Follow ig: Hada_tm96 Niatnya Riska hanya ingin membantu sahabatnya untuk menghentikan harapan sekretarisnya. Namun, kunjungan mendadak Kakek sahabatnya malah berujung salah paham. Karena kesalah pahaman itu, mereka di paksa untuk menikah. Tidak pernah terlintas sedikit pun di benak Riska untuk menikah dengan sahabatnya. Bagaimana Riska akan menjalani pernikahannya dengan sang sahabat. Cover: pict by pixabay edited canva by Hada_tm
Lihat lebih banyakDi dalam sebuah apartemen, sepasang sahabat sedari kecil sedang terlibat perdebatan.
Mata wanita itu melotot, menatap tajam sahabatnya yang terlihat sangat santai. Sedangkan sang sahabat hanya memandang wanita itu tanpa banyak bicara.
"Angga, yang benar saja, masa aku harus pakai baju kayak gini sih," keluh sang wanita.
Wanita tersebut bernama Riska. Riska, Angga dan Fajar, mereka sudah berteman dari kecil. Rumah mereka juga berdekatan, orang tua mereka juga berhubungan sangat baik, sehingga tidak heran mereka sangatlah akrab.
"Nggak apa-apa, kamu pakai itu dulu. Toh juga cuma sebentar." Angga membujuk Riska supaya mau memakainya.
"Tapi nggak baju seperti ini juga kali. Pokoknya aku nggak mau pakai ini."
Riska sekali lagi memperhatikan pakaian yang sangat minim dan transparan di tangannya. Bagaimana bisa Angga menyuruhnya memakai pakaian seperti itu pikirnya.
Meskipun mereka berteman sedari kecil, bahkan mereka juga pernah mandi bersama, tapi itu kan saat mereka masih kecil. Sekarang jika Riska memakai pakaian yang terlalu terbuka, Riska akan merasa malu, meskipun itu di depan sahabatnya.
"Riska cantik, kamu tadi kan sudah janji bakal bantuin aku. Dipakai ya bajunya, hanya sebentar kok," bujuk angga.
"Nggak mau. Aku malu Angga kalau harus pakai baju kurang bahan seperti ini. Bagaimana kalau," belum selesai ucapan Riska, bell apartemen Angga berbunyi.
Mereka kompak menoleh ke arah pintu. Mereka yakin jika yang datang adalah alasan Angga meminta Riska untuk memakai lingerie.
"Sekali ini saja, ya. Aku mohon," pinta Angga dengan wajah memelas.
"Kamu mah gitu." Riska cemberut kesal dengan Angga.
Beberapa jam sebelumnya. Mereka tengah mengobrol di cafe milik Fajar. Angga mengatakan permintaannya kepada Riska. Memohon agar Riska mau membantunya untuk menjauhkan sekretarisnya yang selalu mengejarnya.
"Kenapa nggak kamu tolak langsung sih Ga?" tanya Riska heran.
"Aku udah nolak dia berkali-kali, tapi dianya saja yang bermuka tebal, tidak tahu malu."
"Lalu aku bisa bantu kamu apa?"
Angga kemudian menjelaskan rencananya untuk menghempaskan sekretarisnya yang bernama Siska. Begitu mendengar penjelasan Angga, Riska sontak langsung berdiri dan menggebrak meja.
"Kamu gila ya," ucap Riska sambil memukul Angga dengan tasnya.
"Aw, aw, berhenti Riska," ucapnya sambil menahan tangan Riska agar berhenti memukulnya. "Kali ini saja, kamu tolongin aku ya," ujar Angga.
Melihat tatapan putus asa sahabatnya, Riska akhirnya memutuskan untuk membantu Angga.
"Ok, aku bantu, tapi cuma kali ini saja. Tidak ada lain kali," ucapnya final.
" ok, nggak masalah," ucap Angga tersenyum.
*
Yang tidak Riska sangka adalah, Angga memintanya untuk memakai lingerie yang sangat seksi menurutnya. Jika Riska tahu akan disuruh memakai lingerie, Riska tidak akan menyetujui untuk membantu Angga.
Angga menarik Riska memasuki kamarnya, membiarkan Riska untuk berganti pakaian. Tidak bisa disebut pakaian sebenarnya, karena itu sebuah lingerie berwarna hitam yang akan menunjukkan lekukan tubuh Riska saat dia memakainya.
"Kamu ganti ya Ris, kali ini saja. Aku janji nggak akan ada lain kali," pinta Angga. Angga kemudian keluar dari kamarnya, untuk membukakan pintu.
Riska menatap kepergian Angga dengan cemberut. Biar bagaimanapun, sedekat apapun mereka, Riska tetap mempunyai merasa malu, apalagi jika harus memakai pakaian kurang bahan seperti yang di tangannya.
