Share

Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar
Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar
Penulis: ZaynKa

Bab 1 l Kena Santet!

"Argkh!"

Lengkingan sebuah suara yang ketakutan memekakkan telinga siapa pun yang mendengarnya. Pun Ayla yang tengah tertidur pulas, seketika ia terjaga. Lantas terduduk dalam keadaan ingatan yang belum terkumpul. Dikerjapkannya kedua manik mata legamnya, lantas ia melirik jam di dinding. Pukul satu malam.

Kembali ia tajamkan Indra pendengarnya, memastikan apa yang baru saja membangunkannya. Mungkin hanya sekedar mimpi. Pikirnya. Namun ternyata suara itu kembali terdengar. Perempuan berparas ayu itu pun sontak beringsut ke sudut ranjang.

"Argkh! Setan! Pergi! Pergi!" teriak suara itu lagi.

"Ibu?" gumam Ayla ragu.

"Benar. Itu suara mertuaku," tambahnya dengan ekspresi wajah panik.

Sementara itu, dari tempat suara, terlihat wanita paruh baya tengah menyeret tubuhnya sendiri ke sudut ranjang sembari meraung-raung mencakar-cakar udara. Tatapannya kosong namun dipenuhi kengerian. Di sampingnya seorang gadis tengah gemetar ketakutan sambil mencoba meraih lengan wanita yang tak lain ibunya itu.

"Bu? sadarlah bu! ini aku, Nengsih!" lirihnya dengan suara gemetar.

Namun wanita bernama Riya itu seolah tak mendengar putrinya memanggil-manggil. Riya terus menjerit-jerit histeris hingga terdengar keseluruh ruangan. Bahkan membuat Ayla yang masih terduduk di kamarnya ikut merinding mendengarnya. Padahal jarak kamar mereka cukup jauh, terhalang tiga ruangan.

Suara Riya yang begitu melengking, terdengar mengerikan seperti ketakutan sekaligus kesakitan. Ayla yang khawatir mendengarnya pun segera bangkit. Diraihnya gawai terlebih dahulu lalu mengirim pesan singkat pada sang suami yang sedang bekerja di luar kota. Jemari lentiknya dengan gesit menggeser layar ponsel hingga berhenti di sebuah kontak w******p bernama Mas Arta, dengan emoji cinta di ujungnya.

[Mas Ibu kumat lagi. Sebaiknya besok pulang dulu. Aku takut dan khawatir]

Tak menunggu balasan sang suami, gawai kembali ditaruhnya di atas nakas, gegas ia menuju kamar sang mertua. Setibanya di kamar Riya, ia melihat Nengsih, sang adik ipar, tengah gemetaran ketakutan di sudut ranjang. Nengsih yang menyadari kehadiran Ayla, segera meloncat dari ranjang lalu menghampiri Ayla.

"Kak! Ini Ibu kesurupan lagi Kak! Cepat panggil Bah Sana kak!" seru Nengsih.

Nengsih terlihat lega saat melihat Ayla berdiri di bingkai pintu. Ia pun meminta Ayla untuk memanggil Bah Sana, salah satu orang pintar terpercaya di daerahnya itu. Namun Ayla malah tak bergeming sama sekali. Ditatapinya wajah mertuanya itu sebelum akhirnya mendekat dengan hati-hati.

Kulit wajah Riya yang mengkilap, kian memerah dibanjiri peluh yang terus mengalir dari pelipis dan dahinya. Dengan mata melotot ia menengadah menatap langit-langit kamar sambil meracau-racau. Sesekali tubuhnya mengejang seperti tengah terkejut oleh sesuatu. Sambil terus meracau, ia mengibas-ngibaskan tangannya seperti tengah mengusir kucing.

Hap!

Ayla menjatuhkan bokongnya di atas ranjang, tepat di hadapan Riya yang masih terus mencakar-cakar udara dengan netra mengerling seolah diluar kendalinya. Dengan kening mengkerut, Ayla seolah memastikan apa sebenarnya yang terjadi dengan sang ibu mertua. Sedangkan Nengsih, dengan ekspresi jengkel menunggu apa yang hendak Ayla lakukan.

"Apa Ibu mengenalku?" tanya Ayla.

Memiringkan wajahnya, Ayla mencoba mengambil perhatian Riya sambil hendak meraih pergelangan tangannya yang terlipat di dada. Jelas wanita paruh baya itu bahkan mungkin tak mendengar suara sang menantu.

"Tidak! Pergi! Pergi!" jeritnya saat hendak dihampiri Ayla.

"Kak! Panggil Bah Sana dong! Ngapain sih? Gak liat Ibu lagi kesurupan? Gak liat situasi banget! Malah nanya yang aneh-aneh!" hardik Nengsih sambil menatap Ayla dengan jengkel.

Rasa penasaran Nengsih sirna saat mendapati Ayla tak melakukan apapun dan malah menanyakan hal sepele pada sang Ibu. Terdengar nada kesal saat ia memprotes Ayla. Mendengar protes dari Nengsih, Ayla pun bangkit lalu beralih mendekat ke arahnya. Dengan wajah datar, dan tatapan menusuk, Ayla menekuk wajahnya tanda tak suka.

"Kenapa nggak kamu panggil aja sendiri?" ketus Ayla tak kalah jengkel.

Nengsih terbelalak keget melihat sikap sang kakak ipar yang tiba-tiba berbeda dari biasanya. Wajahnya memias seketika. Mulutnya yang terbuka, ia tutup dengan kedua tangannya. Dengan terheran-heran, ia menyadari bahwa kali ini, suasana hati Ayla sedang tak bagus.

'Dia yang sejak tadi ada di dekat ibunya, kenapa menyuruhku yang baru saja datang untuk memanggil dukun malam-malam begini? Tengah malam malahan, jangankan dia, aku sendiri pun takut,' batin Ayla. Bibirnya mengatup rapat, sesaat ia terlihat seperti ingin memaki Nengsih. Namun pada akhirnya, urung ia lakukan.

"Lagian yang Ibu butuh itu bukan Bah Sana. Tapi pergi ke Rumah sakit!" ujar Ayla dengan sedikit penekanan.

"Rumah sakit apanya? Ibu itu kesurupan Kak! Kena santet! Dibawa ke rumah sakit yang ada malah dimasukin Rumah sakit jiwa!" dengusnya sembari bangkit lalu meraih jaket.

Nengsih pun hendak pergi. Dari pada mengandalkan Ayla yang lamban, pikirnga. Namun belum selangkah Nengsih beranjak, Riya menggeliat lalu terjatuh ke lantai sembari memegangi perutnya. Hingga tak lama kemudian ia memuntahkan cairan merah kental di lantai putih, terlihat jelas kekontrasannya. Seketika Ayla ikut memegangi perut lalu mulut, menahan gejolak yang mengaduk perutnya lantaran mual melihatnya.

"Ibu!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status