Share

Terjebak Cinta Ceo Tampan
Terjebak Cinta Ceo Tampan
Penulis: seen_za

Bab 1

"Dirga, istrimu itu kapan hamilnya? Kamu sudah menikah hampir dua tahun tapi belum juga dikasih keturunan, ibu ingin cepat - cepat menimang cucu. Jangan - jangan istrimu itu mandul?!"

Dirga hanya bisa menunduk pasrah mendengar ucapan ibunya. Sungguh dilema baginya, ia sangat mencintai istrinya Radella namun ia pun tak mampu melawan ibunya, satu - satunya orang tua yang ia miliki.

"Mungkin Tuhan belum memberi kepercayaan pada kami, Mah."

Dirga memberanikan diri berbicara di depan ibunya. Mama Sri yang tadinya duduk di singgasana kebesarannya, tiba - tiba berdiri dan pergi meninggalkan Dirga.

"Kamu tidak usah datang ke rumah mama lagi!"

Mama Sri masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya dari dalam, baru kali ini Dirga berani melawannya. Dirga berjalan ke arah kamar ibunya, ia mengetuk - ngetuk pintu namun ibunya tak bergeming.

"Mah... Dirga pulang dulu ya. Nanti Dirga kembali lagi kesini. Assalamualaikum."

Akhirnya dengan berat hati, Dirga meninggalkan kediaman ibunya. Dengan langkah gontai ia membuka pintu mobilnya dan memamacukan sedan seri 5 nya.

Setelah 15 menit berlalu, tibalah Dirga di kediamannya. Rumah dengan model minimalis modern dua lantai, Dirga memarkirkan kendaraan di carport lalu segera beranjak masuk ke dalam rumahnya.

"Assalamualaikum, sayang. Abang pulang nih, istri abang yang cantik mana ya?"

Tidak ada sahutan...

Dirga mencari keberadaan istrinya, namun ia tidak menemukan sosok yang dirindukannya. Dirga berjalan ke arah taman belakang rumahnya, ia tersenyum melihat sosok yang ia cari ternyata ada di sana. Dirga berjalan tanpa bersuara, ia mendekati istrinya yang tengah merawat bunga - bunga kesayangannya. Dari arah belakang, Dirga menutup kedua mata istrinya.

"Bang Dirga, Ya?" Anastasya tersenyum, ia memegang kedua tangan suaminya.

"Ko kamu tahu kalo ini abang?"

Dirga melepaskan kedua tangannya dari kedua mata istrinya, tangannya ia lingkarkan di perut istrinya, dagu Dirga menempel di bahu istrinya.

"Wangi parfum abang, aku suka baunya. Oh ya, gimana kabar mama Sri, Bang?"

Anastasya menyandarkan tubuhnya di dada bidang Dirga. Dirga mengelus - elus perut istrinya yang masih rata.

"Mama baik - baik saja. Dia titip salam sama kamu, Sayang."

Dirga berbohong pada istrinya, ia tidak mau menambah beban pikiran istrinya.

"Maaf ya, Bang. Aku belum bisa memberi mama cucu,"

Anastasya berucap lirih, ia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Sejak awal menikah, mertuanya memang kurang suka pada dirinya. Radeela jauh dari kriteria sempurna versi mertuanya, hanya kerena ia berasal dari keluarga sederhana. Kedua orang tuanya meninggal dunia sejak dia berumur 10 tahun. Mertuanya tidak bisa menolak keinginan anak semata wayangnya untuk menikahi Anastsya. Padahal mama Sri sudah menyiapkan calon istri untuk anaknya.

"Tidak masalah, sayang. Ada ataupun tidak ada anak diantara kita, tidak akan merubah rasa sayang abang padamu."

Dirga membalikan tubuh Anstasya dan memeluknya dengan erat, dikecupnya puncak kepala istrinya dengan lembut. Anastasya membalas pelukan suaminya, ia hirup dalam - dalam aroma tubuh suaminya, damai... itu yang ia rasakan.

