Share

Terjebak Pernikahan Berduri
Terjebak Pernikahan Berduri
Penulis: Zeya

Bab 1

Penulis: Zeya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-05 06:57:47

"Raisha!"

Suara menggelegar itu membuat gadis berambut panjang yang di kuncir ekor kuda menoleh. Bibirnya melengkung, memperlihatkan deretan gigi putih ke arah cowok yang sedang berlari menghampirinya.

"Hai, Fal." Raisha menyapa dengan ramah.

"Mau pulang bareng nggak?" Fallo bertanya sambil menarik napas panjang.

Raisha mengangguk cepat. "Mau."

"Ayo, ke parkiran. Motorku di sana," ajak Fallo sambil meraih pergelangan tangan gadis itu.

Mereka berjalan menyusuri lorong sekolah menuju parkiran. Saat mereka tiba, ponsel Raisha bergetar di saku roknya.

"Bentar dulu, ponsel aku bunyi." Raisha menghentikan langkah, mengeluarkan ponselnya, dan melihat nama ayahnya tertera di layar.

Gadis itu melepas pegangan tangan Fallo, lalu bergeser menjauh sebelum mengangkat panggilan itu.

"Halo, Pa."

"Kamu di mana, Sayang? Papa sudah di depan gerbang sekolah."

Raisha tampak terkejut. Dia tidak pernah meminta ayahnya menjemput hari ini.

"Aku ke sana sekarang, Pa," jawabnya cepat, lalu mematikan panggilan secara sepihak.

Dia berlari ke arah Fallo yang masih menunggu. Setibanya di depan cowok itu, Raisha menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa tak enak menolak ajakan cowok itu padahal tadi dia sudah setuju untuk pulang bersama.

"Fal, maaf." Raisha tersenyum kikuk. "Aku tidak jadi pulang bareng kamu, Papa sudah menjemputku di depan gerbang."

Paham maksud gadis itu, Fallo akhirnya mengangguk. "Tidak apa-apa. Kita bisa pulang bareng lain kali. Sana cepetan, kasihan Papa kamu nunggu lama."

"Makasih, Fal. Besok aku traktir, deh," ujar Raisha senang.

Tangan kanan Fallo terangkat, dan mengusap pucuk kepala Raisha lembut. "Oke, aku tunggu."

Raisha tersenyum sebelum berbalik dan berlari menuju gerbang. Namun, saat melewati lapangan outdoor, tiba-tiba sebuah vas bunga di lantai dua bergeser akibat dorongan beberapa siswa yang berlarian.

Tepat ketika Raisha melintas di bawahnya, pot dari tanah liat itu jatuh dari ketinggian dan menghantam kepalanya dengan keras.

Brak!

Suara pecahan vas menggema di seluruh lapangan, menarik perhatian siswa yang masih berada di sekitar sana.

Tubuh Raisha langsung ambruk tanpa sempat mengeluarkan suara. Darah mengalir dari kepalanya, membentuk genangan merah di sela-sela ubin lapangan.

Beberapa siswa menjerit panik, sementara yang lain terdiam, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Seorang guru yang kebetulan melintas segera berlari menghampiri. Saat dia memeriksa denyut nadi gadis itu, ekspresinya berubah tegang.

Tak ada tanda kehidupan lagi dari Raisha.

Fallo yang masih berdiri di tempatnya tiba-tiba merasakan firasat buruk. Dia bergegas menuju lapangan dan, begitu melihat Raisha tergeletak tak bergerak, jantungnya seolah berhenti berdetak.

"Raisha?" suaranya bergetar saat dia berlutut di samping tubuh gadis itu.

Matanya terpaku pada wajah Raisha yang kini pucat pasi, dengan mata setengah terbuka seolah masih menyimpan sisa kejut dari insiden tadi.

Salah satu siswa berusaha menelepon ambulans, sementara guru yang tadi memeriksa tubuh Raisha menggeleng pelan. "Dia sudah ti..."

"Tidak!" Dion langsung meraih bahu Raisha, mengguncangnya pelan. "Ra, bangun! Ini tidak lucu!"

Namun, tubuh gadis itu tetap dingin. Tak ada respons, tak ada tarikan napas. Fallo merasakan dadanya sesak, seolah seseorang baru saja merampas sebagian jiwanya.

Kerumunan semakin ramai, beberapa siswa menitikkan air mata. Tak ada yang menyangka hari itu akan berakhir dengan tragedi mengerikan. Fallo menggigit bibirnya, menahan isakan yang mengancam pecah.

Baru beberapa menit yang lalu, mereka masih berbicara. Dia bahkan belum sempat mengungkapkan perasaannya. Tapi sekarang... dia kehilangan sosok gadis imut yang diam-diam telah lama dia kagumi.

"Kenapa kamu ninggalin aku, Ra?" Tanya Fallo serak. "Kita ... Kita bahkan belum menghabiskan banyak waktu bersama."

Beberapa saat kemudian, ayah Raisha datang. Wajahnya yang tegas seketika berubah pucat, genangan darah yang mengelilingi kepala Raisha menyentuh sepatu kulit milik ayahnya yang baru saja tiba di samping gadis itu.

"Sayang," suara pria itu terdengar berat. "Bangun, jangan bikin takut dong."

Para guru yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa menahan tangis, beberapa menit kemudian ambulance datang dan langsung membawa tubuh Raisha yang sudah tak bernyawa menuju rumah sakit.

Hari itu, sekolah yang biasanya ramai berubah menjadi hening. Mereka turut berdua atas meninggalnya sosok lugu yang selama ini di kenal baik hati oleh teman-temannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Pernikahan Berduri   Bab 67

    Satu minggu berlalu sejak Raisha dan Lander mendarat di Amerika. Dalam rentang waktu itu, keadaan Stevano justru semakin memburuk. Tidak ada seorang pun yang benar-benar memahami apa yang sedang terjadi dengannya. Bahkan Bianca yang selalu menuntut perhatian penuh mulai kehabisan kesabaran karena lelaki itu tampak seperti kehilangan arah.Pagi itu, suasana kediaman Bianca terasa sunyi, namun bukan sunyi yang menenangkan. Ada sesuatu yang menggantung di udara, seperti ketegangan yang tidak terlihat namun cukup kuat untuk membuat siapa pun enggan bersuara keras. Stevano duduk di ruang tamu, memandangi gelas kopinya yang sudah dingin sejak setengah jam lalu. Tatapannya kosong, seolah pikirannya melayang jauh dari tempat itu. Napasnya naik turun pelan, namun tidak pernah stabil.Bianca melangkah masuk dengan sepatu berhak tinggi yang berderap keras di lantai marmer. Gadis itu berdandan rapi, rambut pirangnya disanggul anggun dan bibirnya dilapisi lipstik merah muda yang biasanya mendapat

  • Terjebak Pernikahan Berduri   Bab 66

    Udara dingin langsung menyergap wajah Raisha begitu pintu pesawat terbuka. Embusan angin asing itu membuatnya merapatkan jaket yang ia kenakan jaket milik Lander, karena ia tidak punya cukup waktu membawa miliknya sendiri.Sedetik setelah kaki mungilnya menginjak lantai bandara, Raisha menutup mata sejenak, menarik napas panjang. Udara Amerika terasa berbeda. Lebih dingin, lebih tajam… dan entah mengapa, terasa lebih bebas."Welcome to New York," gumam Lander rendah sambil berjalan sedikit di depan.Raisha mengikuti dari belakang. Sejak tadi ia terus menatap sekeliling, lampu-lampu bandara, papan petunjuk digital, wajah-wajah asing yang bergerak cepat. Semuanya terasa seperti mimpi panjang yang belum sepenuhnya ia pahami.Ia melarikan diri.Menghilang.Meninggalkan Stevano.Hatinya kembali berdegup cepat.Raisha tidak menyesal telah pergi… tapi ketakutannya tidak berkurang sedikit pun.Lander menoleh. "Kamu baik-baik saja?"Raisha mengangguk pelan. "Iya, Paman. Hanya… belum terbiasa."

  • Terjebak Pernikahan Berduri   Bab 65

    Jam sudah menunjukan pukul dua belas malam ketika Stevano baru saja tiba di apartemennya, pemuda itu mendorong pintu lalu masuk ke dalam apartemen. Saat ia menutup pintu, suasana di apartemen itu sangat sepi. Bi Jumi sudah izin tadi pagi untuk pulang lebih awal karena tidak enak badan, ketika Stevano bertanya di mana Raisha, Bi Jumi menjawab bahwa Raisha sejak tadi pagi belum keluar kamar. Berpikir jika istrinya itu sakit, Stevano hanya menyetujui permintaan Bi Jumi dan melanjutkan perjalanannya menemani Bianca. Ia sama sekali tidak memikirkan istrinya sama sekali, meski seharian tak ada kabar darinya. "Sepi sekali," gumam Stevano. Ia menyalakan lampu apartemen itu, lalu melepas jaket yang sejak tadi ia kenakan. Stevano berjalan menuju dapur dan melirik meja makan yang sudah berisi makanan dingin. "Apa Raisha belum makan?" Stevano membuka tudung saji, dan makanan di sana masih utuh bahkan tidak tersentuh sedikit pun. "Ck, apa dia nungguin aku?" Stevano menutup kembali tudung sa

  • Terjebak Pernikahan Berduri   Bab 64

    Stevano menghela napas berat. "Bia, aku mulai lelah. Bisakah kita keluar dari tempat ini?" Bianca menoleh, ia terlihat tidak setuju dengan saran Stevano. Masih banyak barang yang belum ia beli di toko tersebut, Bianca melipat kedua tangannya di depan dada. "Tidak boleh! kita baru sebentar di sini, masa mau pulang?" Bianca berdecak sebal. "Kamu kenapa sih? biasanya juga tidak pernah protes." "Kita sudah dua jam di sini, dan kamu cuma belanja ini itu. Padahal barang-barang kamu yang bagus masih banyak di rumah," kata Stevano. Bianca mendengus jengkel, ia tak mau mengakui ucapan Stevano karena baginya semua barang dengan keluaran terbaru harus di beli, ia tak mau ketinggalan tren yang sedang muncul. "Memang kenapa? Aku hanya mau yang terbaik untuk diriku. Kamu tidak suka jika pacarmu membeli banyak barang mewah?" jawab Bianca sinis sambil mengangkat dagu. Stevano memejamkan mata sejenak, mencoba menahan emosi yang sudah naik ke ubun-ubun. Ia benar-benar lelah. Kedua tangannya

  • Terjebak Pernikahan Berduri   Bab 63

    Raisha menarik kopernya keluar kamar, suasana di apartemen itu sangat sepi karena Bi Jumi sedang ke pasar dan itu merupakan kesempatan besar baginya keluar tanpa ketahuan. Awalnya Raisha tak berniat pergi diam-diam, namun setelah pertimbangan yang cukup lama akhirnya ia mengambil keputusan ini. "Aku harus cepat," kata Raisha. Ia buru-buru melanjutkan langkahnya menuju pintu apartemen, sebelum ia menutup pintu itu untuk selamanya Raisha kembali menoleh ke belakang dan menatap ruangan yang sudah ia jadikan saksi hubungannya dengan Stevano. Raisha tersenyum pilu. "Selamat tinggal, Kak," Katanya parau. Pintu tertutup rapat dan Raisha berlari menuju lift yang akan membawanya menuju lantai dasar, selama berada di lift Raisha mencoba mengatur pernapasannya yang mendadak sesak. Perpisahan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya justru terjadi hanya dalam hitungan hari, ia tak sanggup jika terus menerus melihat Stevano dan Bianca bersama sedangkan dirinya masih berstatus sebagai istri

  • Terjebak Pernikahan Berduri   Bab 62

    Hari minggu akhirnya tiba, setelah menghabiskan waktu bersama Stevano dalam kebisuan di kamar hotel mewah akhirnya Raisha kembali pada rutinitasnya di apartemen.Saat ini Raisha sedang membereskan buku pelajarannya, ia memasukan buku-buku itu ke dalam lemari. Seperti biasa Stevano sudah pergi dari apartemen itu, jangan tanya ke mana ia pergi karena tujuan satu-satunya adalah Bianca."Sebentar lagi buku-buku bakal berdebu," gumamnya sendu.Tangannya meraih pigura foto pernikahannya dengan Stevano, Raisha mengusap foto itu perlahan lalu tersenyum tipis. "Sebentar lagi kamu bebas, Kak." Raisha menyeka sudut matanya yang berair, setelah seminggu memikirkannya Raisha akhirnya memilih keputusan terberat dalam hidupnya. Keputusan yang akan mengubah seluruh perjalanan hidup dan pernikahannya, ia meletakan kembali pigura itu dan melangkah menuju lemari pakaian. Raisha mengeluarkan koper berwarna hitam yang berukuran sedang, ia meraih pakaian miliknya lalu memasukan ke dalam koper. Pakaiann

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status