Share

Terjebak Cinta Pesohor Muda
Terjebak Cinta Pesohor Muda
Author: Anggrek Hitam

Perkara Lamaran ke 2

Rumah dengan tulisan "Adipati Wiguna" yang nampak menyatu dengan gerbang tinggi itu kini sedang ramai di kunjungi satu rombongan dengan gaya pakaian khas kalangan atas. Mereka tentu sebanding, tidak ada yang salah jika dilihat seksama dan tanpa pengamatan mendalam.

Namun berbanding terbalik dengan suasana di dalam sisi rumah. Sekarang semua orang sedang mematung mendengar penuturan satu anggota keluarga yang saat ini menjadi tokoh utama acara yang sedang di gelar ini.

"Hmm.. Zee, maksud kamu bagaimana?" Tanya Adipati Wiguna bingung dengan tingkah anaknya yang menurutnya itu tidak masuk akal. 

Bayangkan saja sekarang ada rombongan beranggotakan 4 orang yang salah satunya mengaku akan melamar putri tunggalnya ini, dan Zayna, atau biasa di panggil Zee itu, mengatakan bahwa dia bahkan tidak mengenal orang yang melamarnya! Bagaimana bisa?

Zaman sekarang Adipati yakin sekali bukan era berjayanya sistem Siti Nurbaya, yang dijodohkan orang tuanya. Sekarang era semua mandiri termasuk mencari jodoh juga. Umumnya seseorang akan dilamar oleh orang yang memang sudah merencanakan nya bersama dan jelas punya hubungan spesial tapi.. kenapa putrinya malah begini?

"Ahh.. ayah tau, kau pasti sedang bermain permainan yang lagi viral itu kan? Prank- prank, begitu?" 

Adipati benar-benar berharap anaknya ini mengangguk dan mengaku, tapi sayangnya, dia tau bagaiman jika putrinya berbohong dan juga tidak. Zee ini sedang jujur padanya.

Adipati menghembuskan nafasnya panjang. Dia belum pernah melihat ada orang senekad ini, ingin langsung melamar tanpa mengetahui satu sama lain, mengenai calon pendamping hidupnya. Adipati melihat wajah pemuda yang kini sedang tersenyum lebar padanya. 

'Kenapa dia terlihat senang sekali?' batin Adipati bingung.

Jika dilihat dari penampilannya, pemuda yang melamar putri nya ini, terlihat tegas dan juga katanya pengusaha kaya. Tidak ada yang kurang memang untuk sekedar melihat bibit, bebet, bobotnya, tetapi kembali lagi pada Zee sang anak. Dan anaknya itu sudah memutuskan nya tadi.

"Zee tidak mengenal pemuda ini, jadi Zee tegaskan lagi bahwa Zayna Zee Zara tidak menerima pinangan anda. Sekali lagi, saya minta maaf." Tekan Zee sopan dengan nada yang jelas. 

Zee tidak habis pikir dengan orang didepannya ini. Dia sangat yakin baru pertama kali melihat orang sinting ini. 

"Tidak mengapa nona, nona tidak perlu cemas," ucap orang itu dengan senyum.

Ibu Zayna yang awalnya itu senang sekarang malah jadi seperti kecewa. Di usia putrinya yang menginjak angka 26 itu, tentu ibunya sangat mendamba seornag cucu. Tapi dia sekali lagi tidak pernah memaksakan putrinya itu. Kebahagiaan putrinya adalah yang nomor satu.

Setelahnya pria itu pergi dari kediaman Adipati Wiguna. Semua selesai dengan damai. Laki-laki itu juga tidak bersikap marah, justru dia seperti senang dengan penolakan yang Zayna lakukan. 

***

Didalam mobil seseorang sedang di landa kejenuhan. Dia mengetuk-ngetuk stir mobil dengan tempo cepat dan juga kuat, sampai buku-buku jarinya memutih. 

Drttt.. drtt...

Terdengar suara telpon yang mendering membuatnya tersenyum 

"Maaf tuan saya sedikit ter--" 

"Hasilnya?!!" 

Sebelum suara telepon selesai, suara orang tadi sudah memutuskannya terlebih dahulu dengan emosi yang tentu kentara sekali menunjukkan dia sedang marah. 

"S-saya tidak di terima tuan, untungnya seperti itu! Sesuai keinginan tuan!" Suara dari sebrang sepertinya sangat berarti untuk pria di mobil itu. Pria itu kini tersenyum lebar.

"Bagus! Kau akan segera dapat imbalan," katanya lalu langsung menutup sambungan.

***

"Zee.." 

Seseorang wanita tinggi semampai dengan kulit putih dan rambut sebahu hitam lebat, tubuh ideal dengan pakaian tidur berwarna pastel itu, menoleh. Dia sehabis dari ruang cuci.

"Sebentar, ayah ingin bicara," ucap Adipati menyuruh putrinya mengikuti dirinya untuk membicarakan sesuatu. Zayna yang mendengar itu mengikuti saja dari belakang.

Ayahnya itu membawanya ke ruang tamu. Mereka kini duduk berdampingan. Hening sejenak sebelum nafas panjang ayahnya membuka sesi rapat kecil itu. 

"Zee pinangan bukan suatu hal yang bisa dipermainkan." 

Perkataan ayahnya membuat Zayna ikut juga menghembuskan nafasnya. Dia sudah menduga ini. Ayahnya pasti jelas memikirkan hal pinangan yang telah dialami dirinya tadi siang.

Sebagai penganut adat Jawa kental, mereka pasti punya aturan ketat mengenai semua perilaku hidup, termasuk masalah lamaran ini.

"Kamu sudah menerima lamaran untuk kali kedua nak, itu..." Ayahnya tidka sanggup meneruskan. Dia kembali menghembuskan nafasnya seperti orang pasrah.

Zayna sebenarnya dalam hati itu ingin sekali pergi dengan orang tuanya yang tidak bisa diajak kompromi sejak dulu, tentang masalah adat ini.

"Ayah.. tolong dengarkan Zee satu kali saja yah, mitos-mitos itu tidak selamanya benar, dan kita hidup di era sekarang, jadi tolong jangan selalu dikaitkan," ucap Zayna menerangkan isi pikirannya. 

"Zayna juga tidak tau kenapa bisa seperti ini. Zayna benar tidak mengenal 2 pria kemarin ayah!" Suara Zayna jadi ikut meninggi dengan emosinya, mengingat kejadian tadi. 

Dia berani bersumpah bahwa dirinya itu tidak pernah sama sekali bertemu dengan orang itu. Dan dia wajar bukan, dengan menolak lamaran mereka? Mana ada orang yang menerima lamaran dari orang asing? Dalam kamus Zayna itu jelas tidak akan pernah terjadi.

"Jika nenekmu tau maka--" 

"Maka ayah jangan memberitahukannya!" 

Lagi-lagi Zayna berkata dengan nada tinggi. Itu jelas melanggar tatakrama dalam keluarganya. Ayah Zayna menatap sendu putrinya. Dia kini tau bagaimana perasaan putri semata wayangnya itu. 

"Maafkan ayah, tapi tidak diberitahu pun semua kejadian di keluarga ini sudah pasti akan sampai pada nenekmu, dan dia pasti akan bertindak segera entah apa itu. Dan ayah harap.. putri ayah mendapatkan yang terbaik dan akan selalu bahagia." 

Zayna kini menatap ayahnya yang mungkin hampir menangis, sangking perasanya memikirkan nasib putri satu-satunya ini, yang tadi membentaknya.

Zayna menghembuskan nafasnya, dia bukan tipe yang melow dan langsung ikut terbawa suasana. Ya, walaupun dia kini menyesal membentak ayahnya tadi 

"Maaf yah.." kata Zayna sambil menunduk. 

"Lebih baik sekarang alamat rumah ini dirahasiakan terlebih dahulu Zee, jika ada yang meminta, maka samarkan saja. Ayah akan mencari cara agar identitas rumah ini tidak di ketahui orang asing, dan kamu, harus langsung mengatakan jika ada orang yang tidak kamu kenal, sehingga rumah ini tidak akan menerimanya walau sampai gerbang saja."

Zayna mengangguk menyetujui itu.

"Ayah hanya ingin putri ayah bahagia, tanpa melanggar adat juga." 

Ucapan ayahnya itu yang melekat pada ingatan Zayna sebelum keduanya menyudahi obrolan rapat kecil  itu. Zayna menghentikan pikirannya tentang menyalahkan orang-orang dan keinginan nya untuk menyelidiki orang-orang itu. 

Ya, benar dengan ucapan Ayahnya. Seharusnya Zayna bisa lebih memikirkan pencegahan untuk dirinya sendiri, bukan orang lain.

"Memang seharusnya semua privasi ini nggak akan bocor ke siapapun," ucap Zayna lirih. Dia mengucapkan itu dengan tangan mengepal kuat, tertanda dirinya menahan emosinya lagi.

Sungguh kejadian hidupnya hari ini membangun emosi yang besar

Comments (1)
goodnovel comment avatar
minicroissant
menarik sih ceritanya.. mau follow akun sosmed nya dong kalo boleh?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status