Share

Part 7

Author: Bulan Mentari
last update Last Updated: 2022-03-25 21:21:50

Sore ini, Rofiq pulang ke rumah lebih cepat dari biasanya. Meeting yang sempat direncanakan setelah jam kerja pun, terpaksa ditunda sampe besok pagi. Rofiq berencana untuk meminta maaf pada Salma atas sikap dinginnya selama ini, sembari memberikan hadiah paket bunga sebagai bentuk keseriusannya. Padahal, rencana itu Rofiq lakukan hanya demi memuluskan rencana busuknya.

Setelah berlalu dari toko bunga langganannya, Rofiq melajukan lagi mobilnya ke arah jalan ke rumahnya. Sesampainya di rumah, tempat yang ia tuju pertama kali adalah keberadaan Salma. Namun, penelusurannya ke setiap sudut ruangan di rumahnya, masih belum membuahkan hasil. Salma tidak ia temukan di mana-mana.

“Mbok Marni, Salma dimana?” Rofiq menghampiri mbok Marni yang tengah menyetrika.

“Eh, Den. Sudah pulang? Tadi, mbok lihat non Salma di kursi panjang dekat kolam renang, Den,” sahut mbok Marni sambil terus melanjutkan pekerjaannya.

Rofiq bergegas melangkah menuju tempat yang mbok Marni tunjukkan, ke taman di samping rumah. Benar saja. Jilbab merah mudah yang biasa Salma kenakan sudah nampak dari pintu samping tempat Rofiq berdiri. Hanya nampak jilbabnya saja, karena posisi Salma yang sedang duduk membelakangi kolam renang. Mungkin, dia tengah melihat-lihat aneka tanaman bunga yang tersusun rapi di pagar rumah.

“Kamu sedang apa di sini, Dik?”

Sapaan Rofiq sontak mengejutkan Salma. Pandangannya yang tengah menatap asik tanaman berbagai jenis bunga, seketika beralih ke arah Rofiq. Salma tidak menyadari kedatangan suaminya, karena meski menatap tanaman, pandangan itu kosong berisi hal lain di fikirannya.

“Mas Rofiq? Baru pulang?” Salma yang masih tak percaya melihat kehadiran Rofiq di dekatnya, segera menyambutnya tersenyum. “Mau makan, Mas? Atau, mau mandi?” lanjutnya lagi dengan nada gugup.

Baru kali ini, sikap ramah Sang suami tergambar jelas di wajahnya. Sehingga membuat Salma merasa gugup saat menyambutnya. Bahkan, detakan jantung di dadanya seakan terdengar sampai ke telinga. Sampai-sampai, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan ataupun dikatakan.

“Sudah, Dik. Kita duduk di sini,” ajak Rofiq lembut.

Salma menjadi semakin gugup, saat tangan Rofiq melekat erat di lengannya. Menggeser lembut tubunya ke kursi, agar keduanya bisa duduk berdampingan. Seketika, Salma merasakan desiran aliran darah yang semakin cepat menuju jantung. Detakan itu bertambah cepat saat tubuh Rofiq menempel lekat di lengannya.

“Kamu sedang apa di sini, Dik?” Rofiq mengulangi pertanyaannya tadi.

“Eh, iya, Mas. I-itu. T-tadi, ada—,” Salma benar-benar belum bisa mengontrol rasa gugupnya.

Wajar saja. Karena bagi Salma, Rofiq adalah sosok pria idaman yang lama ia impikan. Bahkan, sampai saat ini ia merasa tidak percaya bisa bersanding dengan pria yang ia cintai sejak lama. Dan, sejak peristiwa kemarin sampai pagi tadi, memang cukup membuatnya terkejut. Akan tetapi, dengan sikap romantis Rofiq padanya yang tiba-tiba, tidak bisa menghindarkan rasa gugupnya itu.

“Iya, Mas tahu. Kamu sedang menatap bunga-bunga itu kan?” Rofiq menunjuk tanaman bunga yang berwarna warni tergantung rapi di pagar.

Salma tersipu malu dengan kalimat lembut yang terdengar dari bibir rofiq. Salma membayangkan bahwa itu seperti godaan mesra dari seorang suami ke istrinya, yang tadinya hanya Salma lihat di film-film saja. Namun kali ini, ia merasakan itu di depan mata. Membuatnya seketika lupa dengan sikap dingin Rofiq yang sempat menyakiti hatinya.

