Tergoda Rayuan CEO Muda

Tergoda Rayuan CEO Muda

By:  pramudining   Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
4 ratings
117Chapters
4.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Wening Tri Rahayu ditinggalkan sang kekasih begitu saja saat orang tuanya mendesak perempuan itu menikah. Di saat yang sama, Fandra, seorang CEO Muda hadir dan gencar mendekati orang tuanya untuk melamar. Sebenarnya, apa yang sedang terjadi? Fandra bahkan seolah sudah mengenal Wening dengan sangat baik.

View More
Tergoda Rayuan CEO Muda Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
pramudining
up date 4 bab sekaligus, ya. Monggo dibaca kelanjutan kisah Mbak Wening dalam mencari jodoh
2023-09-30 16:38:05
0
user avatar
pramudining
Masih lemes banget, jadi belum bisa update. Semoga besok bisa update. Mohon doanya
2023-09-17 14:00:07
0
user avatar
pramudining
Hari ini belum bisa update, ya. semoga besok bisa kembali pulih.
2023-09-15 10:47:58
1
user avatar
Fiya Yulia
Allhamdulillah akhirnya, setelah sekian dino nunggu, nongol juga
2023-09-11 10:26:43
1
117 Chapters
1. Desakan Orang Tua
Happy Reading*****Wening baru saja membuka pintu ketika suara ibunya menyapa dengan nada tinggi. "Bagaimana? Kapan pacarmu mau menemui kami?" Gadis berjilbab maroon itu mengembuskan napas. Baru saja masuk, wanita yang telah melahirkannya itu mencecar dengan pertanyaan paling sensitif dalam hubungannya dengan sang kekasih."Katanya, malam Minggu, Bu. Dia bakalan datang menemui Bapak.""Beneran, ya?" tanya si Ibu, "kalian sudah lama pacaran, tapi Ibu belum tahu sama sekali wajahnya dan juga namanya. Jangan-jangan kamu berbohong."Wening mencebik dengan wajah muram. "Tunggu dia datang saja, Bu." Terlalu singkat jawaban si gadis. Wening memang dikenal tidak banyak bicara oleh keluarga dan tetangga. Oleh karenanya, sekalipun banyak tetangga dan orang sekitar yang mencemoohnya karena tak kunjung menikah di usia yang sebentar lagi menginjak kepala tiga, gadis itu tetap tenang dalam menjalani kehidupan. Sangat berbeda dengan ibunya."Anak baru pulang. Mbok disuruh mandi apa makan dulu. J
Read more
2. Siapa Dia?
Happy Reading*****Duduk melingkar pada sofa di ruang tamu, seluruh keluarga Wening telah menunggu kedatangan kekasihnya. Hidangan sederhana dan juga beberapa toples makanan ringan sudah tersedia di atas meja. Wening Tri Rahayu mulai resah, berkali-kali menghubungi kekasihnya. Namun, panggilannya tak juga dijawab. Satu per satu menatap seluruh keluarga yang sedang berkumpul, peluh si gadis mulai turun mengaliri wajah. Sungguh, hatinya tak karuan saat ini. Jika sampai lelaki itu tak datang, maka hancurlah harga dirinya di depan keluarga."Dik, Mas keluar dulu saja. Ponakanmu nggak mau diem, bosen mungkin. Coba kamu telpon pacarmu itu. Sudah sampai mana?" Jeda sebentar. "Kayak dia minta naik odong-odong," ujar lelaki yang tak lain saudara tertua dari Wening, Fatur. Menunjuk pada putranya."Iya, Mas, nggak papa kok." Wening meremas gamis. Sesekali menatap pada bapaknya. Takut dengan tatapan mengintimidasi dari pria sepuh itu."Kamu telpon lagi, Nduk. Kenapa dia belum juga datang. Bapak
Read more
3. Malam Kelabu
Happy Reading*****"Aku sangat percaya padanya. Dia lelaki yang selalu menepati janji. Nggak mungkin dia mengingkari apa yang sudah dikatakan." Kembang kempis Wening mengatakannya. Antara keyakinan dan kenyataan kini bertarung dalam dada. Sesak sungguh sangat sesak keadaan sekarang. Jika boleh, dia ingin segera masuk kamar dan meluapkan semua perasaan dengan menangis."Mbak mungkin baru mengenalku kemarin, tapi dengan tulus aku akan membantumu malam ini," kata Fandra meyakinkan. Sedikit berani, dia menangkupkan telapak tangannya di atas telapak tangan Wening yang berada di pangkuan."Apa kalian sudah selesai berbicara?" tanya Mahmud membuyarkan adegan yang dilakukan Fandra. "Bapak tunggu kedatangan keluargamu secepatnya, Nak. Wening dan kamu adalah dua manusia yang sama-sama dewasa. Bapak tidak bisa membiarkan kalian terus bermaksiat. Jadi, segera halalkan anak Bapak atau jika nggak mampu. Tinggalkan dia."Tatapan tajam Mahmud membuat Fandra menganggukkan kepala. Inilah konsekuensi
