Salma Aulia Sari, gadis berusia 24 tahun yang baru merasakan kebahagiaan, setelah dinikahi oleh Muhammad Rofiq Fadil--pria berusia 26 tahun, yang Salma cintai dalam diam sejak masa sekolah. Namun, alih-alih mendapatkan kebahagiaan, Salma justru tidak pernah dianggap sebagai istri oleh suaminya sendiri. Tangisan dan kesedihan mulai Salma rasakan sejak awal pernikahan, sejak pindah ke rumah Sang suami. Seiring berjalannya waktu, akhirnya Salma mengetahui kebenaran yang ada. Bahwa suaminya, hanya menikahi dirinya karena menutupi hubungan gelapnya dengan Lintang--kakak ipar sendiri--yaitu istri dari Rafi, yang tidak lain adalah kakak kandungnya. Salma akhirnya melepaskan Sang suami dari ikatan pernikahannya, dan memutuskan untuk menyendiri sementara waktu. Di saat kesendirian itulah, datang seorang Rafi, yang tidak lain adalah kakak dari mantan suaminya. Dia yang sebenarnya sudah menaruh perasaan pada Salma sejak dahulu, baru kini bisa ia utarakan setelah dirinya memutuskan berpisah dengan Lintang--istrinya, dan Salma berpisah dengan Rofiq--suaminya. Keduanya memutuskan menikah setelah cukup lama dalam kesendirian masing-masing.
View More今まさに日付が変わろうとしている深夜、発泡酒を片手に美亜はベランダに出て空を見上げた。
秋の夜空は、夏のころに比べると明るい星が少なくて寂しい。しかし都会の夜空は、地上の輝きのせいで季節を問わず星が見えない。
東京には空がないという詩をなんとなく覚えている美亜は、名古屋にだって空はないと思う。でも、故郷の本当の空を見たいとは思わない。
美亜こと|星野美亜《ほしの みあ》が生まれ育ったのは、群馬県東部の山の中。かつて近代産業の先駆けとして、大きな役割を担った養蚕業が盛んだった地域である。
空き巣よりも野生動物に気を付けなければならず、夕飯のメニューも夫婦喧嘩の内容も、リアルタイムでバレてしまう狭い集落で育った美亜は、人ならざるものが見えてしまう特殊体質のせいで孤立した存在だった。
嘘つき、気持ち悪い。そんな心をえぐられる言葉を幼少の頃から吐かれ続けた美亜は、引きこもりになっては、また外に出る──を繰り返す、カタツムリ生活を送っていた。
そんな孤独な美亜の心を癒してくれたのは、テレビに映るキラキラした都会の光景。こんなにぎやかで忙しい街なら、人ならざるものが入り込める隙間なんてないだろう。
そう思った瞬間、美亜は都会に強い憧れを持った。
その気持ちは年を重ねても色あせるどころか大きくなり、地元の短大を卒業して兄が働く三大都市の一つ──名古屋に転居したのは当然といえば当然の流れである。
しかし、あっさりと転居できたわけではない。兄こと|星野俊郎《ほしの としろう》は国立高専に進み、手堅く愛知県の大手自動車メーカーに就職したが、両親は美亜の県外就職を許してくれなかった。
地元就職、実家近くでの結婚。それこそが女の幸せだとだ決めつけている両親の説得に手間取り、美亜は就職先を決めることができないまま卒業する羽目になってしまった。
不本意ながら就職浪人となってしまった美亜に救いの手を差し伸べてくれたのは、同居している母方の祖母だった。余談だが美亜の父は、婿養子だ。
齢80を超えても矍鑠としている祖母の|星野鞠子《ほしの まりこ》は、星野家のドンである。
鞠子が俊郎と同居することを条件に名古屋行きを許してくれたのなら、両親とて否とは言えない。おかげで美亜は、大都会東京ではないけれど、まあまあ都会暮らしを手に入れることができた。
……しかし一年半が過ぎた今、美亜は都会生活を謳歌していると思いきや、一人寂しく自宅アパートのベランダで発泡酒を飲んでいる。
「お|兄《にぃ》は、何してるかなぁ」
恋人と同棲するわと言い残して、兄は三か月前に家を出て行った。
両親にオフレコにする代わりに半年間家賃を半分持つと持ちかけられ、即座に兄と同盟を結んだ自分は、現金な奴ではなくて兄想いの妹だ。
親の期待を一身に背負い、真面目に生きてきた兄の初めての冒険を、妹である美亜は心から応援している。
とはいえ、一人になった2DKのアパートはびっくりするほど静かで、ひと月前に初めて付き合った恋人と別れた美亜は、強い孤独を感じてしまう。
残暑が厳しかった9月はあっという間に過ぎて、もう10月だ。
日暮れは早くなり、風は日に日に冷たくなっていく。それだけでも感傷的な気分になるというのに、冬になったら一体自分はどうなってしまうのだろう。いっそ亀でも飼おうか。いや、駄目だ。あいつは冬眠する。
そんなとりとめもないことを考えながら、美亜は発泡酒をごくごく飲む。本当はビールが飲みたいけれど、もうすぐやってくる給料日までは我慢だ。
「あと5日か……」
兄が家賃を援助してくれているおかげで、生活は楽でもなければ苦でもない。ただ恋人と別れたばかりの美亜の心は寂しくてたまらない。恋人がいなかったあの頃、どうやって日常を過ごしていたのだろう。少なくとも、こんな寂しさを感じたことはなかったはずだ。
孤独は人の心を弱らせる。そして、弱った心には魔が入り込む。普段は意識して見ないようにしている人ならざるものが、一瞬の隙をついて美亜の視界に映りこんでしまった。
「っ……!!」
名古屋に転居してから一度も見ていなかった人ならざるものは、びっくりするほど鮮明だった。
人の姿でありながら、耳と尻尾が生えた狐人。平安時代の衣装を身にまとい、屋根から屋根へと軽やかに移動するその姿は恐ろしいはずなのに、狐人の横顔が規格外のイケメンだったせいで、うっかり魅了されそうになる。
しかしトキメキそうになった美亜だが、すぐに青ざめた。ふいにこちらを向いたイケメン狐人と、ガチッと目が合ってしまったのだ。その顔に、見覚えがある。