“Ada satu bunga lagi yang minta kamu lihat juga,” ujar Rofiq menatap lekat pada Salma, seraya menyunggingkan senyum manis di wajahnya.

“Apa?” Kali ini, Salma mulai tenang. Degupan jantung itu perlahan kembali normal, hingga ia bisa menjawab pernyataan Sang suami dengan santai.

“Nih!”

Seketika, senyum Salma semakin merekah, kala Rofiq mengeluarkan paket bunga mawar putih dari balik punggungnya, yang kemudian diberikan pada dirinya. Salma semakin tersipu malu, hingga tak bisa berkata-kata. Baginya, itu sebuah kejutan yang sangat mengejutkan. Tidak percaya jika ia akan mendapatkan itu dari suaminya, yang tadinya sempat merasakan pesimis karena sikap dingin dari Rofiq.

“Mas minta maaf, ya. Selama ini sudah bersikap tak baik sama kamu.” Rofiq melekatkan kedua tangannya ke atas tangan Salma. Mengucap tulus di bibirnya, dengan kata-kata romantis yang sering ia lontarkan pada Lintang.

Tentu saja, hal itu disambut hangat dan sangat terbuka oleh Salma. Akhirnya, rasa lara yang sempat bersarang lama di dadanya, sudah sirna dalam sekejap. Kalimat indah Sang suami, seketika telah menghilangkan kegundahannya selama ini.

Sementara bagi Rofiq, memberi harapan indah pada Salma saat ini, menandakan jika ia telah memulai sandiwara cinta yang memaksa dirinya untuk bermain di dalamnya. Entah sampai kapan drama itu akan Rofiq jalani. (*)

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 11

    Hari ini, Rofiq merasa begitu kesal. Bagaimana tidak? Waktu berduaan dengan Lintang ketika makan siang, harus pupus dengan kehadiran Salma yang tiba-tiba. Padahal, Lintang baru menemaninya setengah jam. Biasanya, dia akan berada di ruang kerja Rofiq selama satu jam lamanya.Dan sore ini, rencana Rofiq yang akan pulang ke apartemennya pun harus gagal. Karena sejak siang, Salma benar-benar menunggu dirinya untuk pulang bersama. Tentu saja, dengan berat hati ia mengantarkan istrinya itu pulang dalam satu mobil.Selain rumah pribadi, apartemen yang Rofiq beli atas nama Lintang adalah tempat kedua ia bersinggah. Tidak hanya bersinggah, tetapi juga bersenang-senang karena terkadang Lintang pun berada di sana. Rofiq akan menghabiskan waktu di apartemennya, jika hatinya terasa gundah, seperti yang dialaminya sekarang.“Mau temani aku gak, Mas?” Salma membuka obrolan di tengah-tengah perjalanan pulang ke rumah.Rofiq yang tengah fokus mengemudi, hanya

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 10

    Pandangan Salma terus menatap mengarah karyawati yang baru saja melangkah keluar, hingga sosok itu sirna oleh pintu yang tertutup. Bergegas, Salma memanfaatkan waktu kosong tanpa siapapun di kantor ini. Semua karyawan nampak sudah mulai menghabiskan waktu istirahat siang mereka. Salma bahkan tidak peduli dengan pesan karyawati tadi, supaya Salma tetap menunggu hingga tamu keluar dari ruang kerja Rofiq.Perlahan, Salma melekatkan tangan ke gagang pintu, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling, untuk memastikan tidak ada yang akan menghentikan tindakannya. Dibukalah pintu itu dengan segera, sambil Salma berucap salam lirih, “Assalaamu’alaikum ...”Awalnya, nada salam itu masih terdengar di telinga. Namun perlahan nadanya turun hingga nyaris tak terdengar, saat pandangan Salma dikejutkan dengan sosok yang berada di dalam ruang kerja suaminya itu.“Mas Rofiq!” seru Salma hingga tanpa sadar, bulatan matanya begitu terlihat.Bet

