TEMEN TAPI DEMEN 6
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Cemburu memang terkadang bisa datang ketika melihat orang yang sering bersama kita tiba-tiba mempunyai teman baru. Temen baru yang jelas-jelas menyimpan perasaan lain.
Dan itu pasti datangnya selalu di akhir. Penyesalan memang terkadang selalu menakutkan.
Soni tidak bisa menjawab pertanyaan Shasa sama sekali. Ia lebih memilih pergi meninggalkan rumah Shasa.
Sedangkan Shasa masih terus menatap kepergian Soni yang mulai menghilang di pertigaan gang rumahnya. Hingga bayangannya tidak terlihat lagi.
“Tinggal bilang cemburu aja gengsi kamu, Son ... mungkinkah sebenarnya kamu juga memiliki perasaan yang sama?” tanya Shasa dalam hati.
Entah kenapa kesimpulan sepert
TEMAN TAPI DEMEN 7Oleh: Kenong Auliya Zhafira Sesuatu hal yang terlalu berlebihan memang terkadang membuat orang berprasangka buruk. Bahkan mampu membuat pikiran kita menerka-nerka sesuatu yang tidak seharusnya. Shasa mulai merasa ada keanehan karena sikap ibunya yang selalu menganggap Soni sebagai calon mantunya. Memang sih, selama mengenal Soni bertahun-tahun, dia adalah pria terbaik di seluruh kampung.Kalau boleh jujur, Rey lewat ....Maka dari itu, Shasa mulai menyukainya sejak beberapa tahun terakhir. Namun, ia tidak menyangka ibunya merespon terlalu serius.Shasa masih menatap sang ibu dengan banyak pertanyaan. Ingin sekali bibirnya mengeluarkan semuanya, tetapi hanya tertahan. &nbs
TEMEN TAPI DEMEN 8Oleh: Kenong Auliya Zhafira Sepandai-pandainya menyembunyikan makanan, pasti akan tercium juga baunya. Tidak ada rahasia yang selalu dijamin aman hingga titik terakhir. Pasti ada masanya akan terbongkar. Begitu juga dengan rahasia yang berusaha disimpan Hadi rapat-rapat. Meski harus terbongkar, tetapi ia tidak ingin ketahuan sekarang.Menjadikan Shasa pendamping untuk anak lelakinya adalah satu perjanjian rahasia antara Hadi dan Weni saat masih remaja.Hadi yang hanya bisa menyimpan cintanya memilih merelakan Weni hidup dengan orang lain. Akan tetapi, mereka ingin terus menyambung silaturahmi sampai nanti, hingga terciptalah perjanjian konyol itu. Saling berjanji jika suatu saat nanti punya anak akan menjodohkan mereka apabila dewasa.
TEMEN TAPI DEMEN 9 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Mengungkapkan perasaan akan selalu lebih baik daripada hanya memendam. Entah diterima atau tidak itu biarlah menjadi urusan belakangan. Yang penting keadaan hati lebih lega. Sudah menjadi sebuah resiko jika diterima atau ditolak. Setidaknya kita tidak mati penasaran karena menyimpan cinta sendiri.Soni mulai ingin menyiapkan hatinya untuk segala kemungkinan yang terjadi. Ia tidak mau rasa cemburunya terbuang sia-sia. Biarlah hari ini Rey merasakan kebersamaannya dengan Shasa. Ia ingin memberikan ruang untuk Shasa agar berteman dengan pria selain dirinya. Supaya dia tahu perbedaan hatinya sendiri.Dengan bimbang Soni akhirnya mampu menulis pesan dari Shasa yang baru dibacanya.Soni[ Maaf baru bales ..
TEMEN TAPI DEMEN 9 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSetengah jam berlalu, akhirnya mereka sampai di Pantai Suwuk. Karena bukan hari Minggu suasana sedikit sepi. Tidak seramai akhir pekan.Baru saja memarkir motor, angin khas pantai yang sepoi-sepoi membelai wajah Shasa. Ia dapat melihat air yang bewarna biru menempel di langit nan jauh di sana.Sementara bebatuan yang tertata rapi membuat debur ombak tak menghantam begitu kuat. Juga pegunungan yang berjarak begitu dekat menambah indahnya pemandangan.Sedang di sisi lain terlihat ada beberapa orang memancing ikan di atas bebatuan. Suasana seperti ini yang kadang Shasa rindukan. Ketenangan."Duduk dulu sebentar di sini ya?" pinta Shasa. Ia ingin menikmati suasana tenang ini sebentar saja."Boleh. Emang kenapa gak langsung mainan air?" tanya Rey y
TEMAN TAPI DEMEN 10Oleh: Kenong Auliya Zhafira Berpura-pura memang hal yang tidak enak dalam hidup. Karena bisa membuat semangat meredup. Shasa masih duduk seperti patung mendengar ajakan pulang dari Rey. Ia merasa tidak enak hati dan bersalah."Ayo ...! Jangan sampai aku berubah pikiran nih?" ajak Rey untuk kedua kali.Shasa pun segera bangkit dan berdiri di dekat Rey. Sungguh hatinya merasa tidak enak."Maaf ...," ucap Shasa lirih. Hanya kata itu yang bisa keluar dari bibirnya.Rey mengembuskan napasnya. Mencoba menerima keadaan hatinya sendiri. Ia memang sudah berani memasuki rumah yang sudah berpenghuni."Maaf untuk apa, Sha? Kamu kan gak salah," jawab Rey sambil menaiki motornya."U
TEMEN TAPI DEMEN 11 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Mengabaikan seseorang itu bencana. Sedangkan diabaikan juga bencana. Sama-sama membuat darah semakin tinggi. Hingga sampai pada satu emosi yang ingin memaki juga menghakimi.Shasa merasakan emosinya kini mulai memuncak melihat Soni mengabaikan dirinya. Padahal ia sudah memberikan luka untuk Rey agar bisa bertemu dengannya. Akan tetapi, ia justru malah sibuk bermain gitarnya."Aku pulang aja, kalau kamu begini!" ucap Shasa sambil meletakkan pisau di meja."Kok, ngambek? Iya maaf ... soalnya nanggung dikit lagi lancar. Ya udah, sini, aku suapin? Mau apel atau pir?" tawar Soni dengan senyum-senyum tak jelas.Senyum Soni memang selalu mengandung sihir. Itu bisa menyulap marah menjadi rasa be
TEMEN TAPI DEMEN 11 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraShasa pun merasa demikian. Ia merasa kalau Soni sedang mengungkapkan isi hatinya. "Haruskah aku menjawab yang sebenarnya?" batin Shasa. Pikirnya tidak ada salahnya kalau dicoba."I love you too ...!" Shasa mengucapkan itu dengan sedikit keras agar Soni bisa mendengar. Dan itu terbukti. Ia langsung menatapnya tajam. Sorot matanya seolah mempertanyakan kebenaran dan keasliannya."Jangan becanda, Sha! Gak lucu," jawab Soni seolah ingin kejelasan yang nyata. Bahkan hatinya sudah ia persiapkan sekuat mungkin."Aku nggak becanda. Apa wajahku terlihat tertawa?"Soni menyelidik wajah Shasa dengan teliti. Memang tidak ditemukan senyum sedikit pun. Akan tetapi, akalnya masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Tidak mungkin hanya dengan candaan sereceh ini bisa di
TEMEN TAPI DEMEN 12 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Ketahuan karena melakukan sesuatu hal yang tidak diperbolehkan pasti akan menimbulkan kegugupan yang berakhir ketakutan. Itulah yang sekarang Soni rasakan.Sang bapak masih saja berdiri mematung melihat kelakuan bujangnya yang dengan berani menyentuh anak gadis orang. Belum lagi tentang kalimat calon manten yang terlanjur terdengar. Meski dalam hati merasa senang, tetapi Soni tetap salah di matanya."Bapak tanya kalian sedang ngapain? Siapa yang jadi calon manten?" Bapak mengulangi pertanyaannya. Bahkan tatapan matanya masih tajam melebihi silet."I--itu, Om ... Shasa yang mau jadi calon manten." Akhirnya Shasa memberanikan diri menjawab. Meski tangannya gemetaran dan jantungnya berjedag-jedug tidak karuan. Ia tidak peduli lagi kalau Om Hadi akan marah. Y