Share

03. SALAH SASARAN

Sepertinya sudah cukup basa-basi dan memulai pendekatan. Layla tidak mau mengulur banyak waktu terbuang, begitu juga dengan Bara sepertinya. Dari sikap, cara Bara bicara dan gerak-geriknya sepertinya sudah memenuhi persyaratan. Toh, ini semua hanya pura-pura. Tidak usah berlama-lama ke inti permasalahan.

“Oke, Bara, kamu bener juga. Gimana kalau kita langsung ke kesimpulan aja?”

Layla yang tidak suka banyak basa-basi dan tidak sabaran. Dia selalu langsung ke poin inti permasalahan, supaya lebih cepat ke tujuan utama.

Bara mengangguk. “Oke.” Tangan cowok itu bersidakep di atas meja, seluruh atensinya terpusat pada Layla. Ditatapnya netra coklat yang dilapisi soflens hitam itu dengan sorot mata teduh.

Perhatian Layla berkelana, melirik tangan Bara. Oh so sexy! Oke, tunggu-tunggu! Mungkin ini terkesan ‘Gila’ untuk seorang perempuan mengagumi tangan laki-laki. Masalahnya di sini, Layla sangat menyukai tangan cowok dengan urat yang menonjol kebiruan. Layla menyebutnya dengan tangan seksi. Bara juga punya rahang yang tegas dan ... ya, terlihat tajam. Juga punya alis yang tebal dan sorot mata tajam sekaligus dalam.

Oke, bisa disimpulkan, bukan? Pengalaman Layla menjabat sebagai seorang HRD pasti cenderung menilai seseorang dari fisik. Itu hal yang mutlak!

Layla berusaha mengembalikan konsentrasinya. “Iya ... mungkin Yunda udah bilang sama kamu soal aku?”

“Soal kamu?” Bara mengernyit, tampak bingung. “Nggak, Yunda nggak bilang apa-apa. Dia cuma bilang ada temennya yang mau diajak kenalan.”

Layla tersenyum kecut. Dia kesal juga pada Yunda kenapa tidak langsung bilang saja tujuan utama mereka dipertemukan. Kalau seperti ini, Layla harus menjelaskan kembali pada Bara soal keinginannya untuk menjadi suami pura-pura.

“Oke, jadi gini, Bara ...,” Layla menjelaskan mengapa dia mau dikenalkan dengan Bara karena kepepet soal dia terlanjur bilang ke Mamanya kalau Layla punya pacar. Lalu Layla juga bilang masalah rencana dijodohkan kalau Layla tidak berhasil membawa laki-laki ke hadapan sang Mama. Layla juga bercerita alasan dia tidak mau menikah karena trauma dan tidak percaya lagi kepada laki-laki dan selamanya akan berpegang teguh pada prinsip itu.

Awalnya Bara mengernyit heran dan tersirat ketidakpercayaan dari raut wajahnya. Lalu dia terlihat terkejut saat Layla menjelaskan soal tidak mau menikah, tapi lama-kelamaan cowok itu mengangguk paham.

“Terus Yunda bilang, kamu juga pengen buktiin ke mantan pacar kamu, kan, kalau kamu bisa bahagia tanpa dia? Dan kamu juga minta ke Yunda buat dikenalin sama cewek, kan? Dan kebetulan nasib kisah percintaan kita sama.” Layla mengucapkan itu diikuti seringai senyuman di bibir berlapis lipstik merah merona yang terlihat seksi.

“Apa keuntungan buat saya kalau saya setuju sama ajakan kamu?” tanya Bara.

Layla dibuat kebingungan dengan tembakan pertanyaan Bara. Masalahnya ini di luar dugaan dia. Layla pikir, cowok seperti Bara akan langsung setuju-setuju saja, apalagi saat melihat pesona kecantikan Layla jauh di atas rata-rata. Mempunyai postur wajah nyaris menyerupai aktris Korea dan postur tubuh proporsional yang diimpi-impikan kebanyakan wanita. Nyatanya, dugaan Layla salah besar!

Bara tak segampang itu untuk termakan fisik seorang Layla Nadhira, incaran para pria.

“Oke, gini deh ... jujur aja, aku nggak ada persiapan apa pun soal pertanyaan kamu itu. Aku kira kamu bakalan setuju-setuju aja, karena kamu juga lagi di ujung tanduk—” Layla berdecak, matanya terpejam sekejap. Dia segera meralat. “Sorry ... maksudnya kamu juga lagi dibakar api cemburu karena ditinggal nikah.”

Bara terkekeh kecil, menjentikkan jarinya. “Betul!”

“Nah, setahun aja gimana? Perjanjian menikah kita cuma setahun. Setelah itu kita kembali ke kehidupan masing-masing. Saya terbebas dari perjodohan, dan kamu juga berhasil membuat mantan kamu percaya kalau kamu bisa lupain dia. Gimana?”

Perhatian Bara tertuju pada Layla. Melihat cara gadis itu bicara, terlihat sekali keras kepala. Dari caranya tidak mau dipotong saat mengobrol.

“Kamu selalu to-the-point gini, ya?” Bara menarik salah satu ujung bibirnya. Pandangannya tidak lepas menatap Layla.

“Lebih tepatnya nggak suka basa-basi dan nggak suka mengulur banyak waktu. Karena saya penganut time is precious. Jadi, bukan time is money lagi.”

Bara terkekeh dan mengangguk-angguk paham. “Oke. Ada perjanjian khusus untuk ini?”

“Ada.”

“Apa?”

“Drama. Banyakin drama di depan keluarga, apalagi keluarga saya.”

“Maksudnya?” Bara mengernyit heran.

“Jadi begini, di depan keluarga, kita harus mesra dan terlihat seperti pasangan suami istri pada umumnya. Nggak ada canggung atau  ... ya, terpaksa karena pura-pura. Pokoknya harus bener-bener harmonis.”

“Di depan keluarga doang?”

“Iyalah. Kalau udah berdua, kembali ke urusan masing-masing dan nggak boleh ada yang menyentuh apalagi minta ... minta kewajiban yang biasanya suami-istri lakuin. Itu no, ya! Konteks kita Cuma pura-pura, oke?”

“Terus, keuntungan buat saya apa?”

Layla menghela napas. “Oke, lebih jelasnya nanti deh saya bikin surat perjanjian buat nikah bohongan kita. Kamu bakalan dapat keuntungan juga. Gimana?”

Bara mencebikkan bibir, dia mengangguk-angguk. “Oke.”

***

“SUMPAH! LO GILA, LAYLA!” Yunda terkejut bukan main saat mendengar pertemuan pertama, Layla justru sudah mengajak Bara menikah. Jelas kalau itu membuat Yunda tidak percaya kalau Layla bisa sebrutal itu. “Udah kayak ngajak nongkrong bareng aja lo. Eh, La, awal-awal itu seharusnya pendekatan dulu. Bukan malah langsung ngajak nikah. Sinting lo! Kayak kucing aja, malah lebih dari kucing, nggak tahu apaan.”

Sekarang Yunda sudah berada di ruangan Layla, duduk di hadapan meja sahabatnya itu yang sedang sibuk. Karena Yunda penasaran juga dengan pertemuan pertama Layla dan Bara. Tapi justru yang ada malah dapat kabar mengejutkan.

Layla menghela napas. Atensinya terpusat pada layar monitor, jari-jemari lentiknya menari di atas keyboard. Bahkan Layla tidak punya waktu untuk beradu debat dengan Yunda dan justru dia tidak mengindahkan Yunda yang sedari tadi mencerocos.

“Eh, kucing aja kalau mau kawin itu pendekatan dulu, lha ini? Baru awal ketemu malah langsung ngajak kawin. Emang dasar cewek sarap!”

“Ya elah, Yun, gue nggak punya banyak waktu. Sedangkan lusa gue harus tepati janji gue kalau gue bakalan bawa cowok ke hadapan nyokap.”

“Ya ... tapi kalau soal itu, lo bawa aja dulu Bara. Dia nggak bakalan keberatan kalau cuma kenalan sama orang tua lo. Kalau soal nikah, mending kalian kenalan lebih deket dulu deh.”

Layla menghela napas jengah. Pandangannya terpusat menatap Yunda dengan sorot mata tajam bagai Elang. “Apaan sih lo ribet banget? Harus buru-buru, karena gue pun kepepet. Kalau soal saling mengenal satu sama lain, seiring berjalannya waktu juga bakalan kenal.”

“Iya gue paham itu. Tapi gue kasih tahu deh sama lo, Bara itu cowok polos banget, dia itu orangnya nggak bisa nolak, dia itu kebiasaan iya-iya mulu. Flat person banget. Aduh ... gue jadi merasa bersalah udah comblangin lo sama dia. Please, lo jangan apa-apain dia, ya, La?” Layla langsung melempar pena tepat terkena dahi Yunda. “Ih, kok malah gue yang dilempar, sih?”

“Sebaik apa sih dia? Nggak ada cowok baik di dunia ini. Sekalipun  itu bokap gue! Apalagi cowok modelan kayak dia.” Ucapan itu terdengar sinis. Dalam kehidupan Layla, cowok baik hanya ada dalam dunia fiksi.

“Pokoknya gue minta sama lo, lo jangan apa-apain dia. Dia itu cowok polos banget, La.”

“Emang gue cewek apaan?”

Yunda menatap tajam kedua netra coklat Layla, mencondongkan tubuhnya lebih dekat. “Lo cewek jahat yang suka memanipulasi.”

Layla terbahak-bahak, sampai bahunya berguncang. Dia tidak memungkiri itu, bahkan Yunda juga sudah tahu kalau sahabatnya satu ini, meski punya wajah polos tapi otaknya jahat dan setiap ucapannya bagai magic yang mampu membuat orang percaya.

“Pokoknya, keputusan gue sama dia jadi apa nggak, nanti lusa. Lusa gue sama dia mau ketemu lagi dengan surat perjanjian yang udah gue buat. So ... gue nggak bisa jamin kalau saudara jauh lo itu bakalan nolak ajakan gue buat menikah.”

“Ah, shit!” Yunda mendongak, menjambak rambutnya frustrasi. “Salah sasaran gue!”

BERSAMBUNG... 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status