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 9

    Tanpa terasa, waktu sudah menjelang siang. Jarum jam pun sudah menunjuk di angka sebelas. Menandakan, satu jam lagi adalah jam istirahat para pekerja, termasuk Rofiq—suaminya. Salma sudah berniat akan mengantarkan makan siang ke kantor Rofiq. Tidak bertemu di pagi hari, setidaknya bisa di siang hari dengan mendatangi kantornya, dan memberikan kejutan makan siang padanya.Salma masih punya waktu satu jam lagi untuk sampai ke sana. Ia bergegas ke kamarnya untuk mempersiapkan diri. Berbekal alamat kantor yang Salma lihat di berkas kantor yang berada di kamar Rofiq, akhirnya ia bisa ke sana tanpa menanyakan pada Rofiq. Tentu karena ia ingin memberikan kejutan.Salma merasa, pria seperti Rofiq memang harus berpasangan dengan wanita agresif. Toh, status dirinya saat ini sudah sah menjadi istri Rofiq. Tentu wajar jika ia bersikap agresif pada suaminya sendiri.Hanya sepuluh menit saja, Salma sudah bersiap dengan gamis panjang berwarna coksu, dipadu dengan jilbab

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 8

    “Mas, boleh tanya sesuatu?” Salma membuka obrolan setelah selesai makan malam. Posisinya masih duduk di ruang makan. Begitu pula dengan Rofiq—suaminya.“Iya, Dik. Ngomong ajah,” ujar Rofiq mempersilakan.“Kenapa kamu menunjukkan kamarku yang di atas, sedangkan kamar yang kamu pake tidur di kamar itu?” Wajah Salma menunjuk ke arah kamar tamu yang ditempati Rofiq. “Kenapa kita gak sekamar, Mas?” lanjutnya lagi bertanya.Cukup lama Rofiq terdiam setelah pertanyaan Salma terlontar. Fikirannya mulai berkelana, mencari cara untuk bisa memberikan alasan akurat pada wanita yang mulai memasuki daerah pribadinya. Dia istrinya. Namun, Rofiq tidak menginginkan hal itu. Dia tidak ingin menjalani kehidupan rumah tangga layaknya orang lain. Jika bukan karena Lintang, Rofiq tidak akan pernah menjalani pernikahan palsunya itu.Namun, biar bagaimanapun dirinya tetap harus bisa berlakon sesuai rencana. Sesuai drama yang

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 7

    Sore ini, Rofiq pulang ke rumah lebih cepat dari biasanya. Meeting yang sempat direncanakan setelah jam kerja pun, terpaksa ditunda sampe besok pagi. Rofiq berencana untuk meminta maaf pada Salma atas sikap dinginnya selama ini, sembari memberikan hadiah paket bunga sebagai bentuk keseriusannya. Padahal, rencana itu Rofiq lakukan hanya demi memuluskan rencana busuknya.Setelah berlalu dari toko bunga langganannya, Rofiq melajukan lagi mobilnya ke arah jalan ke rumahnya. Sesampainya di rumah, tempat yang ia tuju pertama kali adalah keberadaan Salma. Namun, penelusurannya ke setiap sudut ruangan di rumahnya, masih belum membuahkan hasil. Salma tidak ia temukan di mana-mana.“Mbok Marni, Salma dimana?” Rofiq menghampiri mbok Marni yang tengah menyetrika.“Eh, Den. Sudah pulang? Tadi, mbok lihat non Salma di kursi panjang dekat kolam renang, Den,” sahut mbok Marni sambil terus melanjutkan pekerjaannya.Rofiq bergegas melangkah menuju t

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 6

    Pagi ini, hati Salma kembali dirundung gundah yang mendalam. Hatinya begitu hancur, saat melihat kenyataan tentang sikap Sang suami padanya. Sangat berbeda sekali waktu sebelum akad nikah kemarin. Dia bahkan menjanjikan kebahagiaan untuk dirinya yang tentu sudah Salma harapkan sejak lama.Namun sejak Salma pindah ke rumah ini, belum pernah sekalipun ia merasakan kehangatan dari Rofiq—suaminya. Dia begitu sangat dingin. Jangankan menyapa dulu, ditanyai pun begitu nampak ketidaksukaan di raut wajah tampannya. Entah kenapa dia seperti itu. Apakah karena masalah kerjaan di kantor? Atau karena dia memang tidak menginginkan pernikahan ini?Saat ini, Salma hanya bisa termenung di kamarnya. Melontarkan banyak pertanyaan yang terkumpul di otaknya, tanpa bisa mendapatkan jawaban.***“Lintang,” seru Rofiq lirih, seraya menghampiri wanita yang terbalut dress merah maroon duduk di kursi depan meja kerjanya. Rambut panjangnya tergerai indah, hingga s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status