18+ mohon bijak dalam memilih bacaan. Kisah dimulai dari kehidupan Rinjani yang begitu dimanjakan. Kekayaan dan kasih sayang kedua orang tuanya tercurah sepenuhnya hanya untuk dia. Meski begitu, Rinjani kurang beruntung dalam kisah asmara. Cinta pertamanya yaitu Dava, pergi meninggalkan Rinjani untuk selamanya tepat di ulang tahunnya yang ketujuh belas tahun. Hal itu mengubah kepribadian Rinjani menjadi sangat anti dengan laki-laki. Hingga saat Rinjani memasuki dunia perkuliahan, dia bertemu sosok laki-laki yang bisa membuatnya marah, gemas, dan kesal secara bersamaan. Agam memberi warna baru dalam kehidupan Rinjani yang abu-abu. Namun sayang, kisah keduanya berakhir serupa dengan cinta pertamanya. Guncangan itu memperburuk keadaan Rinjani. Fakta tentang Agam membuat gadis itu mendekam dalam rumah perawatan. Hingga akhirnya sosok malaikat tak bersayap datang. Dia membawa cinta tanpa syarat, memberikan sebuah harapan baru dalam ikatan janji suci.
Lihat lebih banyakRinjani merupakan anak semata wayang dari Hanna dan Tama. Kedua orang tuanya sangat memanjakan dia. Akan tetapi, hal itu tidak membuat Rinjani menjadi manja dan semena-mena. Dia justru tumbuh menjadi gadis mandiri dan paling tidak suka merepotkan orang lain. Namun, lain lagi jika dia sedang kesal atau sakit, maka manjanya bisa melebihi anak kecil.
Di luar, dia terlihat sangat kuat dan tegar. Tidak ada yang tahu jika terdapat luka menganga di hati Rinjani yang belum bisa disembuhkan. Sebuah luka yang merubah sikapnya menjadi sedingin kutub dan lebih tertutup.
Duduk di depan sebuah laptop dengan tangan menari-nari di atas papan ketik, sudah menjadi rutinitasnya setiap malam. Suasana yang sunyi dan begitu tenang membuat Rinjani merindukan sosok yang tidak seharusnya. Hanya dengan menulis dia bisa menumpahkan isi hatinya dengan gamblang. Segala kerinduan yang dia rasakan tercurahkan dalam kata demi kata yang tertulis.
Cuaca seolah mendukung Rinjani untuk menangis. Hujan rintik-rintik yang hadir sejak sore bertambah deras. Pintu balkon yang dibiarkan terbuka membuat angin malam masuk. Dinginnya malam menusuk kulit tidak membuat gadis berbaju pendek itu terusik.
Dia masih fokus dengan tulisannya, meski jam sudah menunjukkan tengah malam. Terkadang bibir ranum itu tersenyum mengikuti alur ceritanya, atau bahkan netranya banjir air mata. Hal itu biasa terjadi saat rasa bernama rindu tengah berkuasa. Rasa yang seharusnya tidak lagi hadir.
Suara rintik hujan di luar rumah menambah suasana sendu. Air matanya bertambah deras saja, hingga dering ponsel menariknya kembali sadar. Ternyata alarm yang dia pasang pukul satu pagi berbunyi.
Rinjani mematikan laptop kemudian menyimpannya kembali. Lalu dia bangkit dari duduknya menuju ke kamar mandi, untuk membasuh wajah guna menghilangkan jejak air mata di pipinya. Setelahnya, dia menuju ranjang dan bersiap untuk tidur.
Sebenarnya, dia sudah dilarang tidur terlalu larut oleh kedua orang tuanya. Tetapi penyakit susah tidurnya selalu menang, sedangkan Rinjani tidak mau mengonsumsi obat tidur. Jadi, sejak dua tahun lalu Rinjani sudah terbiasa tidur pukul satu.
Berkali-kali Rinjani merubah posisi tidurnya. Hingga akhirnya rasa kantuk benar-benar menguasainya dan membuat gadis itu tidur dengan lelap.
***
Suasana begitu ramai, ada banyak orang yang turut hadir. Tujuh belas tahun adalah usia yang sangat dinanti-nanti, begitu pula dengan Rinjani. Dia begitu antusias dengan perayaan ini. Terlebih, seseorang yang begitu spesial telah berjanji akan memberinya kejutan . Perayaan ulang tahun kali ini diadakan begitu meriah. Tama dan Hanna ingin menjadikan momen sweet seventeen untuk putri mereka menjadi kenangan yang tidak akan pernah terlupakan.
