Share

Chapter 2 Rumah sakit

Sesampainnya di rumah sakit Anet segera mendorong kursi roda Nenek menuju IGD, IGD terlihat begitu sepi hari itu.

"Sus, tolong Nenek saya terluka.”Cegat Anet begitu melihat salah seorang suster berjalan kedepan.

"Tunggu sebentar disana ya mba, ini lagi rame soalnya igdnya,”jawab suster sembari menunjuk tempat duduk di ruang tunggu.

Anet hanya mengerutkan alisnya bingung, pasalnya IGD terlihat begitu sepi saat itu. Tapi Anet tetap berusaha berpikiran positif, ia segera mendorong kursi roda ketempat yang ditunjuk suster tadi.

"Nenek, tunggu disini sebentar ya. Anet coba daftar dulu,”Nenek hanya mengangguk mendengar ucapan Anet. Anet segera berjalan mendekati loket pendaftaran.

"Permisi, saya mau daftar, Sus"

"Baik diisi dulu formulirnya.”Anet segera mengambil formulir yang sudah diberikan suster tersebut.

"Sus kalo ngisinnya nanti bagaimana? Saya bertemu dengan beliau di jalan, saya tidak tau namannya, apakah bisa di obati terlebih dahulu? Karena tadi darah yang keluar cukup banyak,”tanya Anet begitu melihat jam yang terpasang dinding, jam sudah menunjukan pukul setengah 1 siang dan Anet harus segera pergi bekerja.

"Wah ga bisa, coba di tanya dulu saja mba. Kalo pasien asuransi memang harus mengikuti prosedur,”jawab suster sambil kembali menghadap ke komputer. Anet yang mendengar itu segera mengernyitkan dahinnya kesal. Anet segera menghampiri Nenek yang saat ini sedang duduk di kursi rodannya menunggu kedatangan Anet.

"Nek, apakah cucu Nenek sudah datang? Anet buru-buru soalnya nek, Anet harus pergi bekerja.”Kata Anet sambil duduk dihadapan Nenek

"Pergi saja nak, Nenek tunggu disini saja. Nenek sudah sangat merepotkanmu. Pasti sebentar lagi cucu Nenek dating,”ujar Nenek lemas.

"Anet tidak mau meninggalkan Nenek sendirian, Anet akan menemani Nenek disini, Anet daftar terlebih dahulu ya nek sambil menunggu cucu Nenek datang. Nama Nenek siapa ya?"

"Amara nak"

"Oke tunggu sebentar ya, Nek.”Anet segera kembali menuju loket pendaftaran meninggalkan Nenek sendirian.

Nenek yang melihat Anet hanya tersenyum lembut, dia sangat menyukai gadis dihadapannya terlihat lembut, baik hati dan tidak segan-segan menolongnya. Nenek Amara terus memperhatikan Anet, dan kembali tertawa dalam hati melihat gadis itu yang terlihat lemas saat membayar tagihan runah sakit dan berkali-kali melihat isi dompetnya.

"Tunggu ya nak, nanti Nenek ganti lebih banyak. Kemana anak bandel itu kenapa dia belum datang juga. Apakah dia sudah lupa dengan Neneknya satu-satunya,”ujar Nenek Amara dalam hati kesal.

"Wah uang untuk kuliah harus aku gunakan terlebih dahulu, tapi tidak apa lah nanti pasti diganti lebih banyak,”ujar Anet optimis dalam hati sambil mengeluarkan uang dalam dompetnya, Anet merasa tidak enak meminta uang kepada Nenek Amara melihat kondisi Nenek, Anet tidak yakin Nenek juga membawa uang sekarang.

Setelah selesai dengan urusan registrasi, Anet kembali duduk bersama Nenek Amara

"Bagaimana nak?"

"Masih menunggu Nek, padahal IGD sepi tapi mereka masih meminta kita menunggu entah berapa lama. Ya, kadang begini nek kalo tidak datang dengan jalur khusus.”Anet segera menutup mulutnya begitu mengucapkan hal itu.

"he…he…he…lupakan yang Anet bicarakan ya nek. Anet hanya bercanda,”jawab Anet cengengesan.

"Sekarang panggil Nenek, Oma ya,”ucap Oma Amara sambil mengusap kepala gadis dhadapannya dengan gemas.

“Oma Amara…”jawab Anet sambil tersenyum

"Kamu tau Nak, Oma sangat senang bisa bertemu denganmu. Kamu sudah terasa seperti cucu oma sejak pertama kali kita bertemu."

"Anet juga senang bisa bertemu dengan Oma. Oma jangan pergi sendiri lagi ya, harus ditemani dengan orang,"ucap Anet dengan nada mengingatkan.

"Kadang Oma hanya ingin melupakan sejenak masalah Oma, dan cara terbaik adalah berjalan-jalan sendiri. Saat oma berjalan-jalan sendiri Oma merasa sangat tenang"

"Oma, cara terbaik menghadapi masalah adalah menghadapinnya, pasti akan ada jalan dari semua permasalahan yang ada asal Oma tetap semangat. Kepompong tidak selamannya menjadi kepompong bukan? Jadi oma harus terus semangat jangan menyerah begitu saja dengan keadaan Oma,”jawab Anet semangat begitu melihat wajah murah Oma Amara.

"Perumpamaan yang sangat aneh,”jawab Oma terkekeh pelan

“Oma apakah Oma tau, kadang Anet juga merasa menjadi orang yang sangat egois. Keluarga Anet bukan merupakan keluarga kaya, tapi Anet memaksa menjadi dokter gigi karena dari dulu dokter gigi merupakan mimpi Anet. Ante selalu merasa bersalah Oleh karena hal itu, tadi Anet juga tidak bisa menyerah dengan Mimpi Anet,”ucap Anet menyemangati Oma Amara.

“Jadi Kamu adalah calon dokter gigi? Itu mimpi yang sangat indah Anet, orangtuamu pasti bangga punya anak sepertimu, jarang ada anak yang mau berjuang sampai seperti ini untuk mimpinnya. Jadi Anet juga jangan menyerah. Terima kasih, Nak karena bercerita denganmu, Oma jauh merasa lebih baik,”lanjut Oma menepuk pelan lutut Anet.

"Anet kekamar mandi sebentar ya, Nek,”jawab Anet begitu melihat jam sudah menunjukan pukul setengah 2.

Nenek Amara pun hanya tersenyum melihat tingkah Anet dan mengangguk menjawab kata-kata Anet. Melihat jawaban Nenek, Anet pun segera beranjak dari duduknya.

"Oma, apalagi yang oma perbuat?”Sebuah suara berat, membuat Nenek Amara segera menolehkan kepalannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status