「……え、|指宿《いぶすき》……課長?」
声に出してみたものの、派遣先の冷血上司が狐人だなんてありえない。きっと見間違えただけ。そうに違いない。
上司の顔を思い出してすっかり酔いが醒めてしまった美亜は、空になった発泡酒の缶をぐしゃりと握り潰した。
「最悪っ、明日は売上データの推移グラフの提出日だったの思い出しちゃったじゃん。あーもー……寝よ。うん、ちょっと早めに出社したほうがいいし、もう寝よう」
冷蔵庫にはまだ発泡酒があるけれど、もう飲みたいとは思えない。美亜はノロノロと室内に戻ると、歯を磨いてベッドに直行した。
明日も変わらぬ一日が始まると、信じて疑わずに──
Hari ini, Rofiq merasa begitu kesal. Bagaimana tidak? Waktu berduaan dengan Lintang ketika makan siang, harus pupus dengan kehadiran Salma yang tiba-tiba. Padahal, Lintang baru menemaninya setengah jam. Biasanya, dia akan berada di ruang kerja Rofiq selama satu jam lamanya.Dan sore ini, rencana Rofiq yang akan pulang ke apartemennya pun harus gagal. Karena sejak siang, Salma benar-benar menunggu dirinya untuk pulang bersama. Tentu saja, dengan berat hati ia mengantarkan istrinya itu pulang dalam satu mobil.Selain rumah pribadi, apartemen yang Rofiq beli atas nama Lintang adalah tempat kedua ia bersinggah. Tidak hanya bersinggah, tetapi juga bersenang-senang karena terkadang Lintang pun berada di sana. Rofiq akan menghabiskan waktu di apartemennya, jika hatinya terasa gundah, seperti yang dialaminya sekarang.“Mau temani aku gak, Mas?” Salma membuka obrolan di tengah-tengah perjalanan pulang ke rumah.Rofiq yang tengah fokus mengemudi, hanya
Pandangan Salma terus menatap mengarah karyawati yang baru saja melangkah keluar, hingga sosok itu sirna oleh pintu yang tertutup. Bergegas, Salma memanfaatkan waktu kosong tanpa siapapun di kantor ini. Semua karyawan nampak sudah mulai menghabiskan waktu istirahat siang mereka. Salma bahkan tidak peduli dengan pesan karyawati tadi, supaya Salma tetap menunggu hingga tamu keluar dari ruang kerja Rofiq.Perlahan, Salma melekatkan tangan ke gagang pintu, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling, untuk memastikan tidak ada yang akan menghentikan tindakannya. Dibukalah pintu itu dengan segera, sambil Salma berucap salam lirih, “Assalaamu’alaikum ...”Awalnya, nada salam itu masih terdengar di telinga. Namun perlahan nadanya turun hingga nyaris tak terdengar, saat pandangan Salma dikejutkan dengan sosok yang berada di dalam ruang kerja suaminya itu.“Mas Rofiq!” seru Salma hingga tanpa sadar, bulatan matanya begitu terlihat.Bet
Tanpa terasa, waktu sudah menjelang siang. Jarum jam pun sudah menunjuk di angka sebelas. Menandakan, satu jam lagi adalah jam istirahat para pekerja, termasuk Rofiq—suaminya. Salma sudah berniat akan mengantarkan makan siang ke kantor Rofiq. Tidak bertemu di pagi hari, setidaknya bisa di siang hari dengan mendatangi kantornya, dan memberikan kejutan makan siang padanya.Salma masih punya waktu satu jam lagi untuk sampai ke sana. Ia bergegas ke kamarnya untuk mempersiapkan diri. Berbekal alamat kantor yang Salma lihat di berkas kantor yang berada di kamar Rofiq, akhirnya ia bisa ke sana tanpa menanyakan pada Rofiq. Tentu karena ia ingin memberikan kejutan.Salma merasa, pria seperti Rofiq memang harus berpasangan dengan wanita agresif. Toh, status dirinya saat ini sudah sah menjadi istri Rofiq. Tentu wajar jika ia bersikap agresif pada suaminya sendiri.Hanya sepuluh menit saja, Salma sudah bersiap dengan gamis panjang berwarna coksu, dipadu dengan jilbab
