Share

Chapter 4 Pertemuan pertama

"Halo Bu, maaf sekali bu saya sedang ada urusan. Sebentar lagi saya akan ke sana bu.”Terdengar suara gadis mungil itu dari depan kamar mandi.

"Bu jangan pecat saya Bu, saya masih butuh pekerjaan ini..bu...bu...halo….”Hanya terdengar suara telepon diputus dari sebrang sana. Gadis itu hanya bisa menghela nafas panjang sambil berkali-kali mengacak rambutnya yang memang sudah sangat berantakan.

“Hari ini terjadi banyak hal didalam hidupku, aku dimarahi dokter pembimbingku di pagi hari karena pasien yang sudah aku janjikan tidak bisa datang hari ini, aku bertemu dengan Oma Amara dan yang terakhir surprise… aku dipecat dari pekerjaanku. Lengkap sudah perjalanan hidupku, sekarang bagaimana aku bisa melanjutkan kuliahku kalo aku sendiri sudah tidak punya pekerjaan, uang tabunganku yang tidak banyak juga sudah habis untuk biaya pengobatan Oma Amara. Bukan aku menyesal telah menolong Oma baik hati didalam sana, tapi sekarang aku benar-benar pusing memikirkan apa yang terjadi nanti,”ucap Anet dalam hati.

"Aduh…hati-hati dong kalo jalan,”teriak Anet frustasi melihat  ponsel satu-satunnya terjatuh karena laki-laki bertubuh besar menabrak tubuh kecilnnya.

"Maaf, saya buru-buru.”Terdengar suara laki-laki yang begitu dingin dan berat tapi begitu menenangkan di telinga Anet. Suara laki-laki itu berhasil membuat Anet lupa bahwa laki-laki itu telah menyebabkan ponselnya jatuh dan pecah.

“Wahh memang kurang ajar, udah jatuhin barang orang malah engga di bantuin, ditinggal gitu aja lagi. Aku segera mengambil  ponsel ku yang terjatuh dan tebak apa yang aku lihat? Ya sodara-sodara benar sekali kacannya retak.. Bukan mati tapi udah ga bisa dibuka lagi. Aduh nasib..nasib gini amat si.. Apa aku harus potong rambut ya buang sial,”erang Anet frustasi sambil berjongkok, menundukkan kepala sambil memegangi rambut hitamnya dengan sangat frustasi.

Anet memutuskan untuk kembali ketempat Oma berada, Anet tidak ingin meninggalkan Oma terlalu lama takut Oma membutuhkan sesuatu. Sesampainnya didepan ruangan IGD Anet melihat laki-laki yang menabraknya tadi sedang berbincang dengan Oma Amara, langkah kaki Anet segera terhenti, penampilan mereka sangat berbeda, laki-laki itu dengan setelan jas mahalnya serta Oma Amara dihadapannya dengan pakaiannya yang sangat sederhana.

Orang bisa melihat perbedaan kelas dari pakaian yang mereka gunakan, tapi jika melihat lagi dengan lebih teliti, Oma Amara tidak terlihat seperti orang sederhana aura keanggunannya begitu terpancar saat Anet melihatnya dari jauh. Anet hanya melihatnya dari dekat dan aku tidak memperhatikannya lebih jauh karena terlalu khawatir. Tapi setelah dilihatnya lagi Anet merasa malu karenea perbedaan yang ada.

Anet yakin laki-laki itu adalah cucu Oma yang tadi Oma bicarakan, jadi Anet bisa lebih tenang sekarang. Hati Anet terasa sedikit sedih karena mungkin saja ini pertemuan terakhir Anet dengan Oma Amara, tapi Anet tidak bisa masuk kedunia mereka yang terlalu jauh berbeda, bahkan dilihat sekilas saja, semua orang bias tau bahwa laki-laki yang bersama dengan Oma Amara bukanlah lelaki biasa. Anet memutuskan untuk pergi dan coba memohon sekali lagi pada Bu Ana bos tempatnya bekerja, siapa tau dia masih mau memberi Anet kesempatan.