Read more
4. Buket Bunga
Happy Reading*****Sesampainya di depan lift, Wening sengaja memutar arah menuju tangga agar tak bersama dengan pasangan itu. Masih belum sanggup untuk melihat kemesraan kekasihnya dengan putri pemilik perusahaan.Meskipun lebih lama dan melelahkan, Wening bersabar dengan keadaannya. Sesampainya di ruangan, gadis itu melempar tasnya ke sofa dengan kasar. "Astagfirullah. Ada apa sebenarnya denganmu, Mas."Dering telepon di meja Wening membuat gadis itu membuka mata. Segera dia mengangkat. "Selamat pagi dengan Wening di sini. Ada yang bisa dibantu?""Segera ke ruangan saya sekarang!""Baik, Pak." Tanpa bertanya siapa yang meneleponnya tadi, Wening sudah tahu jika suara bariton itu milik sang direktur.Baru menginjakkan kaki di depan pintu ruangan direktur, Wening berpapasan dengan sang kekasih. "Mas Fahri?" kaget Wening. Si lelaki cuma menatap sekilas tanpa berkata apa pun, dia mengetuk pintu ruangan direktur terlebih dahulu. "Masuk," suruh sang pemilik ruangan. Wening terdiam. Pik
Read more
5. Panas
Happy Reading*****Mengabaikan segala kekesalan pada lelaki yang katanya sudah bertunangan semalam, Wening mengambil buket bunga serta kotak makanan di tangan OB. "Terima kasih, Mas," ucap Wening."Sama-sama, Bu." Merasa pekerjaannya sudah selesai, sang OB memilih pergi dari ruangan akuntan apalagi tanpa sengaja melihat delikan dari sang wakil direktur baru.Cepat, Fahri menutup pintu dan berjalan mendekat pada Wening. Dia merebut buket itu dengan kasar. "Jadi, kamu mengkhianati aku? Ckck, nggak nyangka," katanya."Ada maling teriak maling sepertinya. Mau apa ke ruanganku?" Wening menaruh buket serta kotak makan di meja kerjanya."Bukannya kamu yang chat supaya aku memberikan penjelasan tentang kejadian semalam. Sepertinya sudah nggak diperlukan lagi." Jeda sebentar, lelaki itu memasukkan kedua tangannya di saku celana."Baguslah jika sudah punya calon suami yang bisa menggantikan aku." Fahri menyerahkan sebuah map pada gadis berjilbab di depannya. Dia juga melempar buket mawar ke s
Read more
6. Tragedi Di Lobi
Happy Reading*****Fandra semakin mengeratkan pelukannya pada Wening. Dia bahkan sampai memutar tubuh si perempuan ke arah berlawanan dan sedikit menjauh dari tempat semula. Wening mulai meronta-ronta minta dilepaskan, sementara suara panggilan namanya dari arah belakang membuat semua karyawan mulai berkerumun."Ayo pergi sekarang sebelum makin banyak teman-teman kerjamu memperhatikan kita," bisik Fandra tanpa mau menghiraukan panggilan seseorang pada Wening."Iya, tapi lepaskan dulu." Fandra mengendurkan pelukan, tetapi tangannya dengan cepat menyeret Wening keluar dari kantor garment tempatnya bekerja. Tanpa menoleh pada siapa pun. Mereka berdua jalan lurus hingga sampai di parkiran.Sementara itu, seseorang yang memanggil Wening tadi begitu marah karena merasa di abaikan. "Kenapa kamu terlihat marah begitu, Yang?" tanya perempuan yang selalu menempel pada lelaki itu."Gimana nggak marah. Wening melakukan hal tak senonoh di tempat kerja. Memangnya kantor ini tempat mesum? Seenakn
Read more
7. Tidak Adil
