Share

Part 9

Author: Bulan Mentari
last update Last Updated: 2022-03-25 21:29:20

Tanpa terasa, waktu sudah menjelang siang. Jarum jam pun sudah menunjuk di angka sebelas. Menandakan, satu jam lagi adalah jam istirahat para pekerja, termasuk Rofiq—suaminya. Salma sudah berniat akan mengantarkan makan siang ke kantor Rofiq. Tidak bertemu di pagi hari, setidaknya bisa di siang hari dengan mendatangi kantornya, dan memberikan kejutan makan siang padanya.

Salma masih punya waktu satu jam lagi untuk sampai ke sana. Ia bergegas ke kamarnya untuk mempersiapkan diri. Berbekal alamat kantor yang Salma lihat di berkas kantor yang berada di kamar Rofiq, akhirnya ia bisa ke sana tanpa menanyakan pada Rofiq. Tentu karena ia ingin memberikan kejutan.

Salma merasa, pria seperti Rofiq memang harus berpasangan dengan wanita agresif. Toh, status dirinya saat ini sudah sah menjadi istri Rofiq. Tentu wajar jika ia bersikap agresif pada suaminya sendiri.

Hanya sepuluh menit saja, Salma sudah bersiap dengan gamis panjang berwarna coksu, dipadu dengan jilbab cream yang membuatnya nampak anggun. Segera ia memesan taksi online saja, agar tidak terlambat sampai di kantor Sang suami. Salma ingin, dirinya lebih dulu sampai di kantor, sebelum jam istirahat dimulai.

Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam lamanya, Salma akhirnya sampai di kantor Rofiq bekerja. Salma ingat betul, kantor Rofiq berada di lantai delapan. Jika masih belum ketemu, bisa bertanya ke satpam, fikir Salma sambil melangkah masuk ke gedung tinggi itu.

“Maaf, Bu. Mau bertemu dengan siapa?”

Pandangan Salma masih mengedarkan ke sekeliling di lantai delapan. Namun, sosok Rofiq masih belum tertangkap oleh pandangannya. Bahkan, pertanyaan seorang security masih Salma abaikan.

“Ibu mau cari siapa?”

Salma terkejut, saat langkahnya mendadak dihentikan oleh security. Fikirannya hanya fokus pada keberadaan Sang suami, membuatnya seolah tidak sadar dengan sekeliling.

“Eh, iya, Pak. Maaf. Apa benar ini kantor tempat kerja pak Rofiq?” tanya Salma memastikan.

“Iya, betul. Anda siapa?”

“Saya istrinya, Pak?”

“Oh, ibu istri pak Rofiq. Kalo gitu, saya minta maaf, Bu. Saya tidak tahu. Mari silakan!”

Salma mengangguk. Ia lega, ternyata statusnya sebagai istri dari atasan seorang security itu bisa dengan mudah memasuki kantornya. Salma kemudian melangkah menuju ruang di ujung, yang menurut security itu adalah ruang Rofiq bekerja.

“Maaf, Bu. Bapak sedang ada tamu. Ibu siapa?”

Seorang wanita berpakaian resmi tiba-tiba menghentikan langkah Salma. Tangan yang sudah melekat di gagang pintu itu, harus Salma turunkan kembali.

“Ada tamu siapa, Mbak?” tanya Salma heran. “Saya istrinya Pak Rofiq,” lanjut Salma lagi memberitahu.

“Oh, maaf, Bu. Tapi, bapak sedang tidak bisa diganggu.”

“Bukankah waktu istirahat sudah dimulai, Mbak?”

“Masih lima menit lagi, Bu.”

Seketika, Salma urungkan niatnya untuk masuk ke ruangan Rofiq. Ya, kata wanita itu tinggal lima menit lagi menuju istirahat. Setelah lima menit, Salma berarti sudah boleh memasuki ruangan itu. Dan, tamu di dalamnya pasti sudah keluar.

Salma lalu memutuskan duduk di kursi tunggu yang disediakan di depan ruangan suaminya. Ia mengecek kembali kondisi bekal makanan yang akan diberikan untuk Sang suami. Masih nampak rapi. Mengingat tadi sempat terbentur sedikit saat akan memasuki gedung tinggi ini.