"Sayang... aku lupa belum masak. Kamu belum makan kan?"

Anastasya mendorong tubuh suaminya, ia hendak pergi ke dapur untuk memasak. Namun, belum sempat ia pergi, Dirga menarik tangannya. Ia tarik tubuh Radeella ke dalam pelukannya lagi.

"Tidak usah memasak, sayang. Kita makan di luar saja. Kamu berdandan secantik mungkin, ya. Tapi sebelum itu, mas ingin...."

Dirga membisikkan sesuatu di telinga istrinya, kedua pipi istrinya bersemu merah. Dirga membopong tubuh istrinya ala bridal style, Anastasya melingkarkan tangannya di leher suaminya. Sesekali bibir Dirga mendarat di bibirnya. Satu tangannya menarik pegangan pintu, setelah pintu terbuka, Ia pun membaringkan tubuh istrinya di atas ranjang. Dirga mengecup mesra kening istrinya, perlahan namun pasti, kecupannya beralih ke ujung hidungnya kemudian mendarat di bibir merah merekah istrinya.

"Ehmmm... bang...."

Radeela mendesah, merasakan gejolak yang mulai membumbung tinggi. Perlahan Dirga membuka satu persatu kancing baju istrinya. Terlihat sepasang gunung kembar yang sudah siap di daki. Ia kecup dan remas satu persatu puncaknya, nafsu keduanya kini sudah membumbung tinggi. Dirga membuka sendiri kancing kemeja dan celananya, mereka kini sama - sama polos tanpa satu helai benang pun. Ia ciumi seluruh tubuh istrinya mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Setelah cukup puasa dengan sesi pemanasan,ia tindih tubuh istrinya hingga keduanya mengerang penuh kenikmatan.

"Semoga kali ini jadi, sayang."

Dirga mencium perut istrinya penuh harapan, Radeella tersenyum getir. Ia menarik selimut dan berbaring di samping istrinya, tubuh istrinya ia peluk dari belakang.

"Katanya mau dinner, sayang?"

"Satu jam lagi, abang pulihkan dulu energi abang yang terkuras habis barusan."

Gumam Dirga dengan mata tertutup, Deella pun ikut memejamkan matanya. Tak berselang lama mereka pun terlelap.

***

"Bang... bangun.... dinnernya jadi, kan?"

Radeela menyentuh punggung suaminya dengan lembut. Dirga memicingkan matanya seraya menggeliat.

"Jam berapa sekarang, sayang?" Dirga bangun dan duduk di tepian ranjang.

"Baru jam delapan, bang. Aku mandi dulu, ya."

Radeella bangkit hendak pergi ke kamar mandi namun Dirga mencekal tangannya, ia menarik tangan istrinya hingga jatuh ke pangkuannya.

"Bang... iih... lepasin nanti kemalaman lho."

Dirga memeluk erat istrinya yang tengah duduk di pangkuannya, dikecupnya belakang leher istrinya. Radeella menggelinjang, tangan kiri Dirga menelusup ke bagian dada dibalik kimononya, sementara tangan kanannya menari - nari di bagian dalam pangkal pahanya.

"Ehmmm.... bang... " Radella tidak bisa menahan desahannya.

"Sekali lagi ya sayang, di bathtube..."

Dirga berbisik di telinga istrinya, dengan malu - malu Radeella menganggukan kepalanya. Dirga memangku Radee dengan posisi seperti koala seraya saling melumat bibir masing - masing. Dirga mendudukan istrinya di atas wastafel sementara ia mengisi bath tube dengan air hangat dan foam, tidak lupa menyalakan lilin aroma terapy. Radee tersenyum melihat pelayanan suaminya, ia sangat bersyukur mendapatkan laki - laki yang perhatian dan penuh kasih sayang seperti suaminya.