Gadis bergaun abu-abu itu berdiri dengan anggun di balik meja tempat sebuah kue cokelat diletakkan. Di kanan dan kirinya berdiri kedua orang tua si gadis. Sementara disekelilingnya ada banyak teman satu sekolah Rinjani yang tengah tersenyum bahagia.
Lagu ulang tahun mulai mengalun, diringi musik dan tepuk tangan berirama. Akan tetapi, gadis berambut pirang yang disanggul itu terlihat gelisah. Dia tidak henti-hentinya melihat ke arah pintu. Berharap seseorang segera datang.
āAda apa, Sayang? Ayo tiup lilinnya,ā ujar Hanna saat melihat Rinjani tidak segera meniup lilin di depannya.
āTidak bisa, Ma. Bagaimana mungkin, aku tidak menunggu Dava.ā Mata gadis terus melihat pintu masuk, berharap orang terkasihnya segera datang.
āNanti juga datang, yang penting sekarang kamu tiup dulu. Itu lilinnya udah leleh.ā
Akhirnya dengan sangat terpaksa, Rinjani meniup lilin tersebut. Dia juga merasa tidak enak dengan teman-temannya yang sudah menunggu. Serta tidak ingin mempermalukan kedua orang tuanya di depan kolega bisnis mereka.
Suara tepuk tangan yang sangat meriah menyambut, saat lilin padam. Rinjani tersenyum walau terpaksa. Dia harus bisa menghargai orang-orang yang sudah hadir, meski hatinya begitu gelisah menunggu sang kekasih.
Kamu di mana Dav, kenapa belum datang? batin Rinjani bertanya-tanya.
āSekarang potong kuenya, Sayang,ā bisik Hanna.
āIya, Ma.ā
Rinjani mulai mengambil pisau yang sudah disediakan untuk memotong kue. Pisau sudah berada di atas kue cokelat tersebut dan siap memotongnya, hingga dering ponsel menghentikan kegiatan itu.
Rinjani kembali meletakkan pisau yang dia pegang lalu mengambil ponselnya yang berada di saku. Dia melihat siapa yang menghubunginya. Deretan angka tertera di layar ponselnya.
Rinjani tidak mengenal nomor tersebut. Tetapi anehnya dia begitu ingin menjawabnya,padahal biasanya akan diabaikan. Hatinya seolah berkata bahwa panggilan ini berkaitan dengan Dava.
āHalo ā¦.ā ujar Rinjani.
āHalo, Non Rinjani. Ini Adi, orang kepercayaan yang diminta menjaga Den Dava.ā
āIya, ada apa, ya?ā tanya Rinjani dengan nada bergetar. Entah mengapa air mata mulai mengalir dan hatinya semakin gelisah.
āSaya mau kasih kabar bahwa Den Dava menjadi korban tabrak lari, dan sekarang sedang ditangani oleh dokter di rumah sakit Umum Semarang.ā
Seketika, Rinjani merasa bahwa dunianya runtuh, hancur berkeping-keping. Dia tak berucap satu kata pun. Air mata terus saja mengalir membanjiri wajahnya. Kedua orang tua gadis it uterus saja bertanya tetapi tidak ada jawaban.
āRin, kamu kenapa, Sayang? Jawab Mama, Rin,ā desak Hanna.
Rinjani memberikan ponselnya yang masih terhubung. Hanna yang mengerti maksud dari putrinya, segera mengambil ponsel tersebut lalu mendekatkannya ke telinga. Ucapan dari orang di sebrang sana membuat Hanna terkejut. Dia menatap putrinya yang masih diam mematung sambil terus menangis.
āAda apa, Ma?ā tanya Tama.
Hanna menatap suaminya dengan mata sembam, āDava, kecelakaan.ā
Dua kata itu juga didengar oleh telinga Rinjani yang sedari tadi seolah dibuat tuli. Air mata Rinjani semakin deras. Dia kalut, bibirnya terus saja meracau, memanggil-manggil nama Dava.
Orang-orang yang hadir untuk pesta bahagia Rinjani menatap iba pada gadis itu. Mereka turut meneteskan air mata, menyaksikan Rinjani yang jatuh terduduk seraya terus menyebut nama sang kekasih sambil memegangi dadanya.
Rinjani bangkit dari posisinya yang luruh di lantai. Dia menghadap ke arah Hanna. āDava, Ma, Dava ā¦. Ayo, Ma ā¦,ā ucap Rinjani sangat pelan.
