Terjebak Pernikahan Palsu

Terjebak Pernikahan Palsu

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-25
Oleh:  Bulan MentariOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
11Bab
1.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Salma Aulia Sari, gadis berusia 24 tahun yang baru merasakan kebahagiaan, setelah dinikahi oleh Muhammad Rofiq Fadil--pria berusia 26 tahun, yang Salma cintai dalam diam sejak masa sekolah. Namun, alih-alih mendapatkan kebahagiaan, Salma justru tidak pernah dianggap sebagai istri oleh suaminya sendiri. Tangisan dan kesedihan mulai Salma rasakan sejak awal pernikahan, sejak pindah ke rumah Sang suami. Seiring berjalannya waktu, akhirnya Salma mengetahui kebenaran yang ada. Bahwa suaminya, hanya menikahi dirinya karena menutupi hubungan gelapnya dengan Lintang--kakak ipar sendiri--yaitu istri dari Rafi, yang tidak lain adalah kakak kandungnya. Salma akhirnya melepaskan Sang suami dari ikatan pernikahannya, dan memutuskan untuk menyendiri sementara waktu. Di saat kesendirian itulah, datang seorang Rafi, yang tidak lain adalah kakak dari mantan suaminya. Dia yang sebenarnya sudah menaruh perasaan pada Salma sejak dahulu, baru kini bisa ia utarakan setelah dirinya memutuskan berpisah dengan Lintang--istrinya, dan Salma berpisah dengan Rofiq--suaminya. Keduanya memutuskan menikah setelah cukup lama dalam kesendirian masing-masing.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Part 1

 

“Mas, kamu dimana? Kenapa sampe jam segini belum pulang? Ditelpon juga gak aktif. Semoga gak terjadi apa-apa sama kamu, Mas.”

Salma Aulia Sari, gadis berusia 24 tahun itu terus bergumam sendiri. Raut wajahnya sangat cemas. Menandakan hatinya tengah dirundung rasa khawatir mendalam. Bagaimana tidak? Suami yang sedang ditunggu kedatangannya masih belum nampak kehadirannya. Tidak pula memberi kabar untuk lebih sedikit menenangkan hatinya.

Berkali-kali ia menghubunginya via telepon, namun nomernya tidak juga aktif. Dikirim pesan singkat pun hanya centang satu. Rasanya semakin membuat hati Salma berkecamuk. Bukan marah yang ia rasakan, melainkan rasa khawatir jika ternyata ada sesuatu yang terjadi pada Sang suami.

Dengan perasaan berkecamuk, ia terus mondar-mandir di teras rumah, sambil sesekali mendongakkan kepala ke arah jalanan kanan kiri. Berharap, jika mobil yang ditumpangi Sang suami tiba-tiba muncul.

Pria yang belum sehari menyandang status sebagai suaminya itu hanya berpamitan akan pergi ke kantor. Pekerjaan mendadak menjadi alasan utamanya. Namun sampai sore, tidak jelas sosoknya. Ingin Salma menyusul ke kantornya, untuk memastikan keberadaanya yang sedang baik-baik saja, akan tetapi ia tidak mengetahui alamat kantor tempat Sang suami bekerja.

Selain karena ia tidak pernah menanyakan alamat kantor suaminya, Salma juga baru saja menginjakkan kaki di daerah ini. Daerah tempat suami tinggal dan menetap di sini. Tentu saja, ia tidak tahu menahu daerah yang baru ia singgahi itu.

Sejak awal sebelum menikah dengan Muhammad Rofiq Fadil, Salma sudah diwanti-wanti untuk mau diboyong langsung menuju rumah suaminya setelah akad nikah. Dan saat ini, ia sudah menjalani itu. Mengikuti ajakan suami ke rumah yang terletak di daerah perkotaan. Tepatnya di komplek perumahan elit di Jakarta.

Jarak dari kampung halaman Salma cukup jauh, memakan waktu empat jam lamanya di perjalanan. Namun, suaminya tetap mengijinkan jika sewaktu-waktu Salma ingin berkunjung ke rumah orang tuanya.

“Sudah mau maghrib, Non. Masuk dulu. Paling sebentar lagi Den Rofiq pulang.”

Suara lembut yang meneduhkan itu tiba-tiba membuyarkan pandangan Salma. Tatapannya kini beralih ke arah Mbok Marni, wanita berusia 60-an tahun yang sudah berdiri di muka pintu. Raut wajahnya tak kalah terlihat khawatir. Entah karena alasan apa. Namun, wajah itu nampak begitu teduh memandangi Salma.

“Memangnya, Mas Rofiq sudah biasa seperti ini, Mbok?” Salma memberanikan bertanya pada wanita yang sudah satu tahun bekerja di rumah ini. Setelah sebelumnya, ia hanya diam saja. Mengira, jika suaminya tidak akan membuatnya khawatir seperti ini.

“Sudah biasa, Non. Kadang malah pulang pagi atau siang.” Mbok Marni kembali menjelaskan.

“Masa, sih, Mbok?” tanya Salma heran. Ia memang tidak tahu, jika suaminya memiliki kebiasaan yang menurutnya kurang baik. Anggapannya yang mengira jika seorang Rofiq selalu bersikap disiplin dan teratur, ternyata salah.

Mbok Marni hanya tersenyum mengangguk. “Ayo, Non Salma, masuk dulu. Si Mbok sudah selesai masak. Barangkali Non Salma sudah lapar, karena belum makan sejak pertama sampai ke rumah ini.”

Salma menghela nafas panjang, membuang rasa sesak yang masih bersarang di dada, sebelum akhirnya ia masuk mengikuti langkah Mbok Marni ke ruang makan.

“Mau makan sekarang, Non?”

Salma hanya menanggapi pertanyaan Mbok Marni dengan gelengan. Tangannya masih sibuk menggeser-geser layar di ponselnya. “Enggak sekarang, Mbok. Nanti ajah, nunggu mas Rofiq pulang,” jawabnya setelah ada jeda beberapa detik.

“Apa, ini? Mas Rofiq tadi sempat aktif, tapi kenapa gak telepon balik?” Salma kembali bergumam, sambil menatap lekat layar ponselnya. Melihat Sang suami yang ternyata nomernya sudah aktif, Salma dengan sigap menekan fitur bergambar gagang telepon, lalu menunggu panggilannya diangkat.

Namun, tiga kali Salma menelpon nomer suaminya, tidak diangkat satu kalipun. Yang terakhir, justru malah direject. Tentu membuat dirinya semakin bertanya-tanya. Bagaimana mungkin panggilan dari istrinya tidak diangkat.

Kembali Salma menelpon untuk ke empat kalinya, berharap kali ini diangkat. Agar ia segera mengetahui kabar Sang suami yang sedang baik-baik saja. Namun sayang, nomernya kembali tidak aktif. Tidak bisa dihubungi lagi. Bahkan, pesan singkat sebelumnya pun hanya dibaca saja, tidak dibalas.

Hati Salma semakin berkecamuk. Degupan jantungnya pun berdetak lebih kencang dari normalnya. Tangannya masih sibuk mengetik papan keyboard di ponselnya, mengirim pesan lagi supaya ia tahu jika nanti nomer Sang suami kembali aktif.

Untuk ke sekian kalinya, Salma menghela nafas panjang, setelah pesan terakhir ia kirim, dan meletakan ponsel di atas meja. “Sebenarnya, kamu dimana, Mas? Kenapa pesanku gak kamu balas juga?” ucapnya, seraya mengusap-ngusap kedua tangan pada wajahnya. Menepis semua bayangan buruk yang mulai muncul dalam fikirannya. (*)

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
11 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status