/ Romansa / Tergoda Hasrat Ayah Mantanku / Bab 8: Akan Terus Merayu Klara

공유

Bab 8: Akan Terus Merayu Klara

last update 최신 업데이트: 2025-09-19 18:46:32

“Ak-aku ….” Klara menelan ludahnya mendengar bisikan Adrian yang berhasil membuat degup jantungnya semakin kencang.

Klara tak sanggup berkata lagi karena tubuhnya sudah lebih dulu tegang.

“Kenapa wajahmu tegang sekali?” suara baritonnya pecah dalam keheningan sehingga terdengar begitu rendah dan menggetarkan.

Klara kembali menelan ludahnya dengan susah payah. “Jangan bicara tentang malam itu lagi, Paman—”

“Just call me Adrian. Kita sudah resmi jadi sepasang kekasih, bukan? Kenapa kau masih memanggilku dengan embel-embel itu?” bisiknya dengan wajah yang begitu dekat menatap Klara.

Klara menghela napasnya lalu mengangguk pasrah. “Baiklah, Adrian. Jangan bahas soal malam itu lagi.”

Bukannya merespon, Adrian justru menggeser tubuhnya dan mendekat hingga jarak mereka hanya tinggal helaan napas.

Aroma parfumnya yang maskulin menyergap indera Klara hingga membuatnya sulit bernapas. Tangan Adrian nyaris menyentuh punggung tangannya, namun Klara dengan cepat menarik diri.

“Aku hanya ingin
이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터
댓글 (6)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
wow pesona Adrian emang ngga ada lawan nya ya Klara hehehehe
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Ya begitulah laki-laki klara, selalu merayu untuk mendapatkan apa yang di inginkan. Sampai kadang bikin gemas sendiri
goodnovel comment avatar
wieanton
timbang bobo bareng doang ya gpp lah klara, paling masuk sedikit klo enak ya terusin kyk mlm kmrn wkwkw
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Sidang Putusan Patryk

    Dua minggu berlalu sejak penangkapan Patryk, dan pagi itu gedung pengadilan tampak lebih ramai dari biasanya.Wartawan berkumpul di luar, kamera berderet, sorot lampu kilat sesekali menyala.Nama keluarga Wijck kembali menjadi pusat perhatian, kali ini bukan karena bisnis atau pernikahan mewah, melainkan karena sidang yang sejak awal sudah menyedot atensi publik.Adrian datang tepat waktu, mengenakan setelan hitam sederhana. Wajahnya tenang, namun sorot matanya tajam.Di sampingnya, Alex berjalan dengan langkah mantap, sesekali melirik ke sekeliling memastikan tidak ada hal mencurigakan.Adrian tidak membawa Klara, sebuah keputusan yang ia buat dengan tegas. Ia tidak ingin istrinya berada di ruang sidang apalagi mendengar kembali detail-detail kejam yang pernah hampir merenggut nyawa dan masa depan mereka.Mereka masuk ke ruang sidang dan duduk di bangku pengunjung. Adrian menyerahkan seluruh urusan hukum pada kuasa hukumnya.Hari ini, ia hanya perlu hadir menyaksikan keadilan bekerja

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Godaan Klara yang Membuat Adrian Menggila

    Malam kian larut ketika Klara melangkah pelan menuju ruang kerja Adrian. Lampu di dalam ruangan itu masih menyala, memantulkan cahaya hangat ke lorong yang sepi.Dari balik pintu yang setengah terbuka, ia melihat suaminya masih duduk di balik meja kerja, dikelilingi berkas-berkas dan layar laptop yang menyala.Wajah Adrian tampak serius, rahangnya mengeras, alisnya sedikit berkerut, tanda bahwa pikirannya masih tenggelam dalam urusan yang belum selesai.“Kau belum tidur?” tanya Adrian tanpa menoleh, seolah sudah tahu siapa yang datang.Klara tersenyum kecil. “Kau juga belum,” balasnya sambil melangkah masuk.Adrian menghela napas dan akhirnya menatap istrinya. “Tidurlah dulu. Jangan menungguku. Aku masih harus menyelesaikan ini, Sayang.”Alih-alih menuruti, Klara justru mendekat. Tanpa banyak kata, ia duduk di pangkuan Adrian hingga membuat pria itu refleks menghentikan gerakan tangannya di atas keyboard.Klara melingkarkan kedua lengannya di leher Adrian, dan wajah mereka kini berjar