āKamu yang kuat, Mama yakin Dava baik-baik saja. Ayo, Pa, kita ke rumah sakit sekarang.ā
Pesta ulang tahun yang Rinjani tunggu-tunggu berakhir dibubarkan begitu saja. Dengan masih menggunakan gaun pesta, gadis itu menarik kedua orang tuanya meninggalkan para tamu. Yang ada di pikiran Rinjani saat ini hanya Dava.
***
Sesampainya di rumah sakit, Rinjani dan kedua orang tuannya bergegas bertanya pada resepsionis, lalu dipandu oleh suster untuk menemui Dava. Rinjani terus saja menangis dalam pelukan Hanna. Dia merasa sangat takut, kemungkinan-kemungkinan buruk terus saja berkeliaran di kepalanya.
āSus, ini nggak salah jalan, ākan?ā tanya Tama yang merasa aneh dengan tujuan mereka.
āTidak, Pak.ā
Rinjani melihat ke arah tujuan mereka, sebuah ruangan sepi di ujung lorong yang sedang dilalui. Tulisan yang tertera di atas pintu ruangan tersebut membuat pikirannya semakin kalut. Perasaannya semakin tidak karuan. Rinjani menggelengkan kepala sambil terus bergumam, āNggak mungkin, ini nggak mungki. Dava nggak mungkin pergi.ā
Hanna mengeratkan pelukannya pada Rinjani. Dia tahu anaknya sedang merasa hancur. āKamu tenang dulu, Sayang. Mama yakin semua akan baik-baik saja.ā
āGimana bisa tenang, Ma. Ini jelas banget arahnya ke sana! Ke ruangan itu!ā
Seperti hari-hari biasa sejak satu bulan yang lalu, Agler selalu mengunjungi Rinjani yang berada di rumah perawatan khusus. Kejiwaan gadis itu sedikit terganggu dan akan mengamuk ketika mengingat bahwa Agam telah tiada. Mau tidak mau, Agler harus terus menerus berperan menjadi Agam sampai Rinjani benar-benar pulih. Seorang suster membuka pintu rumah rawat ketika Agler mengetuknya. āSilakan masuk, Tuan. Nona Rinjani baru saja meminum obat dan sedang berbaring.ā āTerima kasih,ā sahut Agler seraya melangkah masuk. āHai, Rin Sayang,ā sapa Agler seraya mengecup dahi gadis pucat yang tengah berbaring. āAgam, kamu sudah datang ....ā seperti biasa, kalimat itulah yang Agler dengar sebulan terahir setiap mengunjungi Rinjani. Semakin hari, hati pria itu semakin teriris setiap mendengar Rinjani memangilnya Agam. Bohong jika tidak ada rasa yang perlahan tumbuh mengingat bagaimana perannya ketika di samping Rinjani. Agler semakin nyaman menjalankan perannya sebagai seorang kekasih. Tawa Rinj
Mata yang dua telah dua hari perlahan mulai terbuka. Tatapannya terlihat kosong sebelum kembali menangis.āAgam! Agam!ā teriak Rinjani membangunkan Tama dan Hanna yang menunggui Rinjani di ruangan tersebut.Tama bergegas memluk Rinjani ketika putrinya berusaha melepas jarum infus di tangannya.āRin Sayang, kamu tenang, ya. Agam sebentar lagi ke sini,ā bisik Tama membuat gerakan berontak Rinjani terhenti.āBenar?ā tanya Rinjani dengan tatapan berbinar.āIya, Sayang. Nanti saat dia selesai dengan kuliahnya, dia akan ke sini,ā ucap Tama seraya menangkup wajah putrinya.Hanna berlari keluar tidak tahan melihat keadaan putrinya. Wanita paruh baya itu terduduk di depan ruang rawat seraya menangis terisak.āTante?ā Arsha yang memang tidak ada jadwal kuliah hari ini berniat datang pagi untuk menggantikan orang tua Rinjani menemani gadis itu, justru menemukan Hanna tenga menangis di luar ruang rawat.Hanna bergegas menghapus air matanya. āSha, Rinjani sudah sadar. Agam. Agler maksud tante. Dia
