Share

Part 9

Tanpa terasa, waktu sudah menjelang siang. Jarum jam pun sudah menunjuk di angka sebelas. Menandakan, satu jam lagi adalah jam istirahat para pekerja, termasuk Rofiq—suaminya. Salma sudah berniat akan mengantarkan makan siang ke kantor Rofiq. Tidak bertemu di pagi hari, setidaknya bisa di siang hari dengan mendatangi kantornya, dan memberikan kejutan makan siang padanya.

Salma masih punya waktu satu jam lagi untuk sampai ke sana. Ia bergegas ke kamarnya untuk mempersiapkan diri. Berbekal alamat kantor yang Salma lihat di berkas kantor yang berada di kamar Rofiq, akhirnya ia bisa ke sana tanpa menanyakan pada Rofiq. Tentu karena ia ingin memberikan kejutan.

Salma merasa, pria seperti Rofiq memang harus berpasangan dengan wanita agresif. Toh, status dirinya saat ini sudah sah menjadi istri Rofiq. Tentu wajar jika ia bersikap agresif pada suaminya sendiri.

Hanya sepuluh menit saja, Salma sudah bersiap dengan gamis panjang berwarna coksu, dipadu dengan jilbab cream yang membuatnya nampak anggun. Segera ia memesan taksi online saja, agar tidak terlambat sampai di kantor Sang suami. Salma ingin, dirinya lebih dulu sampai di kantor, sebelum jam istirahat dimulai.

Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam lamanya, Salma akhirnya sampai di kantor Rofiq bekerja. Salma ingat betul, kantor Rofiq berada di lantai delapan. Jika masih belum ketemu, bisa bertanya ke satpam, fikir Salma sambil melangkah masuk ke gedung tinggi itu.

“Maaf, Bu. Mau bertemu dengan siapa?”

Pandangan Salma masih mengedarkan ke sekeliling di lantai delapan. Namun, sosok Rofiq masih belum tertangkap oleh pandangannya. Bahkan, pertanyaan seorang security masih Salma abaikan.

“Ibu mau cari siapa?”

Salma terkejut, saat langkahnya mendadak dihentikan oleh security. Fikirannya hanya fokus pada keberadaan Sang suami, membuatnya seolah tidak sadar dengan sekeliling.

“Eh, iya, Pak. Maaf. Apa benar ini kantor tempat kerja pak Rofiq?” tanya Salma memastikan.

“Iya, betul. Anda siapa?”

“Saya istrinya, Pak?”

“Oh, ibu istri pak Rofiq. Kalo gitu, saya minta maaf, Bu. Saya tidak tahu. Mari silakan!”

Salma mengangguk. Ia lega, ternyata statusnya sebagai istri dari atasan seorang security itu bisa dengan mudah memasuki kantornya. Salma kemudian melangkah menuju ruang di ujung, yang menurut security itu adalah ruang Rofiq bekerja.

“Maaf, Bu. Bapak sedang ada tamu. Ibu siapa?”

Seorang wanita berpakaian resmi tiba-tiba menghentikan langkah Salma. Tangan yang sudah melekat di gagang pintu itu, harus Salma turunkan kembali.

“Ada tamu siapa, Mbak?” tanya Salma heran. “Saya istrinya Pak Rofiq,” lanjut Salma lagi memberitahu.

“Oh, maaf, Bu. Tapi, bapak sedang tidak bisa diganggu.”

“Bukankah waktu istirahat sudah dimulai, Mbak?”

“Masih lima menit lagi, Bu.”

Seketika, Salma urungkan niatnya untuk masuk ke ruangan Rofiq. Ya, kata wanita itu tinggal lima menit lagi menuju istirahat. Setelah lima menit, Salma berarti sudah boleh memasuki ruangan itu. Dan, tamu di dalamnya pasti sudah keluar.

Salma lalu memutuskan duduk di kursi tunggu yang disediakan di depan ruangan suaminya. Ia mengecek kembali kondisi bekal makanan yang akan diberikan untuk Sang suami. Masih nampak rapi. Mengingat tadi sempat terbentur sedikit saat akan memasuki gedung tinggi ini.

Lima menit pun berlalu juga. Salma yang lima kali menatap arloji yang melingkar di tangannya pun segera bersiap, karena merasa sudah waktunya ia masuk ke dalam ruang kerja suaminya. Namun, Salma merasa aneh. Tamu yang masih di dalam, belum juga keluar. Sebenarnya, siapa tamu itu?

“Mbak, kenapa tamunya belum keluar, ya?” Salma kembali bertanya pada wanita yang berprofesi sebagai karyawati di kantor ini, yang nampak akan beranjak keluar.

“Saya kurang tahu, Mbak?” jawabnya pendek.

“Boleh tahu, siapa tamu yang di dalam itu, Mbak? Berapa orang tamunya?” Salma semakin penasaran. Karena tidak terdengar obrolan resmi di dalam. Terdengar sangat sepi, seperti tidak ada siapa-siapa.

“Sebaiknya, Ibu tunggu saja sampai tamu itu keluar!”

Salma terdiam. Rasanya sudah lelah menanyakan perihal tamu dan suaminya pada karyawati ini. Ia lalu duduk kembali ke kursi tadi. Menunggu karyawati itu keluar, lalu tidak ada yang bisa mencegahnya lagi untuk masuk ke dalam. (*)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status