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Menyewa Dekektif Rahasia

    Waktu sudah menunjuk angka sebelas malam ketika rumah itu kembali sunyi. Lampu-lampu di lantai bawah telah dipadamkan, hanya menyisakan cahaya redup dari ruang kerja Adrian di lantai dua.Di ruangan itu, suasana terasa dingin dan tegang, kontras dengan ketenangan malam di luar jendela.Adrian berdiri menghadap meja kerjanya, jas sudah dilepas, kemeja bagian atas terbuka satu kancing. Wajahnya keras, sorot matanya tajam.Di layar laptop yang terbuka, tertera berkas-berkas lama—nama, foto, dan potongan informasi yang tersisa tentang satu orang yang belum juga tertangkap.James Andreas.Adrian mengangkat ponselnya, menekan satu nomor yang hanya ia gunakan dalam keadaan mendesak. Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum akhirnya diangkat.“Kalau ini bukan urusan besar, kau akan menyesal menghubungiku jam segini,” suara di seberang terdengar serak dan santai, seolah waktu tidak pernah berarti baginya.“Hunter,” sapa Adrian datar. “Aku butuh jasamu.”Terdengar dengusan kecil. “Kau tahu

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Aku akan Atur

    Sore itu, ruang kerja Adrian terasa sunyi meski hiruk-pikuk kota terlihat jelas dari balik dinding kaca besar yang membentang dari lantai hingga langit-langit.Di meja kerjanya yang rapi, sebuah map hitam terbuka. Di dalamnya tergeletak akta perusahaan yang baru saja selesai direvisi, sebuah dokumen legal yang menandai berakhirnya satu babak panjang dalam konflik keluarga Wijck.Adrian menatap lembar demi lembar akta itu dengan saksama. Namanya tercetak tegas sebagai pemegang kendali penuh. Tidak ada lagi nama Patryk. Tidak ada jejak keluarga Andreas di sana. Semua sudah bersih.Setidaknya di atas kertas.Jemarinya mengetuk pelan permukaan meja, kebiasaan kecil yang muncul setiap kali ia berpikir terlalu dalam.Ia menghembuskan napas panjang, lalu menyandarkan punggung ke kursi. Perasaan lega sempat menyelinap, namun tidak pernah benar-benar menetap. Adrian tahu, kemenangan ini belum utuh.“Akhirnya,” ucap Alex dari seberang meja, memecah keheningan. “Secara hukum, mereka sudah tidak

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Keluarga yang Penuh Dosa

    Pagi itu udara di depan kantor polisi terasa berat. Langit mendung menggantung rendah, seolah menyesuaikan diri dengan suasana hati Adrian.Ia turun dari mobil dengan langkah tegas, ditemani Alex yang berjalan di sisinya. Wajah Adrian dingin, rahangnya mengeras, tidak ada sisa kehangatan yang biasanya ia miliki saat bersama Klara.“Aku ikut masuk,” ujar Alex singkat.Adrian mengangguk. “Terserah padamu.”Mereka melewati pintu kaca dan lorong panjang yang dipenuhi aroma antiseptik. Suara langkah kaki menggema di lantai keramik.Seorang petugas mengantar mereka menuju ruang investigasi. Pintu besi dibuka, memperlihatkan Patryk yang duduk sendirian di balik meja, kedua tangannya terborgol.Wajahnya tampak lusuh, namun senyum tipis masih tersungging di bibirnya, senyum yang sama sekali tidak menunjukkan penyesalan.Alex memilih berdiri di dekat dinding. Adrian melangkah maju dan duduk tepat di hadapan Patryk.Beberapa detik berlalu dalam keheningan yang menekan.“Di mana James?” tanya Adr

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Hadiah untuk Klara

    Dua minggu setelah babymoon mereka berakhir, mobil Adrian melaju perlahan memasuki kawasan perumahan elite yang tenang dan tertata rapi.Pohon-pohon tinggi berjajar di kiri kanan jalan, memberi kesan teduh dan eksklusif. Klara duduk di kursi penumpang dengan perasaan ringan, liburan itu memberinya ketenangan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.Dia sempat mengira mereka akan langsung pulang ke apartemen seperti biasa.Namun, mobil justru melambat dan akhirnya berhenti tepat di depan sebuah rumah megah tiga lantai.Klara mengerjap, menoleh ke luar jendela. Rumah itu berdiri anggun dengan desain modern minimalis: dominasi kaca besar, garis-garis tegas berwarna abu dan putih, serta taman depan yang tertata sempurna.Lampu-lampu eksterior menyala lembut, mempertegas keindahan fasadnya. Rumah itu persis seperti rumah impian yang sering Klara lihat di majalah arsitektur.Mobil dimatikan. Hening.Klara masih terpaku. “Adrian,” ucapnya perlahan, nyaris tak berkedip. “Rumah siapa ini?”Ad

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status