Lima menit pun berlalu juga. Salma yang lima kali menatap arloji yang melingkar di tangannya pun segera bersiap, karena merasa sudah waktunya ia masuk ke dalam ruang kerja suaminya. Namun, Salma merasa aneh. Tamu yang masih di dalam, belum juga keluar. Sebenarnya, siapa tamu itu?

“Mbak, kenapa tamunya belum keluar, ya?” Salma kembali bertanya pada wanita yang berprofesi sebagai karyawati di kantor ini, yang nampak akan beranjak keluar.

“Saya kurang tahu, Mbak?” jawabnya pendek.

“Boleh tahu, siapa tamu yang di dalam itu, Mbak? Berapa orang tamunya?” Salma semakin penasaran. Karena tidak terdengar obrolan resmi di dalam. Terdengar sangat sepi, seperti tidak ada siapa-siapa.

“Sebaiknya, Ibu tunggu saja sampai tamu itu keluar!”

Salma terdiam. Rasanya sudah lelah menanyakan perihal tamu dan suaminya pada karyawati ini. Ia lalu duduk kembali ke kursi tadi. Menunggu karyawati itu keluar, lalu tidak ada yang bisa mencegahnya lagi untuk masuk ke dalam. (*)

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 11

    Hari ini, Rofiq merasa begitu kesal. Bagaimana tidak? Waktu berduaan dengan Lintang ketika makan siang, harus pupus dengan kehadiran Salma yang tiba-tiba. Padahal, Lintang baru menemaninya setengah jam. Biasanya, dia akan berada di ruang kerja Rofiq selama satu jam lamanya.Dan sore ini, rencana Rofiq yang akan pulang ke apartemennya pun harus gagal. Karena sejak siang, Salma benar-benar menunggu dirinya untuk pulang bersama. Tentu saja, dengan berat hati ia mengantarkan istrinya itu pulang dalam satu mobil.Selain rumah pribadi, apartemen yang Rofiq beli atas nama Lintang adalah tempat kedua ia bersinggah. Tidak hanya bersinggah, tetapi juga bersenang-senang karena terkadang Lintang pun berada di sana. Rofiq akan menghabiskan waktu di apartemennya, jika hatinya terasa gundah, seperti yang dialaminya sekarang.“Mau temani aku gak, Mas?” Salma membuka obrolan di tengah-tengah perjalanan pulang ke rumah.Rofiq yang tengah fokus mengemudi, hanya

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 10

    Pandangan Salma terus menatap mengarah karyawati yang baru saja melangkah keluar, hingga sosok itu sirna oleh pintu yang tertutup. Bergegas, Salma memanfaatkan waktu kosong tanpa siapapun di kantor ini. Semua karyawan nampak sudah mulai menghabiskan waktu istirahat siang mereka. Salma bahkan tidak peduli dengan pesan karyawati tadi, supaya Salma tetap menunggu hingga tamu keluar dari ruang kerja Rofiq.Perlahan, Salma melekatkan tangan ke gagang pintu, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling, untuk memastikan tidak ada yang akan menghentikan tindakannya. Dibukalah pintu itu dengan segera, sambil Salma berucap salam lirih, “Assalaamu’alaikum ...”Awalnya, nada salam itu masih terdengar di telinga. Namun perlahan nadanya turun hingga nyaris tak terdengar, saat pandangan Salma dikejutkan dengan sosok yang berada di dalam ruang kerja suaminya itu.“Mas Rofiq!” seru Salma hingga tanpa sadar, bulatan matanya begitu terlihat.Bet

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 9

    Tanpa terasa, waktu sudah menjelang siang. Jarum jam pun sudah menunjuk di angka sebelas. Menandakan, satu jam lagi adalah jam istirahat para pekerja, termasuk Rofiq—suaminya. Salma sudah berniat akan mengantarkan makan siang ke kantor Rofiq. Tidak bertemu di pagi hari, setidaknya bisa di siang hari dengan mendatangi kantornya, dan memberikan kejutan makan siang padanya.Salma masih punya waktu satu jam lagi untuk sampai ke sana. Ia bergegas ke kamarnya untuk mempersiapkan diri. Berbekal alamat kantor yang Salma lihat di berkas kantor yang berada di kamar Rofiq, akhirnya ia bisa ke sana tanpa menanyakan pada Rofiq. Tentu karena ia ingin memberikan kejutan.Salma merasa, pria seperti Rofiq memang harus berpasangan dengan wanita agresif. Toh, status dirinya saat ini sudah sah menjadi istri Rofiq. Tentu wajar jika ia bersikap agresif pada suaminya sendiri.Hanya sepuluh menit saja, Salma sudah bersiap dengan gamis panjang berwarna coksu, dipadu dengan jilbab

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 8

    “Mas, boleh tanya sesuatu?” Salma membuka obrolan setelah selesai makan malam. Posisinya masih duduk di ruang makan. Begitu pula dengan Rofiq—suaminya.“Iya, Dik. Ngomong ajah,” ujar Rofiq mempersilakan.“Kenapa kamu menunjukkan kamarku yang di atas, sedangkan kamar yang kamu pake tidur di kamar itu?” Wajah Salma menunjuk ke arah kamar tamu yang ditempati Rofiq. “Kenapa kita gak sekamar, Mas?” lanjutnya lagi bertanya.Cukup lama Rofiq terdiam setelah pertanyaan Salma terlontar. Fikirannya mulai berkelana, mencari cara untuk bisa memberikan alasan akurat pada wanita yang mulai memasuki daerah pribadinya. Dia istrinya. Namun, Rofiq tidak menginginkan hal itu. Dia tidak ingin menjalani kehidupan rumah tangga layaknya orang lain. Jika bukan karena Lintang, Rofiq tidak akan pernah menjalani pernikahan palsunya itu.Namun, biar bagaimanapun dirinya tetap harus bisa berlakon sesuai rencana. Sesuai drama yang

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 7

    Sore ini, Rofiq pulang ke rumah lebih cepat dari biasanya. Meeting yang sempat direncanakan setelah jam kerja pun, terpaksa ditunda sampe besok pagi. Rofiq berencana untuk meminta maaf pada Salma atas sikap dinginnya selama ini, sembari memberikan hadiah paket bunga sebagai bentuk keseriusannya. Padahal, rencana itu Rofiq lakukan hanya demi memuluskan rencana busuknya.Setelah berlalu dari toko bunga langganannya, Rofiq melajukan lagi mobilnya ke arah jalan ke rumahnya. Sesampainya di rumah, tempat yang ia tuju pertama kali adalah keberadaan Salma. Namun, penelusurannya ke setiap sudut ruangan di rumahnya, masih belum membuahkan hasil. Salma tidak ia temukan di mana-mana.“Mbok Marni, Salma dimana?” Rofiq menghampiri mbok Marni yang tengah menyetrika.“Eh, Den. Sudah pulang? Tadi, mbok lihat non Salma di kursi panjang dekat kolam renang, Den,” sahut mbok Marni sambil terus melanjutkan pekerjaannya.Rofiq bergegas melangkah menuju t

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 6

    Pagi ini, hati Salma kembali dirundung gundah yang mendalam. Hatinya begitu hancur, saat melihat kenyataan tentang sikap Sang suami padanya. Sangat berbeda sekali waktu sebelum akad nikah kemarin. Dia bahkan menjanjikan kebahagiaan untuk dirinya yang tentu sudah Salma harapkan sejak lama.Namun sejak Salma pindah ke rumah ini, belum pernah sekalipun ia merasakan kehangatan dari Rofiq—suaminya. Dia begitu sangat dingin. Jangankan menyapa dulu, ditanyai pun begitu nampak ketidaksukaan di raut wajah tampannya. Entah kenapa dia seperti itu. Apakah karena masalah kerjaan di kantor? Atau karena dia memang tidak menginginkan pernikahan ini?Saat ini, Salma hanya bisa termenung di kamarnya. Melontarkan banyak pertanyaan yang terkumpul di otaknya, tanpa bisa mendapatkan jawaban.***“Lintang,” seru Rofiq lirih, seraya menghampiri wanita yang terbalut dress merah maroon duduk di kursi depan meja kerjanya. Rambut panjangnya tergerai indah, hingga s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status