Tanpa dapat ditahan, air mata mengalir begitu saja dari kedua mata Rinjani. Tatapannya menyiratkan kesedihan dan rasa rindu menatap sosok pria yang berdiri di ujung anak tangga.Tanpa menunggu dipersilakan oleh sang tuan rumah, Rinjani bergegas berlari masuk ke dalam Villa tersebut. Tanpa permisi, gadis itu langsung berhampur memluk pria berkaos hitam yang terlihat seperti baru bangun tidur.āAgam, aku rindu,ā ucap Rinjani ditengah isak tangisnya masih mendekap erat pria tersebut.Namun, ketika Rinjani sadar pria di depannya tidak membalas pelukannya, dia pun melepaskan dengan tida rela.Keduanya saling memandang dengan tatapan yang berbeda. Ada luka dan kekecewaan yang tergambar jelas di sorot mata Rinjani. Namun, lain halnya dengan pria di depannya yang menatap datar pada Rinjani.āKau siapa?ā tanya pria itu membuat Rinjani semakin menangis.Rinjani mencengkeram kedua lengan pria di depannya seraya berkata. āAgam, ini aku, Rinjani.āTerlihat pria itu sedikit tersentak sebelum ahirny
Arsha melangkahkan kainya memasuki ruangan di mana Rinjani tengah terbaring. Terlihat mata gadis itu masih tertutup karena obat penennag masih menguasai tubuhnya dan membuat kesadarannya hilang.āSha, Tante titip Rinjani sebentar, ya. Tante mau ambil baju,ā ucap Hanna ketika melihat Arsha memasuki ruangan tersebut.āIya, Tante. Tante tenang aja, Arsha akan di sini jagain Rin.āHanna bangkit dari duduknya, mengecup pucuk kepala Rinjani sebelum berjalan keluar dari ruang rawat tersebut.Ketika wanita itu hendak membuka pintu, terlihat daun pintu bergerak dan muncullah sosok laki-lai yang selama ini selalu menemani di sampingnya.āPa, sudah selesai mengurus administrasi?ā tanya Hanna.āSudah, Ma. Mama mau ke mana?ā tanya Tama yang melihat Hanna menjinjing tasnya dan kunci mobil milik mereka.āMama mau ambil baju ganti buat Rin. Papa mau nitip sesuatu?āTama mendekat mengambil kunci mobil di genggaman tangan istrinya. āAyo, Papa yang antar. Papa nggak tenang kalau Mama pergi sendiri.āAkh
Tanpa mengangkat kepalanya, Pria tersebut memberikan sebuah kotak yang dibungkus dengan kertas kado dan pita merah sebagai hiasan.“Terima kasih.” Rinjani mengalihkan atensinya dari kotak tersebut. “Ini dari siapa, ya?”Tanpa menjawab pertanyaan Rinjani, pria bertopi itu bergegas pergi dari sana, meninggalkan gadis itu dengan penuh tanda tanya.“Eh? Mas! Ini dari siapa?” tanya Rinjani sekali lagi sedikit berteriak karena pria bertopi it uterus berjalan menjauh.“Rin? Ada apa?” tegur Arsha membuat Rinjani menoleh.Rinjani mengangkat kotak kado di tangannya. “Ada yang kasih kado, tapi orangnya pakai topi sama masker. Dan pas aku tanya ini dari siapa, dia malah pergi.”“Coba buka. Siapa tau ada nama pengirim di dalamnya,” ujar Arsha sambil melihat kotak kado itu dengan tatapan penasaran.“Masuk dulu aja. Kita buka di dalam, yuk,” ajak Rinjani sambil lebih
Air mata terus mengalir membasahi pipi gadis itu. Rinjani merasa kalut, bayang-bayang perginya Dava kini kembali memenuhi otaknya. Dan hal itu memicu ketakutan Rinjani tentang Agam.Dengan cepat, Rinjani mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas. Dia mencari nomor Agam dan segera melakukan panggilan keluar.Beberapa kali Rinjani mencoba menghubungi Agam, tetapi tidak satu pun panggilannya dijawab. Hal itu membuat tangis Rinjani semakin menjadi.Rinjani memeluk lututnya sambil terus-menerus menghubungi Agam. Tanpa sadar, gadis itu bahkan telah menggigiti jarinya.Setelah puluhan kali mencoba dan tetap tidak ada jawaban, Rinjani baru teringat Arsha. Dia segera mencari kontak Arsha dan mengubunginya.Panggilan pertama terhubung, tetapi masih belum diangkat. Tulisan bordering tertera di layar ponsel Rinjani.Rinjani merasa kesal. “Angkat, Sha!”Panggilan Rinjani berhenti karena yang di seberang sana tidak menerima panggilan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen