Share

Bab 14

Penulis: SILAN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-05 18:28:38
"Aku tidak butuh bantuanmu!" geram Hazel, suaranya mengiris dingin seketika setelah Neil menghilang dari pandangannya. Tangannya mengepal, kuku-kukunya menancap di telapak tangan sendiri, seolah berusaha menahan amarah yang mendidih.

Xavier tak segera merespons. Dengan gerakan lambat, ia menoleh padanya, satu alisnya terangkat sinis, bibirnya menyungging senyum yang membuat Hazel ingin muntah.

"Kalau begitu," ujarnya, suaranya seperti madu beracun, "aku akan memberitahu mantan kekasihmu bahwa kau benar-benar datang sendirian. Bayangkan betapa senangnya dia menertawakanmu."

Hazel menghela nafas kasar, memutuskan untuk mengabaikannya. Malam ini sudah cukup buruk, Neil yang menyebalkan, Xavier yang menjengkelkan, ia tak punya niat untuk kembali ke pesta itu. Langkahnya cepat, meninggalkan Xavier di belakang, tapi pria itu seperti bayangan yang tak bisa ia hindari.

Saat Hazel melintasi koridor panjang yang sepi, langkah berat Xavier menyusul dari belakang. Tanpa peringatan, tangan kuat itu
SILAN

:)

| 12
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Rosy
aaaa... gaskeun kaaak lanjutannyaaaa....
goodnovel comment avatar
Ct Jerr
lanjut up lg
goodnovel comment avatar
SILAN
belum, si Xavier cuman penasaran aja itu wkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 88

    Hazel menatap Ella dengan mata menyala penuh amarah. Tapi yang membuatnya heran, perempuan di depannya pun tampak marah seakan Hazel-lah penyebabnya, padahal ia hanya memilih barang, tenang-tenang saja sebelum Ella datang seperti badai yang tak diundang, dan tanpa peringatan, tamparan mendarat keras di pipinya.Seketika, suara para pengunjung membubung rendah seperti bisikan tegang. Seorang karyawan toko segera menghampiri, wajahnya pucat dan cemas.“Maaf, Nona... Tolong jangan membuat keributan di toko kami,” ucapnya gugup, jelas takut pelanggan lain akan kabur.Hazel bahkan belum sempat membuka suara saat Ella dengan kasar menarik pergelangan tangannya. Membawanya keluar seperti hendak menyeret seekor anjing.Namun Hazel bukan tipe wanita yang bisa ditarik begitu saja. Dengan cepat ia menyentakkan lengannya lepas dari cengkeraman Ella. Mereka kini berdiri di luar toko, tatap-tatapan seperti dua pejuang yang baru naik ring."Jangan macam-macam denganku. Kita tidak punya urusan apa pu

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 87

    Xavier hanya diam. Ia membiarkan tangannya yang terluka berada dalam genggaman Hazel, menyerahkan sepenuhnya perawatan kepada perempuan yang beberapa menit lalu, hampir saja menusuknya. Jemari Hazel begitu hati-hati mengoleskan salep, lalu membalut luka itu dengan kain kasa seolah luka itu adalah sesuatu yang tak boleh disentuh apapun karena ia yang mengobatinya.Xavier tertegun, perhatian Hazel ini tidak menunjukkan bahaya sama sekali, justru sebaliknya, Xavier merasakan bahwa Hazel tidak akan melukainya. Diantara mereka, tak ada ketegangan dalam setiap gerakan Hazel. Hanya ketulusan, dan mungkin sedikit rasa bersalah.“Bukankah kau harusnya senang aku terluka?” tanya Xavier pelan, hampir seperti bisikan.Hazel menghentikan gerakannya sejenak, menatap wajah Xavier sebelum kembali menunduk, merapikan balutan di tangan pria itu. “Aku memang pernah mengatakan akan mengejekmu kalau kau tidak berdaya… tapi ternyata, aku tidak setega itu.”Xavier menatapnya lekat-lekat. Sorot mata Hazel pe

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 86

    Sehari saja. Satu hari penuh tanpa ancaman, tanpa tekanan. Tapi tampaknya permintaan sederhana itu terlalu sulit untuk dipenuhi.Hazel memejamkan mata sejenak, membiarkan hangatnya matahari menyentuh wajahnya. Ia duduk di bangku taman villa, dikelilingi hamparan hijau yang tenang. Namun, pikirannya sama sekali tidak selaras dengan ketenangan itu. Alih-alih damai, dadanya terasa sesak, pikirannya kusut seperti benang yang digulung paksa.Baru saja ia hendak menikmati pagi cerah tanpa darah dan pelarian, bayang-bayang dari masa lalu kembali menghantuinya. Perjanjian dengan Tyler.Perjanjian bodoh yang tak pernah ditulis, tak pernah disahkan, tapi dampaknya menjerat kuat seperti rantai besi di lehernya.Hazel menghela nafas berat untuk yang entah keberapa kali, menyandarkan punggung dan membiarkan angin menggoyang helai-helai rambutnya.“Seharusnya aku bisa lepas… tak ada tanda tangan, tak ada kontrak, tak ada harga yang kubayar untuk kerja sama itu. Harusnya… bisa kuputus kapan saja.”Ta

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 85

    Kamar itu kacau. Sprei kusut, bantal terlempar ke lantai, dan pakaian berserakan seperti jejak dari pertempuran panas yang terjadi semalam. Xavier terbangun dengan dahi berkerut, tidak karena kekacauan di sekelilingnya, melainkan karena satu hal yang paling ia benci, bangun tanpa seseorang yang semalam menemaninya.Dengan malas, ia mengusap wajahnya, lalu bangkit dari ranjang. Suasana sunyi sempat membuatnya tak tenang… sampai hidungnya menangkap aroma gurih telur yang digoreng dengan mentega. Aroma itu menuntunnya keluar kamar, membuat langkahnya bertambah cepat dan penasaran.Begitu tiba di ambang pintu dapur, pemandangan di depannya membuat Xavier terdiam sejenak.Hazel berdiri membelakanginya, mengenakan kemeja abu-abunya yang jelas terlalu besar untuk tubuh mungilnya. Namun justru karena itulah, pakaian itu hanya menutupi separuh pahanya, menyisakan kaki jenjang yang terekspos begitu menggoda. Lengan baju dilipat asal di atas siku, rambut panjangnya dikuncir asal seperti baru ban

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 84

    Hazel kembali ke area pesta yang mulai sedikit lebih ramai dibanding sebelumnya. Musik berdentum lembut dari speaker tersembunyi di balik dinding taman, dan lampu-lampu gantung yang menggantung dari pohon-pohon menciptakan cahaya temaram yang menenangkan, atau seharusnya.Di kejauhan, ia melihat Xavier tengah bercengkrama santai bersama beberapa pria dengan jas casual. Tawa mereka terdengar ringan, tapi ketika Hazel mendekat, seketika percakapan itu diselingi bisikan dan tawa dalam bahasa Italia yang jelas bukan basa-basi. Salah satu dari mereka bahkan menyenggol bahu Xavier sambil melirik ke arahnya.Hazel pura-pura tidak mendengar. Ia tersenyum sopan, menjaga sikap."Hai, Babe." Xavier langsung menariknya ke dalam pelukannya dengan luwes, seakan sedang memamerkan sebuah piala berharga pada rekan-rekannya. Lengan pria itu melingkar di pinggang Hazel, dan sentuhan itu terasa hangat... terlalu familiar untuk suasana yang penuh kepalsuan ini.Hazel membalas dengan senyum kaku, lalu membi

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 83

    Suasana pesta semakin hidup. Tawa para tamu berpadu dengan denting gelas dan irama musik yang dimainkan oleh band profesional di sisi taman. Xavier memandu Hazel di antara kerumunan dengan langkah tenang dan penuh percaya diri, setiap orang yang mengenalnya memberi salam, dan beberapa bahkan terlihat canggung.Hazel memperhatikan semuanya dengan seksama. Ia tahu Xavier bukan sekadar orang kaya biasa. Kehadirannya seperti magnet, memikat, sekaligus menakutkan bagi sebagian orang.“Xavier, senang sekali kau datang,” seorang pria tua berjubah biru laut menghampiri mereka. Wajahnya dihiasi senyum hangat, namun tatapannya tajam.“Count Verano,” balas Xavier sopan. “Kau masih menjadi pusat pesta seperti biasa.”Hazel hanya mengangguk saat diperkenalkan, tapi di balik senyumnya, ia bisa merasakan tekanan sosial yang perlahan menyesakkan. Ini bukan sekadar pesta. Ini adalah tempat pertemuan para penguasa bayangan, para pemain utama dari politik, senjata, dan kekuasaan.Tak lama kemudian, Xavi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status