ログイン“Di mana wanita itu?” gumam Viviane, sejak siang dia tak mendapati Valeria dimanapun. Sejak awal dia tak menyukai Valeria menjadi menantunya. Jika bukan karena syarat dari suaminya, dia tak akan membiarkan Jason menikah dengan Valeria. Entah hubungan apa yang membuat Gerald menjodohkan putra keduanya dengan putri dari keluarga Aaroon.
Gerald mengatakan, jika anaknya ingin segera menjadi penerus di salah satu perusahaannya, maka syarat pertama harus dipenuhi terlebih dahulu. Syarat pertama menikahkan Jason dengan seorang wanita. Apabila dalam satu tahun hubungan pernikahan berjalan dengan baik dan sang wanita bisa mengandung, maka Jason dinyatakan layak menjadi penerus selanjutnya. Syarat itu tak berlaku pada Jason saja, tetapi juga untuk Teo. Sayangnya, Teo bukanlah lelaki yang gila harta dan tahta, dia merasa jika dirinya tak membutuhkan apapun dari sang Ayah. Teo bahkan sudah mampu mendirikan perusahaan sendiri diam-diam tanpa harus berharap dari sang Ayah. Berbanding terbalik dengan Jason yang masih sangat bergantung dengan sang Ayah. “Flo!” teriak Viviane memanggil pelayan muda itu. Di kediaman Gerald, semua anggota keluarga memiliki pelayan pribadi masing-masing. Florensia adalah salah orang kepercayaan yang ditugaskan untuk mengurus segala keperluan tentang Valeria. Jelas dia mengetahui di mana Valeria saat ini. Florensia yang baru saja menuruni anak tangga segera berjalan ke arah Viviane. “Di mana wanita itu, siapa namanya?” kata Viviane mencoba mengingat nama menantunya. Florensia berdecih dalam hati, merutuki kebodohan wanita yang ada di hadapannya. Dia tak habis pikir, bagaimana tuannya bisa menemukan wanita seperti Viviane. Dibanding kelebihan, Flo rasa Viviane lebih memiliki banyak kekurangan. ‘Masih muda saja sudah pikun, atau memang pura-pura bodoh,' gerutu Flo dalam hati. “Nona Valeria, nyonya,” kata Flo. “Nah itu, whatever lah pokoknya. Di mana dia? Seenak-enaknya dia sekarang, apakah dia kabur?” ujar Viviane geram. “Tidak nyonya, nona Valeria sedang demam,” jelas Flo mencoba menutupi yang sebenarnya. Sementara itu, Teo yang baru pulang bekerja segera berlalu melewati Viviane begitu saja. Tak ada saling sapa seperti keluarga pada umumnya. Apalagi Teo memang tak menganggap Viviane sebagai pengganti ibunya, sampai kapanpun tak akan pernah. “Cih, dasar pemalas. Tadi bagi baik-baik saja. Pasti itu hanya akal-akalannya saja,” gerutu Viviane. Wanita itu mengambil tas branded berwarna pink dari meja. Teo masih bisa mendengar ucapan Viviane, namun memilih mengabaikan wanita itu lagi. Flo lebih memilih diam tak menjawab, mengingat mood nyonyanya yang sedang buruk. Alih-alih mendapat apresiasi dirinya bisa mendapatkan omelan nantinya. “Di mana Jason?” tanya nya sembari mengambil kacamata hitam lalu meniup dan mengelapnya. “Tuan muda pergi dinas di luar kota untuk beberapa hari," jelas Viviane. Sebelum pergi, Flo memang diminta menyiapkan barang-barang pribadi Jason. Jika dilihat dari barang bawaan, Jason kemungkinan akan kembali dalam satu minggu lagi. Flo memang sudah hafal dengan kelakuan tuan mudanya itu. ”Ck, anak itu. Bagaimana bisa wanita itu cepat hamil jika ditinggal terus. Apakah dia sudah bosan hidup,” gumam Viviane. ‘Semoga saja tak hamil dengan anakmu, nyonya!’ sayangnya kata-kata itu tak bisa keluar dari mulut Florensia. “Oke, kau bisa kembali. Oh iya, Flo. Katakan pada Marry aku akan pergi dalam dua hari ini, bisa lebih lama juga, menghadiri acara pernikahan sahabatku, jadi kau urus rumah ini dengan baik. Katakan pada Marry dan yang lain. Jika ada yang mencurigakan segera hubungi aku!" jelas Viviane yang lebih terdengar seperti perintah. “Baik, Nyonya.” Florensia mengantar sang nyonya sampai ke halaman. Lalu dia kembali ke kamar Valeria. Dia merasa sangat kasihan kepada nona mudanya yang mendapatkan perlakuan kurang pantas dari Jason. Flo sama sekali tak menyangka jika tuan muda yang dia kenal sangat baik dan ramah kepada semua pegawai di rumah ternyata memiliki kepribadian buruk. Bahkan melampiaskan semuanya kepada istri yang baru dia nikahi. Florensia mengetuk pintu kamar Valeria, namun dia tak mendapat jawaban dari dalam. Dia membuka handle pintu dengan paksa, sayangnya usahanya tampak sia-sia. Valeri