Share

Part 6

Pagi ini, hati Salma kembali dirundung gundah yang mendalam. Hatinya begitu hancur, saat melihat kenyataan tentang sikap Sang suami padanya. Sangat berbeda sekali waktu sebelum akad nikah kemarin. Dia bahkan menjanjikan kebahagiaan untuk dirinya yang tentu sudah Salma harapkan sejak lama.

Namun sejak Salma pindah ke rumah ini, belum pernah sekalipun ia merasakan kehangatan dari Rofiq—suaminya. Dia begitu sangat dingin. Jangankan menyapa dulu, ditanyai pun begitu nampak ketidaksukaan di raut wajah tampannya. Entah kenapa dia seperti itu. Apakah karena masalah kerjaan di kantor? Atau karena dia memang tidak menginginkan pernikahan ini?

Saat ini, Salma hanya bisa termenung di kamarnya. Melontarkan banyak pertanyaan yang terkumpul di otaknya, tanpa bisa mendapatkan jawaban.

***

“Lintang,” seru Rofiq lirih, seraya menghampiri wanita yang terbalut dress merah maroon duduk di kursi depan meja kerjanya. Rambut panjangnya tergerai indah, hingga sangat nampak elegan tampilannya. Ditambah dengan wajahnya yang bulat, sangat terpancar kecantikan di sana.

Keduanya lalu berpelukan, setelah wanita bernama Lintang itu berdiri menyambut kedatangan Rofiq. Lalu keduanya saling menautkan bibir dengan mesranya hingga beberapa menit lamanya. Meluapkan rasa rindu yang seolah lama tak bertemu. Padahal, semalam sudah Rofiq menemani kesendirian Lintang di rumahnya.

Lintang Ayu Pratiwi, wanita berusia 25 tahun yang sudah berstatus seorang istri itu akan sering mendatangi kantor ini jika rasa hatinya merasakan rindu yang tak tertahankan pada Rofiq. Dia tak lain adalah istri dari kakak kandung Rofiq sendiri—Rafi namanya. Itu berarti, Lintang adalah kakak ipar dari Rofiq. Statusnya yang seorang istri dari pemilik perusahaan, tentu membuatnya leluasa datang dan pergi dari kantor sebebas mungkin. Dan sejauh ini, tidak ada yang curiga padanya, meski kedatangannya bukan karena kepentingan perusahaan.

Keduanya menjalin hubungan gelap hampir dua tahun lamanya. Tepatnya, sejak Rofiq tinggal dalam satu rumah dengan kakaknya itu. Diam-diam, Rofiq menaruh hati pada Lintang. Yang lebih mengejutkan lagi, wanita yang berstatus kakak iparnya itu menerima dengan hangat perasaan Rofiq.

“Tumben, lama datangnya,” ujar Lintang memprotes.

“Iya, tadi ada masalah sedikit dengan Salma.”

“Kenapa lagi dia?”

“Sikapnya ngeselin,” sahut Rofiq setelah menghela nafas kasar. Ia lalu mendudukkan pantatnya di kursi kerjanya, yang disusul Lintang duduk di kursi seberang meja.

Lintang masih menatap lekat wajah Rofiq yang terlihat galau. Menanti jawaban yang membuatnya ingin tahu. Sikap apa yang istrinya tunjukkan, hingga dia sekesal itu.

“Dia protes, karena sikapku dingin padanya.” Rofiq lalu melanjutkan kalimatnya setelah jeda beberapa saat. “Kalo saja bukan karena perintahmu, buat apa aku nikahin dia,” imbuhnya lagi seraya membuka berkas di meja kerjanya.

Lintang tersenyum sinis menanggapi penuturan Rofiq. Merasa heran dengan pria yang sudah berstatus sebagai seorang suami dari wanita lain itu.

“Kenapa malah senyum?” tanya Rofiq tidak terima dengan tanggapan Lintang.

“Ya, kamu lucu, Fiq. Dimana-mana, namanya seorang istri, apalagi posisi masih baru, sudah pasti mengharapkan sikap hangat dari suaminya. Kalo sikapmu dingin begitu, ya, wajar dia gak terima,” terang Lintang menjelaskan. Membeberkan perasaan seorang wanita yang begitu sensitif.

“Terus, apa kamu mau aku bersikap mesra sama dia? Kamu tahu sendiri, kalo aku gak cinta sama dia.”

“Iya, aku tahu. Tapi kalo sikapmu dingin, yang ada dia akan bertanya, kenapa kamu menikahinya. Dia justru akan semakin curiga, Rofiq. Saat dia bertanya begitu, kamu mau jawab apa, coba?”

 Penjelasan Lintang seketika menghentikan aktifitas Rofiq. Pandangannya beralih pada wanita cantik di hadapannya. Mencerna setiap kalimat yang terlontar dari bibir ranumnya. Pada akhirnya, ia membenarkan apa yang Lintang katakan.

Cukup lama obrolan Rofiq dengan Lintang berlangsung, hingga aktifitas mesra pun menemani mereka selama satu jam lamanya. Tak berselang lama, sebuah panggilan masuk ke ponsel Lintang. Ia lalu menengok layar ponselnya, memastikan orang yang menelponnya.

“Mas Rafi.” Lintang menunjukkan layar ponselnya pada Rofiq, membuktikan panggilan itu benar dari Sang suami. Ia lalu bergegas ke luar ruangan, setelah meninggalkan bekas kecupan di bibir Rofiq. (*)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status