"Semua sudah siap sayang, come to dady."

Radee membuka baju tidur kimononya lalu berjalan ke arah suaminya yang duduk di tepian bathtube, Dirga mengulurkan tangannya lalu disambut oleh Radde, kaki jenjangnya satu persatu ia masukan ke dalam air yang hangatnya pas. Dirga mengambil sabun cair lalu menggosok - gosokannya ke bagian tubuh istrinya dengan lembut dan sedikit pijatan sensual di bagian tubuh tertentu istrinya.

"Bang... ahh... aku mau keluar..."

Pergumulan di kamar mandi pun terjadi. Rintihan dan desahan keluar dari mulut kedua insan tersebut.

Tak terasa satu jam berlalu, Dirga dan Radee sudah siap dengan outfitnya yang simple namun elegan. Dirga mengenakan kaos polo shirt berwarna navy dengan celana chino berwarna krem. Sedangkan Radee mengenakan dress selutut tanpa lengan berwarna senada dengan suaminya. Rambutnya ia ikat kuncir kuda dengan anting berjenis hoope.

"Cantiknya, istri abang ini."

"Abang juga ganteng banget, suami siapa sih ini."

Mereka tertawa bersama, Dirga menggenggam tangan istrinya dan berjalan menuju mobil yang sudah ia keluarkan dari carport. Ia membukakan pintu mobil untuk istrinya, setelah Radee masuk barulah ia berjalan memutar ke arah kemudi.

25 menit berlalu, mobil sedan seri 5 itu pun tiba di restoran mewah langganan mereka. Dirga membukakan pintu untuk istrinya, bak seorang putri ia membungkukkan kepalanya dan meraih tangan istrinya. Setelah itu ia memberikan kunci mobilnya pada vallet agar memarkirkan kendaraannya di sana.

"Reservasi atas nama Dirgantara Mahendra"

"Sebentar yah, Pak. Oh dimeja no 21 pak, mari saya antar."

Waitress tersebut nampak mencuri - curi pandang pada Dirga, gesture tubuhnya menyiratkan jika ia tertarik pada suaminya. Radeella memeluk pinggang suaminya, dan bergelayut mesra pada lengannya. Waitress tersebut salah tingkah, ia mempersilahkan kedua tamunya untuk menempati meja yang sudah dipesannya.

"Bang, kayanya waitress itu suka sama kamu." Ucap Radee ketus seraya menahan rasa cemburunya.

"Kamu cemburu, sayang?"

"Aku gak cemburu ya, bang! Cuma risih aja, masa dia liatin kamu sampai sebegitunya!" Dirga terkekeh melihat kecemburuan istrinya.

"Abang suka lho kalau kamu cemburu, kamu makin cantik."

Dirga terkekeh seraya menggoda istrinya, Radeela mendelik dan cemberut. Melihat istrinya merajuk, ia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arahnya

"Beneran marah nih?"

Radee merotasikan kedua bola matanya, ia berputar memunggungi suaminya.

"Pikir aja sendiri!"

"Iya sayang... abang minta maaf ya. Di hati abang cuman ada adek seorang, jangan marah lagi yah. Abang tidak bisa hidup tanpa adek."

Radeela tak kuasa menahan tawanya, mendengar rayuan suaminya yang sedikit lebay dan garing.

"Iya bang... adek maafin. Tapi awas lho, matanya jangan jelalatan!"

"Iya sayang... abang gak bisa melihat yang lain, karena isi kepala abang cuman ada kamu seorang."

Dirga yang sedari tadi duduk berlutut pun berdiri seraya dibantu istrinya, ia kembali duduk di kursinya semula. Makanan yang tadi mereka pesan pun akhirnya tiba, mereka makan dengan santai sambil bercengkrama. Ketika sedang asyik bercanda, tiba - tiba seseorang datang dan memanggil nama suaminya.

"Mas Dirga...?"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status