mengunci pintu dari dalam. “Nona, apakah nona baik-baik saja?” tanya Flo sedikit berteriak. “Ada apa Flo?” suara bariton Teo membuat Flo sedikit terjengit. Tubuhnya mendadak kaku, namun dia tetap berusaha membalik badan menghadap ke arah Teo. “Eh ... Nona tidak membuka pintu kamarnya, Tuan,” jawab Flo ragu. “Apakah terjadi sesuatu selama aku tidak di rumah?” tanya Teo menyelidik. Alis pria itu terangkat sebelah mencari jawaban dari balik wajah Florensia. Flo hanya bisa menunduk, dia tak berani mengatakan yang sebenarnya. “Katakan, Flo. Apakah bajingan itu menyakiti Valeri?” cecar Teo. Florensia meremas kedua tangannya sembari mengangguk takut, dia semakin menunduk tak berani menatap wajah Teo yang terlihat menakutkan saat ini. Jika Jason terlihat tenang dan cenderung ramah, maka berbanding terbalik dengan Teo. Di rumah ini tak ada yang berani menentang dan membantah Teo, dia memang dikenal sadis dan dingin kepada semua orang. Flo tidak mengerti kenapa tiba-tiba seorang Teo malah perduli dan seakan tertarik dengan seorang Valeria. Padahal begitu banyak wanita yang menginkan hati Teo harus menelan kekecewaan karena kerasnya hati Teo. Jika Jason dikenal banyak memiliki kekasih, namun berbanding terbalik dengan Teo. Dia bahkan tak pernah dirumorkan dekat dengan siapapun. Itulah yang membuat Flo menaruh rasa curiga saat ini. “Shiiit!” Teo mengepalkan tangannya. Rasa kesal mulai memenuhi dadanya. “Katakan, Flo!” bentak Teo membuat Flo sedikit bergetar. “Maafkan saya tuan, saya tidak bisa berbuat apa-apa saat kejadian itu terjadi. Sa-saya melihat tuan menyakiti nona. “Ada apa, apa yang dilakukan bajingan itu Flo?” cecar Teo, mimik wajahnya berubah menjadi panik bercampur khawatir. “Valeri! Valeria! Buka pintunya!” teriak Teo sembari menggedor pintu kamar adik iparnya. “Brengsek! Cepat panggil tukang kunci!” bentak Teo. “Ba-baik tu-an.” Dor dor dor! Teo baru menyadari jika kamar sang adik juga kedap suara jika sudah dikunci dari dalam. Usahanya hanya akan sia-sia. Jelas Valeria tak akan mendengar siapapun dari dalam sana. Entah apa yang dilakukan oleh Valeria, hal itu berhasil membuat Teo panik. Dia segera mengambil ponselnya, menghubungi seseorang. Florensia merasa bersalah telah meninggalkan Valeria sendirian dalam keadaan seperti ini. Seharusnya dia tetap menemani Valeria, dia kembali teringat bagaimana ketakutan di wajah Valeria setelah Jason menyakiti wanita itu. Florensia hanya bisa berdoa, berharap agar Valeria tetap baik-baik saja. Meskipun Valeria orang baru di rumah ini, dia bisa merasakan jika wanita itu benar-benar baik dan tulus. “Vale, buka Val! Awas saja kalo sampai terjadi sesuatu padanya, tak akan kubiarkan kau hidup dengan tenang!” ujar Teo geram. Teo masih berusaha menggedor pintu berharap agar Valeria mendengar. “Vale ... Buka!” teriak Teo semakin tak terdengar, dia semakin frustasi. Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya datang membawa perkakas peralatan. “Permisi tuan,” ucapnya ragu. Teo yang menyandarkan kepalanya ke pintu melirik ke arah pria paruh baya itu. “Tolong buka pintunya sekarang!” Kata Teo seperti mendapat angin segar. Tak butuh waktu lama, tukang kunci itu berhasil membuka pintu kamar Valeria. Brak! Teo segera mengedarkan pandangan mencari sosok yang dia cari. Dia tak mendapati Valeria di atas tempat tidur. Suara gemericik air segera menyadarkan Teo. Pria itu segera berlari menuju kamar mandi. “Valeri!”“Di mana wanita itu?” gumam Viviane, sejak siang dia tak mendapati Valeria dimanapun. Sejak awal dia tak menyukai Valeria menjadi menantunya. Jika bukan karena syarat dari suaminya, dia tak akan membiarkan Jason menikah dengan Valeria. Entah hubungan apa yang membuat Gerald menjodohkan putra keduanya dengan putri dari keluarga Aaroon. Gerald mengatakan, jika anaknya ingin segera menjadi penerus di salah satu perusahaannya, maka syarat pertama harus dipenuhi terlebih dahulu. Syarat pertama menikahkan Jason dengan seorang wanita. Apabila dalam satu tahun hubungan pernikahan berjalan dengan baik dan sang wanita bisa mengandung, maka Jason dinyatakan layak menjadi penerus selanjutnya. Syarat itu tak berlaku pada Jason saja, tetapi juga untuk Teo. Sayangnya, Teo bukanlah lelaki yang gila harta dan tahta, dia merasa jika dirinya tak membutuhkan apapun dari sang Ayah. Teo bahkan sudah mampu mendirikan perusahaan sendiri diam-diam tanpa harus berharap dari sang Ayah. Berbanding terbalik de