"Ah, aku pakai ini saja," gumamnya sambil mengambil kemeja Angga di lemari. Melempar lingerie yang diberikan Angga padanya tadi.
Tidak butuh waktu lama, Riska mengganti pakaiannya dengan kemeja milik Angga.
"Ini lebih baik," ucapnya sambil melihat dirinya yang memakai kemeja Angga yang kebesaran di badannya. Riska menatap pantulan dirinya di cermin. Kemeja yang kebesaran cukup untuk menutupi setengah dari pahanya.
Melihat jika kemeja Angga bisa sampai setengah pahanya, Riska memutuskan tidak akan memakai celana. Riska hanya akan menggunakan dalaman saja. Apalagi ini untuk membuat sekretaris Angga menyerah padanya.
Saat sedang bercermin, Riska mendengar suara ribut di luar. Sudah pasti itu Angga dan sekretarisnya. Dengan penuh percaya diri Riska lalu mengacak-acak rambutnya, mengusap lipstiknya hingga belepotan di pipinya, membuka dua kancing kemeja bagian atas, sehingga membuat bahunya sedikit terekspos.
"Sempurna," ucapnya sambil berkaca melihat penampilannya sekali lagi..
Riska membuka pintu kamar, membuat Siska dan Angga yang sedang duduk di sofa langsung menoleh padanya.
Mereka menatap dengan pandangan yang berbeda.
"Siapa wanita itu, kenapa berpenampilan seperti itu, apalagi dia baru keluar dari kamar Angga. Tunggu, kamar Angga," batin Siska berkecamuk saat melihat Riska keluar dari kamar Angga dengan berpenampilan berantakan seperti itu.
"Tidak kusangka, Riska bisa terlihat sangat cantik dan seksi di saat yang bersamaan. Tunggu, dia tidak memakai lingerie yang kuberikan, tapi dia memakai kemejaku," batin Angga, menilai penampilan Riska yang malah terlihat sangat seksi di matanya.
"Sayang, kenapa ribut sekali, aku masih mengantuk," ucapnya sambil melangkah mendekati Angga. Riska lalu bergelayut manja di lengan Angga.
"Sayang ayo tidur lagi." Riska menarik-narik tangan Angga.
Angga menahan senyum di bibirnya, melihat Riska yang sedang bergelayut manja di lengannya.
"Akting yang sangat sempurna," batin Angga memuji Riska.
"Sayang, dia siapa?" Riska pura-pura terkejut melihat adanya Siska disana.
Riska kemudian duduk dan memegang kemeja Angga yang melorot di bagian bahunya.
"Maaf, saya tidak tahu jika ada tamu," ucap Riska dengan tampang menyesal.
"Hanya sekertaris yang membawakan dokumen, untuk meminta tanda tanganku." Angga memeluk Riska dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya digunakan untuk merapikan rambut Riska yang berantakan.
"Oh, sekertaris kamu, apa sudah selesai?"
"Aku ke ruang kerja sebentar ya, untuk tanda tangan. Kamu temani dia sebentar," ucap Angga.
Sebelum pergi, Angga mencium kening Riska sebentar.
"Dasar cari-cari kesempatan," umpat Riska dalam hati.
Riska buru-buru tersenyum kembali, menormalkan raut wajahnya yang tadi sempat cemberut.
"Oh iya, sampai lupa, mau minum apa Mbaknya?" Riska bertanya sopan.
"Tidak perlu repot-repot, saya juga tidak akan lama disini," jawab Siska, menatap penampilan Riska sekarang.
Jika dalam kondisi normal, Riska pasti akan sangat malu tak tertahankan, tetapi ini memang tujuannya berpenampilan seperti ini, agar wanita di depannya ini berhenti mengejar Angga.
"Oh, ok kalau begitu," ucap Riska tersenyum.
"Apa dia tidak berniat untuk mengganti bajunya," batin Siska sambil menatap Riska.
"Maaf ya Mbak, kan cuma sebentar jadi saya tidak usah berganti baju. Soalnya saya sedang suka sekali memakai bajunya Angga," ucap Riska tanpa malu-malu.
Siska hanya tersenyum menanggapi ucapan Riska.
Perasaan Siska sekarang sedang campur aduk. Sudah bukan rahasia lagi, jika Siska menyukai Angga yang notabenenya adalah atasannya sendiri.
Siska selalu merasa, selama tidak ada wanita di samping Angga, dia masih punya kesempatan untuk memenangkan hati Angga.