“Mas, boleh tanya sesuatu?” Salma membuka obrolan setelah selesai makan malam. Posisinya masih duduk di ruang makan. Begitu pula dengan Rofiq—suaminya.“Iya, Dik. Ngomong ajah,” ujar Rofiq mempersilakan.“Kenapa kamu menunjukkan kamarku yang di atas, sedangkan kamar yang kamu pake tidur di kamar itu?” Wajah Salma menunjuk ke arah kamar tamu yang ditempati Rofiq. “Kenapa kita gak sekamar, Mas?” lanjutnya lagi bertanya.Cukup lama Rofiq terdiam setelah pertanyaan Salma terlontar. Fikirannya mulai berkelana, mencari cara untuk bisa memberikan alasan akurat pada wanita yang mulai memasuki daerah pribadinya. Dia istrinya. Namun, Rofiq tidak menginginkan hal itu. Dia tidak ingin menjalani kehidupan rumah tangga layaknya orang lain. Jika bukan karena Lintang, Rofiq tidak akan pernah menjalani pernikahan palsunya itu.Namun, biar bagaimanapun dirinya tetap harus bisa berlakon sesuai rencana. Sesuai drama yang
Sore ini, Rofiq pulang ke rumah lebih cepat dari biasanya. Meeting yang sempat direncanakan setelah jam kerja pun, terpaksa ditunda sampe besok pagi. Rofiq berencana untuk meminta maaf pada Salma atas sikap dinginnya selama ini, sembari memberikan hadiah paket bunga sebagai bentuk keseriusannya. Padahal, rencana itu Rofiq lakukan hanya demi memuluskan rencana busuknya.Setelah berlalu dari toko bunga langganannya, Rofiq melajukan lagi mobilnya ke arah jalan ke rumahnya. Sesampainya di rumah, tempat yang ia tuju pertama kali adalah keberadaan Salma. Namun, penelusurannya ke setiap sudut ruangan di rumahnya, masih belum membuahkan hasil. Salma tidak ia temukan di mana-mana.“Mbok Marni, Salma dimana?” Rofiq menghampiri mbok Marni yang tengah menyetrika.“Eh, Den. Sudah pulang? Tadi, mbok lihat non Salma di kursi panjang dekat kolam renang, Den,” sahut mbok Marni sambil terus melanjutkan pekerjaannya.Rofiq bergegas melangkah menuju t
Pagi ini, hati Salma kembali dirundung gundah yang mendalam. Hatinya begitu hancur, saat melihat kenyataan tentang sikap Sang suami padanya. Sangat berbeda sekali waktu sebelum akad nikah kemarin. Dia bahkan menjanjikan kebahagiaan untuk dirinya yang tentu sudah Salma harapkan sejak lama.Namun sejak Salma pindah ke rumah ini, belum pernah sekalipun ia merasakan kehangatan dari Rofiq—suaminya. Dia begitu sangat dingin. Jangankan menyapa dulu, ditanyai pun begitu nampak ketidaksukaan di raut wajah tampannya. Entah kenapa dia seperti itu. Apakah karena masalah kerjaan di kantor? Atau karena dia memang tidak menginginkan pernikahan ini?Saat ini, Salma hanya bisa termenung di kamarnya. Melontarkan banyak pertanyaan yang terkumpul di otaknya, tanpa bisa mendapatkan jawaban.***“Lintang,” seru Rofiq lirih, seraya menghampiri wanita yang terbalut dress merah maroon duduk di kursi depan meja kerjanya. Rambut panjangnya tergerai indah, hingga s
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments