

Rama tidak ada dari awal namun Rama seakan-akan tahu segalanya.

“Kita pergi saja sekarang!’’ Rama merangkul Dewi dan membiarkan Pia masih bersimpuh di lantai. “ 

Aku nggak nyangka kamu bisa sekasar ini,’’ timpal nya lagi. Rama pun pergi namun meninggalkan tatapan kecewa pada Pia.

Dunia terasa terbalik. Pia berusaha berdiri sambil menangis. Semuanya sangat tiba-tiba sampai-sampai Pia merasa sekujur tubuhnya lemas. Pia pun mencari area sepi untuk menumpahkan isi hatinya. 

Tidak ada tempatnya berkeluh kesah, semua ditelannya sendiri walau sakit.

Mungkin inilah maksud ayahnya yang pernah berkata, tidak ada pria dan wanita yang dekat tanpa ada perasaan di dalamnya. Sekarang Pia menuai benih yang dirinya tabur. Selalu membiarkan Rama dengan prinsip percaya, tetapi akhirnya apa? 

Pia dikhianati oleh orang yang dicintainya. Juga orang yang dipercaya tidak akan merebut calon suaminya.

“Mbak, maaf mengganggu.’’ 

Pia buru-buru menghapus air matanya saat seorang perawat menghampiri.

“Ada tagihan rumah sakit yang harus dibayar. Tolong dilunasi segera di bagian administrasi, ya.’’

Setelah si perawat berlalu, Pia menggerakkan kakinya yang terasa berat bersama air mata yang belum surut. Pia tidak peduli lagi pada sekitar yang memperhatikan pakaiannya. Pikirannya begitu rumit dan hatinya begitu sakit.

Badan pun sudah sangat lelah memikirkan semua yang terjadi hari ini.

Pia menyesal begitu bodohnya mempercayai Rama dan Dewi.

Dua orang yang disayanginya ternyata menjadi sumber penderitaannya. Ketika Pia selalu mendahulukan kepentingan mereka, keduanya malah bermain di belakang Pia.

Sudah berapa lama sebenarnya?

Sepuluh tahun berpacaran dengan Rama, apakah Dewi dan Rama sudah bersama lebih dari itu?

Dan selama mengenal mereka, mengapa baru sekarang kedok keduanya terbongkar?

Tampaknya mata Pia tertutup oleh cinta kepada Rama sehingga tidak bisa melihat ada hubungan gelap di depan mata.

Penyesalan mendalam itu membuatnya kembali menangis. Hingga napas Pia terasa begitu sesak.

Namun saat ini, semua itu harus disembunyikannya dahulu karena Pia telah berada di depan loket administrasi. Tetapi air mata Pia lagi-lagi jatuh ketika petugas mengatakan, “126 juta untuk total perawatan tiga orang dan harus dilunasi sekarang.’’

Pia kaget. Mengapa bisa semahal itu?

“Perawatan untuk pasien mana yang menelan biaya besar, Bu?’’

“Untuk pasien di ruang vvip yang sekarang dalam perawatan pasca operasi patah tulang.’’

“Vvip?’’ 

“Iya. Pasien sendiri yang memintanya untuk dipindahkan ke sana. Pasien tidak ingin bergabung dengan pasien umum yang lain.’’

Pia bingung bagaimana bisa pria itu meminta ruangan terbaik di rumah sakit. Sedangkan orang tuanya sendiri berada di ruang perawatan biasa. 

Demi meminimalisir biaya, Pia memutuskan menemui pria tersebut.

Namun sebelum itu, Pia menyempatkan ke kantin rumah sakit untuk membeli minum. Dan tanpa sengaja melihat foto pria yang ditabraknya ditampilkan di televisi.

“Kami kehilangan anak kami, Raja Dakara. Bila ada yang melihatnya, tolong hubungi di nomor yang telah kami cantumkan. Terimakasih.’’

Lalu si wanita yang sedang dikejar oleh wartawan masuk ke dalam mobilnya dan tak lama melaju cepat.

“Anak konglomerat keluarga Dakara tidak diketahui keberadaannya. Sementara rapat besar pemegang saham keluarga Dakara masih berlangsung dan menantikan kedatangan beliau. Demikian sekilas info.’’ 

Kini layar berubah menampilkan iklan.

Pia terduduk lemas. Menyadari yang ditabraknya adalah anak pengusaha kaya terkenal di kotanya. Siapa yang tidak mengenal keluarga Dakara? Keluarga pebisnis sukses bahkan pusat perbelanjaan yang sering dikunjungi Pia adalah milik keluarga tersebut.

Pia ketakutan memikirkan hal-hal aneh di luar kepalanya. Setelah pernikahan yang batal, apakah dirinya akan dimasukkan ke penjara oleh Raja?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tawanan Hati Sang Tuan Muda   6

    Hari di mana Pia harusnya menikah, memang benar terjadi.Namun semua di luar bayangan Pia, karena, mempelainya bukanlah laki-laki yang melamarnya dan telah menjalin hubungan sebelumnya dengannya. Melainkan orang tak dikenal. Yang baru saja Pia jumpai hari ini karena tak sengaja mencelakainya.Selama di jalan tak satu pun kata keluar dari Raja. Laki-laki itu sibuk dengan ponselnya dan Pia dengan pikirannya.Saat ini Rama pasti sedang berbulan madu dengan Dewi. Menikmati indahnya pengantin baru.Pia. Kuatlah. Kamu tidak boleh memikirkan laki-laki itu. Kamu juga harus bahagia.Namun bahagia seperti apa jika menikah karena terpaksa?Karena terjerat hutang?Tidak. Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahan kalau bukan dilandaskan cinta.Hal itu membuat Pia tertunduk sedih. Raja yang menyadari kemurungan tersebut memilih berkutat dengan benda pipihnya. ‘’Sudah sampai.’’ Sang supir berkata lalu membukakan pintu untuk Raja dan Pia.Raja turun lebih dulu meski susah payah.Pia pun terkesima meli

  • Tawanan Hati Sang Tuan Muda   5

    Setelah keluar dari ruangannya, Raja melihat penampilan Pia yang akan membuat siapapun bertanya-tanya.Wanita dengan pakaian pengantin, seharusnya berada di acara pernikahan, tetapi Pia malah berada di rumah sakit.Kebaya putih itu tak lagi bersih, melainkan kotor dengan banyak noda tanah. Selain itu, wajah Pia tampak kusut. Seperti merefleksikan isi dalam pikiran Pia.Dia ini mau pergi ke nikahan tapi kecelakaan atau mau nikah diam-diam tapi tidak disetujui orang tuanya?Raja membatin seraya melihat ke arah pintu di mana punggung Pia sudah tak tampak lagi. Banyak kemungkinan buatan dan dugaan-dugaan di pikiran Raja membuatnya melepas infus di tangan.“Tuan, mau kemana?” Rudi, sang supir pun heran melihat Raja kini bersikeras turun dari brankar. “Ambilkan kursi roda. Cepat!” bentak Raja. Meski gerakan egoisnya itu membuatnya sedikit meringis kesakitan.“Tuan, itu tidak mungkin…”“Bedebah! Kau mau aku pecat?” Iras Raja kian berubah dingin.Rudi yang ingin menolong pun akhirnya mencar

  • Tawanan Hati Sang Tuan Muda   4

    Setelah mengumpulkan keberanian segenap jiwa raga, Pia mendatangi tempat Raja dirawat. Kaki Raja tergantung di atas tiang dan tengah terlelap.Sepertinya tidak ada masalah dengan operasi Raja. Pia yang hendak mengetuk pintu pun kembali menarik tangannya lagi. Cukup melihat dari celah kaca di pintu saat ini. Pia akan kembali setelah Raja siuman dan membiarkannya untuk beristirahat.“Kamu yang nabrak Tuan Raja, kan?”Deg.Tiba-tiba pria yang menolongnya muncul. Niat ingin pergi pun batal.“Iya, Tuan. Tuan yang menolong kami tadi, bukan? Terimakasih sudah membantu,” ucap Pia di tengah-tengah kekagetannya. “Anda ditunggu beliau sejak tadi. Silakan masuk.” Pintu dibuka, Pia pun masuk ke dalam. Ternyata pria itu bukan sengaja lewat dan muncul sebagai penyelamat, melainkan memang untuk menjemput Raja.“Kenapa baru datang? Aku menunggumu sejak tadi! Jangan katakan kalau kau berusaha kabur.”Ternyata Raja tidak tidur. Pia sampai terperanjat dua kali dengan tubuhnya yang sedikit terlonjak.

  • Tawanan Hati Sang Tuan Muda   3

    Syifa sangat terguncang mendengar perkataan Rama. Tidak ingin percaya tetapi Pia telah menjawabnya. Syifa menangis pilu, tak mampu menahan rasa malunya yang begitu besar. Bagaimana Syifa harus menjelaskan pada semua orang yang sedang menunggu. Tidak.Syifa tidak sanggup.Bukannya jawaban baik-baik yang didapat Syifa ketika datang ke rumah Rama, melainkan penghinaan.Masalah ini tampaknya tidak ada jalan keluarnya. Sehingga Syifa pun jatuh pingsan dan dilarikan ke rumah sakit.Pia merasa sangat bersalah. Karena kesalahan memilih calon suami, kedua orang tuanya harus terbaring tak berdaya di brankar rumah sakit di ruang yang sama.Pria yang ditabrak Pia telah dipindahkan ke tempat lain. Tetapi Pia tidak sempat menanyakan di mana ruangannya. Pia akan mengurus pria tersebut nanti, karena, orang tuanya jauh lebih membutuhkannya.Saat tengah memandang Nizar dan Syifa, tiba-tiba seorang wanita masuk tanpa mengetuk. “Pia, apa kamu tidak punya harga diri sampai-sampai harus menyuruh ibumu da

  • Tawanan Hati Sang Tuan Muda   2

    Pia pun bersimpuh di kaki Nizar, menangis mengadukan penderitaannya. Berterus terang, berbicara terbuka hingga Nizar sampai terdiam kala mendengar yang dituturkan sang putri. Kepala Nizar langsung terasa pusing dan pandangan pun berputar-putar. Nizar tidak menyangka, kehormatan putrinya yang polos sudah dirusak oleh pria tak bertanggung jawab.“Ayah sudah habis-habisan dan berhutang banyak demi mewujudkan pernikahan impianmu. Tapi kamu malah ditinggal begitu saja. Seharusnya kamu dengar ayah dari awal!”Tangis Pia semakin menjadi-jadi. Rasa sakit ini begitu luar biasa membuatnya sampai sulit bernapas.“Maafkan Pia, Yah. Maaf!” Penyesalan memang selalu datang diakhir. Namun semua sudah terjadi dan tidak bisa dirubah.Di saat yang sama, tubuh Nizar pun ambruk ke tanah. Pia sangat panik dan berteriak meminta tolong.Akan tetapi, tidak ada siapapun yang bisa dimintai tolong. Sehingga Pia membonceng sang ayah dengan mengikatkan selendang di tubuhnya agar tidak terjatuh.Walau kesulitan, P

  • Tawanan Hati Sang Tuan Muda   1

    “A… apa ini, Ram?” Pia berharap pemandangan di depannya adalah mimpi. Mimpi buruk namun sayangnya nyata. Menyaksikan mempelai pria yang seharusnya menikah dengannya hari ini, baru saja selesai mengucap ijab kabul untuk wanita lain.Pia begitu kecewa. Namun semua sudah terlambat.Pernikahan Rama dan Dewi sudah terjadi. “Pia?” Rama begitu syok dan berdiri, namun Pia lebih dari itu.Tubuhnya terasa lemas seiring jantung yang terus berdegup lebih cepat. Keringat di dahi membanjiri sehingga make up yang dikenakannya pun sedikit luntur.Apa ini?Apakah ini prank?Dua jam menunggu Rama di meja akad, akan tetapi Rama malah berada di meja akad yang lain. Dewi pun juga berkebaya putih seperti Pia, tetapi dengan perut sedikit membuncit.Apakah itu artinya?Tidak.Itu tidak mungkin.Dewi adalah tetangga yang sudah dianggap adik oleh Rama. “Pia, maaf. Dewi sedang mengandung anakku!” Penjelasan itu menjawab segalanya.Hari yang dinanti-nantikan menjadi hari paling membahagiakan untuk Pia beruba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status