Anet memutuskan untukmeninggalkan sebuah pesan supaya Oma tidak mencari atau mengkhawatirkan Anet lagi. Anet segera meminta kertas kepada seorang perawat disana, dan menulis kepada Oma bahwa dirinnya harus pulang dan Oma tidak perlu khawatir. Terakhir Anet juga menambahkan kata-kata cepat sembuh dibawahnya disertai ucapan semangat untuk Oma. Anet segera menitipkan surat itu kepada salah satu perawat yang lewat dihadapannya. Setelah selesai, Anet menatap Oma sekali lagi dan memutuskan untuk segera pergi dan melupakan apa yang terjadi pada dirinnya hari itu.

“Cari sampai dapat Bagaimanapun carannya cari sampai ketemu, minta semua CCTV dari seluruh rumah sakit ini. Hanya seorang gadis dan kalian tidak bisa menemukannya ?”Bentak Bray begitu mendengar kabar dari sekretarisnya bahwa mereka belum menemukan gadis bernama Anet itu.

Bray hanya bisa menyenderkan kepalannya ditembok setelah mematikan  ponsel digenggamannya. Bray sangat ingin menemukan gadis itu, apalagi setelah melihat Omannya tidak melepaskan surat itu sedikitpun saat sedang diobati. Hanya ini yang bisa Bray lakukan untuk membahagiakan Neneknya, mencari gadis bernama Anet yang Bray sendiri tidak tau nama panjangnya. 

          Bray segera kembali memasuki ruang dimana omannya dirawat.

“Oma bagaimana keadaan oma?”Tanya Bray setelah duduk dihadapan Oma Amara

“Tidak baik, Oma merindukan Anet,”jawab Oma dengan muram.

“Oma kan ada Bray disini.”

“Bray selalu sibuk, Oma selalu sendirian dirumah. Kalo Bray mau menghibur Oma cepat cari istri Bray untuk menemani Oma dirumah jadi Oma tidak kesepian lagi,”jawab Oma sambal memalingkan mukannya.

“Oma kan Bray cari uang buat Oma juga, Oma juga tahu kalo Bray belum ada keinginan untuk menikah,”jawab Bray pelan

“Mau sampai kapan Bray tidak mau menikah? Kalo Oma sampai meninggal dan Bray belum kasih Oma cucu bagaimana?”

“Oma kan punya banyak keponakan lain.”

“Oma maunnya cucu dari Bray.”Setelah mengatakan itu tiba-tiba sebuah ide muncul dikepala Oma Amara

“Bray gimana kalua nanti setelah kamu menemukan Anet, kamu coba dekati Anet? Dia gadis yang baik dan lucu Bray dan yang penting dia tulus Bray.”

Bray yang mendengar ide Oma dihadapannya hanya bias menghembuskan nafas berat.

“Oma, Bray tidak mau dijodohkan seperti zaman Siti Nurbaya Oma, Bray Cuma mau menemukan gadis bernama Anet ini hanya untuk bertemu Oma bukan untuk dijodohkan dengan Bray,”ucap Bray tegas.

“Cobain dulu Bray siapa tau cocok”

“Udah sekarang Oma istirahat sebentar lagi kita pulang,”jawab Bray cepat.

          Dilain tempat Anet yang baru saja kembali memohon kepada bosnya kembali dengan tampang muram, Bosnya tidak sedikitpun mau memberinnya kesempatan. Anet sudah memohon bahkan sudah berjanji bahwa dia akan bekerja dengan lebih giat tapi bosnya tetap tidak mau mempekerjakan Anet lagi. Sekarang dari mana Anet bias mendapatkan uang untuk kuliahnya. Apakah Anet harus berhenti sementara? Anet segera menggelengkan kepalannya keras.

“Tidak boleh Anet, kamu sudah sampai sini. Kamu sudah sampai dengan semester 4 dan sedikit lagi kamu akan lulus,”bisik Anet kepada dirinnya sendiri. Anet segera mengambil ponselnya dan kembali menghela napas,ponsel yang dibelinnya susah payah retak dan sangat susah digunakan. Dengan ilmu kira-kira, Anet berusaha menghubungi sebuah nomor.

“Halo Anet, sayang tumben Anet menelopon jam segini,”kata suara disebrang sana

“iya Bu, Anet hanya merindukan Ibu dan rumah,”jawab Anet tersenyum setelah mendengar suara Ibunnya. Anet berada dikota Jakarta untuk melanjutkan kuliahnya sedangkan ibunnya berada jauh dari Jakarta, Ibunnya berada di kota Madiun. Ibunnya hanya satu-satunnya keluarga yang Anet punya. Ayahnya sudah meninggalkan mereka sejak Anet masih kecil, Ibunnya menjadi tulang punggung keluarga dan Anet sangat menyayangi ibunnya melihat perjuangan Ibunnya sampai saat ini untuk membesarkan dirinnya.

“Apakah Anet sedang ada masalah?”Naluri Ibu yang tidak pernah bisa diragukan, saat Anet mendapatkan masalah ibunya bisa mengetahuinnya, keinginan untuk meminjam uang kepada ibunnya sirna sudah karena Anet tau Ibunnya juga hidup dengan sangat pas-pasan di Madiun. Ibunnya hanya seorang pedagang dipasar penghasilannya tidak seberapa hanya cukup untuk menghidupi dirinnya sendiri dan sesekali mengirimi Anet untuk tambahan hidup di Jakarta.

“Tidak Ibu...Ibu, kalo Anet sudah jadi dokter gigi Anet akan cari uang yang banyak ya, supaya Ibu tidak usah kerja lagi,kita juga bisa kumpul bersama lagi”

Kekehan lembut ibunnya terdengar disebrang sana. “Iya nak, Ibu akan menunggu untuk pindah ke Jakarta. Anet kalo ada apa-apa bilang Ibu ya, Ibu pasti bantu.”

“Pasti Bu, doakan Anet cepat lulus ya Bu.”

“Pasti nak.”

Hati Anet terasa semakin berat begitu menutup telepon dari Ibunnya, dia begitu ingin membahagiakan Ibunnya. Anet pun berlari kecil mengunjungi Warnet disebelah kos-kosannya. Setelah menyalakan komputer dia segera membuka lowongan pekerjaan yang sekirannya bisa diambilnya. Ada satu pekerjaan yang sangat mencolok yang menarik perhatian Anet. “Dicari Asisten Dokter”Anet begitu bahagia melihat kesempatan itu dan segera menelepon nomor yang tertera. Setelah berbincang beberapa saat Anet segera mengirimkan CV miliknya yang sudah diperbaikinnya, dan berdoa dalam hati agar dia bisa mendapatkan pekerjaan itu.

Hari sudah larut malam, setelah menyelesaikan mencari pekerjaan dan mengirimkan CV kepada beberapa tempat kerja, Anet memutuskan untuk melanjutkan tugas yang diberikan oleh dokternya pagi tadi, Anet memang sangat sering berada di warnet ini. Selain karena dia tidak memiliki Laptop suasana warnet yang sepi bisa membuat Anet lebih berkonsentrasi dalam menyelesaikan pekerjaannya. Anet bisa saja menyelesaikan tugas kuliahnya di perpustakaan tapi dia perpustakaan tutup sore hari sedangkan Anet baru menyelesaikan pekerjaannya yang dulu sudah malam hari.

Udara malam yang sangat dingin membuat Anet segera mengeratkan jaket hitam lusuh miliknya dengan semakin rapat, berlari kecil menyelusuri jalan sempit tempat kos-kosannya berada. Rumah berwarna hijau kecil diujung gang merupakan tempat Anet tinggal dari saat masih menjadi mahasiswa dan belum memasuki masa Co-Ass, rumah mungil itu jauh dari kampusnya tapi hanya tempat itu yang menawarkan kamar dengan harga yang sangat murah. Kamar yang hanya berukuran kecil dengan cat berwarna putih bersih dan lengkap dengan Kasur yang hanya cukup untuk dirinnya saja, dilengkapi dengan lemari kecil untuk menyimpan pakaian sert sebuah meja pendek diujung kamar tempat Anet mengerjakan tugas dan makan sehari-harinnya. Kamar ini memiliki kamar mandi diluar,mengingat hargannya yang sangat murah untuk tempat di tengah-tengah kota.

Setelah sampai didalam kamarnya Anet segera merebahkan badannya dikasur mungil miliknya. Menghela nafas sebentar dan memejamkan mata lelah milikinya. Anet mengurungkan niatnya untuk mandi dan hanya mengganti pakaiannya dan segera tidur karena badannya yang sudah terasa terlalu lelah.

Kelip Ponsel disamping tubuh Anet terus menyala sepanjang malam, sebuah pesan berkedip di layar ponsel jadul miliki Anet meminta perhatian dari empunnya, sayangnya Anet sama sekali tidak membaca pesan itu dan terus berada didalam mimpinnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status