‘Sial, kenapa makanan ini terasa bagai duri ketika kutelan,’ gumam Valeria dalam hati. Padahal dia sudah mengunyah berkali-kali, namun rasanya tetap sulit untuk di telan.Jika menikah dengan Jason ternyata begitu menyiksa batinnya, mungkin dia akan berusaha menolak lebih keras lagi saat dipaksa menggantikan sang adik. Sialnya ancaman ibu tirinya membuatnya tak mampu melakukan apapun lagi. Valeria berusaha tetap tenang dan melanjutkan sarapan dengan anggun. Dia harus terlihat tetap tenang dan berani, itulah yang dikatakan oleh Florensia sebelumnya. “Jangan memotong ucapan Nyonya, Nyonya tak suka jika ada yang terlambat di meja makan. Jadi tolong jaga sikap jika berhadapan dengan Nyonya. Dia adalah orang yang perfecsionis di rumah ini. Selebihnya anda nilai sendiri saja,” jelas Florensia. Mengingat ucapan Flo membuat Valeria lebih berhati-hati. Valeria mengerjapkan mata berusaha tetap sadar. Dia tak sadar jika pria di sampingnya sejak tadi mengamati setiap gerak geriknya. “Aku tidak
Valeria beranjak dari tempat tidur, sembari memegangi dadanya, ia sadar seseorang meninggalkan jejak kemerahan di sana. Dia merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya setelah mendapatkan perlakuan yang menjijikkan dari Teo. Pria yang hampir menodainya, dan menghinanya secara menjijikkan. Pantaskah seorang ipar memperlakukan dirinya seperti itu. Dadanya terasa sesak mengingat kejadian sebelumnya.“Bagaimana ini, bagaimana jika Jason mengetahui perbuatannya? Aku pasti akan dianggap perempuan paling buruk di muka bumi ini. Begitulah yang terjadi, korban selalu yang akan menempati tempat yang salah.” Valeria membetulkan pakaiannya lalu berjalan tanpa alas kaki menuju pintu. Padahal dia berharap jika kejadian ini adalah sebuah mimpi buruk. Namun kenyataan mengatakan berbeda. Dia benar-benar berada di kamar Teo, yang membuatnya merutuki kebodohannya kali ini.Dia membuka pintu perlahan mengintip di luar, takut jika ada seorang yang memergokinya keluar dari kamar Teo. Setelah memastikan aman,
Valeria tak tau harus berbuat apa saat ini, tubuhnya sudah terkurung di bawah kungkungan Teo. Namun pria itu tak bergeming menatap wajah Valeria di bawah sinar cahaya lampu temaram yang ada di kamarnya. Entah mengapa Teo melihat wajah Valeria begitu cantik dan menawan, bahkan pria itu tak kuasa mengagumi keindahan wajah Valeria saat ini. Entah apa yang ada di dalam Pikiran Jason, sehingga pria bodoh itu malah meninggalkan pengantin cantik nan sexy di malam pertamanya sendirian. Catat ya, sendirian!“Ini nggak benar, lepasin aku! Jangan macam-macam sama aku ya!” jerit Valeria, sembari menggeliat berusaha melepaskan dirinya. Bahkan saat ini tubuh Teo sama sekali tak berjarak darinya. Valeria merasa jika dirinya juga salah, telah memasuki kamar kakak iparnya itu tanpa sengaja. Namun siapa sangka jika Teo akan mengurungnya seperti sekarang ini. Tentu semua itu tak akan pernah terpikir di dalam benak Valeria.Oh sial, dirinya bahkan tak tau jika pemilik kamar itu adalah Teo. Sebelum menik
“Bukankah kamu seharusnya menghabiskan malam panas di atas ranjang bersama wanita itu?” Tanya Ilona yang kini hanya menutupi dirinya dengan selimut setengah tubuhnya, sembari memainkan jemarinya berjalan di atas dada bidang Jason. Ada rasa sesak ketika Ilona menanyakan hal itu. Cemburu? Tentu saja wanita itu merasakan hal itu, namun statusnya yang tak begitu jelas membuatnya merasa kurang pantas jika dirinya memperlihatkan dengan jelas sikap itu. Namun, bohong jika dirinya mengelak dan mengatakan tidak. “Bukan malah bermain denganku di sini, ini pasti sangat membuatnya kecewa, Babe.” Gadis itu semakin liar memainkan jemarinya menari-nari di atas perut bahkan sesekali memegang kejantanan pria yang sudah beristri itu, yang kini hanya tertutup selembar kain selimut putih polos, untuk membangkitkan gairahnya. Bukan Ilona jika dirinya tak mampu menggoda Jason. Padahal mereka baru saja usai menyelesaikan satu ronde permainan panas mereka. Belum ada tiga jam setelah acara pesta pernikahan