Happy Reading*****Wening memperbaiki dirinya sebelum keluar ruangan. Sudah dua kali dalam satu hari ini, dia dipanggil sang atasan. Kali ini, entah hal penting apa yang akan disampaikannya. Naik ke lantai berikutnya, gadis itu berdoa dalam hati semoga bukan tentang kejadian di lobi yang membuatnya di panggil oleh sang direktur.Mengetuk pintu ruangan sang direktur sekaligus sang pemilik usaha. Wening membukanya setelah dipersilakan. "Permisi, Pak," ucap Wening. Sedikit membungkuk mendekati meja sang direktur.Lelaki dengan perut buncit itu menggerakkan kepala menatap akuntan yang sudah bekerja lebih lima tahun di hadapannya. Sejak pertama kali melamar pekerjaan di garmen miliknya, Wening sudah menarik simpati sang atasan. Sosoknya sangat berkarakter, jarang sekali melakukan kesalahan pada pekerjaan. Disiplin tinggi serta tanggung jawab dan loyalitasnya pada garmen tidak perlu diragukan lagi. "Duduklah," suruh lelaki bernama Hartawan.Menggeser kursi di hadapan sang direktur, Wenin
Read more
8. Terungkap
Happy Reading*****Dalam perjalanan pulang, perkataan Abraham terus saja berputar di dalam otak Wening. Jika sahabat yang paling dekat dengan mantan kekasihnya saja mengatakan demikian. Lalu, kenapa dia masih begitu percaya pada Fahri saat itu."Jadi, apa arti hadirku dalam hidupmu, Mas?" tanya Wening dalam hati. Memarkirkan mobil milik bapaknya. Wening masuk rumah tanpa ada firasat apa pun. Tidak pernah tahu bahwa seluruh anggota keluarganya kini tengah berkumpul di ruang tamu menunggu kepulangannya."Assalamualaikum," salam Wening ketika memutar kenop pintu ke bawah."Waalaikumussalam," jawab semua orang dari dalam rumah.Kepala Wening menyembul di daun pintu. Dia sengaja mengintip terlebih dahulu, mendengar jawaban serempak yang tak biasanya terdengar ketika pulang kerja. Kedua alis si gadis menyatu. Perlahan, dia melangkahkan kaki masuk dan mulai menyapa seluruh keluarga satu per satu dengan menyalami mereka semua.Ketika akan bergerak menuju kamar, suara bariton Mahmud terdenga
Read more
9. Sesal
Happy Reading*****"Katanya ingin adik segera menikah, tapi Ibu menetapkan standard yang begitu tinggi saat mencari calon menantu. Gimana, sih," sahut si tengah, "kalau ingin adik menikah tahun ini, ya, biarkan saja sama Fandra. Dia cukup baik dan ramah. Masalah pekerjaan, kita nggak boleh mengadili seperti itu. Suatu saat, seorang office boy juga pasti akan naik jabatan."Si tengah, Akbar menatap Fatimah dengan wajah keberatan atas kalimat yang dikeluarkannya tadi. Baru akan membuka suara lagi, tangan kanan Mahmud terangkat. Kelima jarinya tegak meminta Akbar diam. Ada sesuatu yang harus dia ketahui dan hal itu sangat penting daripada pekerjaan Fandra. Lalu, Mahmud pun menatap putrinya dan berkata, "berapa umur Fandra, Nduk?""Adik nggak tahu, Pak. Mungkin usianya jauh di bawah Wening." Si bungsu menjawab dengan sangat lirih bahkan kepalanya tertunduk begitu dalam. Sepanjang hidup, baru kali ini Wening disidang oleh keluarganya sendiri gara-gara orang lain.Sekali lagi, helaan panj
Read more
10. Permintaan Mahmud
Happy Reading*****"Mbak," panggil Fandra. Tangannya bergoyang ke kanan kiri, tepat pad wajah Wening. "Mau nggak? Kok, malah bengong. Nggak ada orang lain yang bisa dimintai tolong. Lagian sudah mau magrib, keburu bengkelnya tutup.""Hah?" tanya Wening, seperti orang linglung."Bisa nggak nolongin aku, Mbak?" tanya Fandra memastikan sekali lagi."Hmm. Bisa, tapi aku nggak pernah melakukannya. Tunjukkan caranya, aku akan belajar dengan cepat.""Baiklah. Terima kasih sebelumnya." Fandra bahkan dengan sengaja mengedipkan mata pada si gadis. Wening memalingkan muka.Fandra tertawa cukup keras, tetapi detik selanjutnya, dia mulai menjelaskan pada Wening bagaimana caranya. Menyimak semua instruksi yang dikatakan oleh Fandra, Wening mulai naik pada motor lelaki itu.Perlahan kedua melaju, menuju bengkel yang letaknya cukup jauh dari tempat Fandra menghentikan Wening tadi. Sesampainya di depan bengkel, keduanya berhenti. "Terima kasih, Mbak. Sudah mau membantuku," kata Fandra. Sekali lagi,
Read more
DMCA.com Protection Status