Tujuan Siska pergi ke apartemen Angga, selain untuk meminta tanda tangan, Siska juga mencoba peruntungannya. Siska ingin menggoda Angga, dengan dia memakai baju yang seksi seperti yang dikenakannya sekarang. Siska pikir akan ada kesempatan untuknya, apalagi di dalam apartemen Angga, siska sudah mempersiapkan segalanya. Tapi rencana yang sudah disusunnya sedemikian rupa, sekarang hancur tak bersisa.
"Itu, kalau boleh tanya, kamu siapanya Pak Angga ya?" tanya Siska ragu-ragu.
"Oh, kenalkan, namaku Riska, tunangannya Angga," jawab Riska mengulurkan tangannya.
"Tu-tunangan?" ucap Siska dengan tampang bodohnya. Dia tidak menyangka jika atasan yang sudah sejak lama di kaguminya, sudah mempunyai tunangan. Apalagi tunangannya cantik.
Sebagai wanita, Siska tidak bisa, tidak merasa iri dengan kecantikan Riska. Di mata Siska, kecantikan Riska adalah kecantikan yang langka.
"Iya tunangan, kamu pasti Siska kan, sekretarisnya Angga?"
"I-iya."
"Kedepannya kita pasti akan sering bertemu, karena aku nanti akan sering ke kantornya Angga."
"Kok Siska nggak kamu kasih minum sayang?" Angga menyela percakapan tunangan palsunya dengan Siska.
"Sudah selesai, aku masih mengantuk." Riska berdiri, lalu menghampiri Angga dan memeluknya dengan manja.
"Iya, sudah selesai," ucapnya sambil menepuk pelan kepala Riska.
Siska menatap pemandangan di depan matanya dengan perasaan yang campur aduk. Untuk pertama kalinya, dia melihat Angga memperlakukan wanita selembut itu.
Tidak ingin sakit hatinya semakin menjadi, Siska meminta dokumen yang sudah di tanda tangani Angga, dan segera pergi dari apartemennya.
"Ayo sayang, kita antar Siska keluar dulu," ajak Angga, merangkul pinggang Riska dengan mesra.
"Akting yang sangat bagus sayang," ucap Angga begitu Siska sudah keluar.
Mereka semua kini tengah menunggu Riska di depan ruang operasi. Bagaimanapun, Riska sekarang sedang menjalani operasi tentu saja mereka semua cemas. Tadi, sesampainya Riska di rumah sakit, tidak lama setelahnya Riska langsung tidak sadar. Akhirnya Dokter memutuskan untuk mengoperasi Riska dan juga untuk menyelamatkan bayinya. Angga yang juga sudah tiba, sudah tidak jelas lagi penampilannya. Rambut acak-acakan, pakaiannya juga sangat kusut. Khawatir tentu saja. Apalagi dia tidak bisa menemani Riska di dalam. Air mata tiada henti menetes di pipi Angga. Angga sangat takut saat ini. Takut jika sampai terjadi apa-apa dengan Riska dan anaknya. Tentu saja yang lainnya juga cemas. Tapi mereka mencoba untuk tetap berpikir waras, agar keadaan tidak menjadi lebih tegang lagi. # Saat ini Angga tengah menemani Riska yang sudah selesai operasi. Kata Dokter yang mengoperasi Riska, Riska akan baik- baik saja. Tapi Angga tetap saja khawatir karena sampai sekarang Riska masih belum sadar. S
Kehamilan Riska sekarang sudah menginjak usia delapan bulan.Siang hari ketika Riska merasa lapar, dia hendak turun ke lantai bawah untuk makan siang.Saat itu Angga sedang bekerja, sedangkan Rahmat juga sedang ada keperluan di kantor.Di rumah hanya ada Riska, kakek dan Sofia.Sofia yang sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan siang untuk semuanya dan menantunya.Kakek sedang beristirahat di kamarnya. Di usia yang semakin tua, tubuh renta Kakek menjadi semakin cepat lelah.Terkadang hanya untuk berjalan dari kamar ke ruang tamu saja Kakek sudah merasa kelelahan.Riska yang merasa sudah lapar pun turun ke bawah menuju ke dapur, tapi sesampainya Riska di lantai bawah. Riska tidak sengaja tersandung karpet yang berada di ruang keluarga.Jika ingin ke dapur, setelah menuruni tangga, maka akan melewati ruang keluarga terlebih dahulu, baru kemudian meja makan dan dapur."Arghh!"Teriakan Riska sontak membuat kaget Sofia dan Kakek.Sofia langsung meninggalkan pekerjaannya dan langsung
"Hallo! Mau main bareng Riska?"Riska kecil menghampiri dan menyapa Fajar yang masih saja setia berada dalam gendongan Roni.Hal itu tidak lain juga karena Riska diminta Rosyad untuk mengajak Fajar bermain.Sebagai orangtua, tentu saja Rosyad mengetahui apa yang sudah terjadi pada Fajar kecil.Ditinggal pergi oleh pengasuhnya, apalagi Fajar kecil yang memang sudah terbiasa ditinggal bekerja oleh orangtuanya. Tentu saja bukanlah hal yang mudah.Rosyad tidak menyalahkan orangtua Fajar. Bagaimanapun, pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang mulia.Fajar kecil hanya melirik Riska sebentar, kemudian menyembunyikan wajahnya di dada bidang Roni."Kamu tidak mau main sama Riska? Tapi Riska anak yang baik kok!" ucap Riska kecil.Riska kecil pun merogoh saku dressnya dan mengambil permen yang tingga dua biji."Ini, aku kasih kamu permen!" ucap Riska sambil menyodorkan permen dua biji dengan tangan mungilnya."Terima kasih Riska! Nama yang cantik, secantik anaknya!" balas Roni mengambil permen yan
Mendengar Fajar menyebutkan satu nama wanita. Yang ada di benak Sofia ada satu orang, yaitu mantan Fajar.Satu-satunya wanita yang pernah menjalin hubungan dengan Fajar, sekaligus salah satu wanita yang membuat Riska mengalami mimpi buruk."Bagaimana kamu bisa bertemu dengannya kembali?" tanya Sofia.Walaupun kejadian itu sudah lama berlalu, tapi Sofia tahu jika itu juga menjadi duri dalam daging untuk Fajar."Dia sepupu Maria!" balas Fajar sembari melepaskan pelukannya."Katakan pada Fajar, bagaimana Fajar bisa menerima wanita yang ternyata adalah sepupu dari orang yang pernah memberikan Riska mimpi buruk?"Sofia terdiam mendengarnya. Dia sama sekali tidak mengetahui hal ini."Pantas saja Fajar tidak mau menerimanya!" batin Sofia."Bukankah kamu sudah melepaskan masa lalu? Ada baiknya masa lalu itu kita lepaskan, dan dari masa lalu itu kita buat pelajaran untuk hidup kita kedepannya."Sofia mengerti itu tidak mudah untuk Fajar. Jadi yang bisa Sofia lakukan sekarang adalah menasehatin
"Kenapa harus nunggu aku lahiran? Sekarang calonnya sudah ada di depan mata lho, Jar! Masa kamu mau menggantung anak orang begitu lama sih!" protes Riska."Dua bulan itu tidak lama lagi Ris! Aku sudah membuat kelonggaran untuk mencari pasangan setelah kamu melahirkan. Jangan dorong aku lagi ya! Aku ingin nanti wanitaku bisa menerima anakmu seperti aku menerimanya! Untuk sekarang aku benar-benar tidak berniat untuk mencari pasangan!" balas Fajar panjang lebar.Riska merengut mendengar jawaban Fajar.Fajar bisa menjadi lembut selembut-lembutnya kepada orang-orang yang disayanginya. Tapi Fajar juga bisa menjadi sangat keras kepala jika dia tidak menginginkan sesuatu."Jangan jadikan anakku sebagai alasan untuk kamu menolak wanita, Jar! Atau aku akan merasa bersalah padamu!" ucap Riska."Jangan merasa bersalah! Bagaimanapun ini sudah menjadi keputusanku. Kamu adalah orang yang sangat penting untukku!" balas Fajar tidak mau kalah."Jika saja kamu tidak memintaku untuk mencari pasangan, mu
Riska sudah tidak terkejut lagi mendengar pertanyaan dari Maria."Maksud kamu gimana?" tanya Riska memastikan.Pertanyaan Maria bukanlah pertanyaan pertama yang didengarnya. Cukup sering dia mendapatkan pertanyaan serupa dari orang-orang yang melihat kedekatannya dengan Fajar.Hal serupa juga terjadi jika dia bersama dengan Angga dulu."Maaf! Bukan apa-apa!"Maria sangat tidak menyangka jika dirinya akan kelepasan bertanya seperti itu."Bodoh banget sih kamu Maria. Bisa-bisanya kamu menanyakan hal sensitif kayak gitu," rutuk Maria dalam hati."Kamu nggak perlu merasa tidak enak! Ini juga bukan pertama kalinya aku mendapatkan pertanyaan yang serupa!" ucap Riska.Melihat Maria yang terdiam dan memukuli mulutnya, Riska tahu jika Marai merasa tidak enak karena sudah menanyakan hal seperti itu.Pada akhirnya, Riska memilih untuk menjelaskan kepada Maria, supaya Maria nanti tidak salah paham kepada Fajar."Kalau kamu tanya aku suka nggak sama Fajar, maka jawaban aku suka! Jika kamu bertanya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen