Share

Bab 3

Author: Alina Tan
last update Last Updated: 2023-07-28 17:10:12

"Empat ribu dollar katamu? Kenapa mahal sekali?"

Sulit bagi Clara untuk mempercayai kata-kata Jessica, sahabatnya itu. Bagaimana mungkin ia bisa segera pindah jika gajinya sebulan bahkan jauh di bawah itu? Tapi di sisi lain, Clara tidak mungkin terus bertahan tinggal bersama Tante Ana dan Jo. Clara tidak ingin kehadirannya menjadi sumber perpecahan bagi rumah tangga kedua Tantenya.

"Iya, memang sangat mahal, Clara. Pendatang seperti kita hanya bisa tinggal di condo dan bukannya HDB. Jadi, yah seperti itulah." Ujar Jessica lagi.

Clara memijat keningnya yang berdenyut. Mengapa susah sekali baginya untuk bisa hidup tenang dan nyaman?

"Lalu dimana kamu tinggal sekarang, Jess? Bisakah aku menumpang di tempatmu?" Pinta Clara memelas.

Namun Jessica tampak keberatan.

"Sungguh, Clara. Bukannya aku tidak mau atau tidak suka padamu. Tapi sekarang aku tinggal bersama kekasihku. Jadi rasanya tidak mungkin jika kamu ikut tinggal denganku. Maafkan aku ya, Clara." Balas Clara dengan menyesal.

Clara manggut-manggut. Tentu saja, mana mungkin Clara akan tinggal bersama Jessica dan kekasihnya. Kehadirannya pasti akan mengganggu privasi mereka.

"Bagaimana kalau kamu mencari roommate saja?" Tawa Jessica memberikan saran.

Clara menatap Jessica bingung.

"Roommate? Maksudmu tinggal bersama orang asing?" Tanya Clara tidak mengerti.

Jessica mengangguk bersemangat.

"Iya, biasanya orang-orang yang juga merasa berat membayar sewa apartemen akan mencari orang yang mau tinggal bersama mereka untuk diajak patungan membayar sewa." Jelas Jessica bersemangat.

Kali ini Clara yang tampak keberatan.

"Tapi aku tidak terbiasa tinggal dengan orang asing, Jess." Ujar Clara pelan.

Jessica tertawa kecil.

"Aku hanya memberikan saran, Clara. Tapi tidak ada salahnya bagimu untuk mencobanya, kan? Daripada kamu harus tinggal bersama pria pelit itu." Tambah Jessica lagi.

Clara merenungi perkataan Jessica itu lamat-lamat. Mungkin Jessica ada benarnya juga. Setidaknya lebih baik tinggal bersama orang yang benar-benar asing dibandingkan tinggal bersama keluarga yang menganggap kita seperti orang asing. Mungkin ide untuk tinggal bersama roommate tidak terlalu buruk.

***

Sejak tadi Clara terus berkutat dengan ponselnya. Ia sibuk mencari seseorang yang mau membagi sewa apartemen dengannya. Tapi bahkan setelah tiga jam berlalu, ia tak kunjung menemukan tempat yang tepat. Entah itu karena harganya yang terlalu tinggi atau lokasinya yang terlalu jauh dari tempatnya bekerja.

"Ah! Aku menyerah! Susah sekali mencari tempat tinggal yang murah!" Keluh Clara kesal dan melempar ponselnya ke kasur.

Clara merebahkan tubuhnya di kasur dan memijat-mijat kepalanya yang pusing. Sialan, susah sekali untuk sekedar hidup tenang dan nyaman. Entah sudah berapa ratus halaman pencarian yang ia baca tapi hasilnya tetap nihil. Apakah memang biaya hidup di Singapura yang terlalu tinggi? Atau memang Clara yang terlalu miskin untuk memenuhinya?

TING!

Ponsel Clara berbunyi pertanda sebuah notifikasi pesan masuk. Sebuah pesan dari Jessica. Mungkin sahabatnya itu juga ikut pusing mencari tempat tinggal baru bagi Clara. Gadis itu dengan cepat membuka pesan yang ia terima. Pesan itu berisi sebuah iklan tentang seseorang yang juga mencari roommate untuk berbagi sewa.

"Harganya cuma 1500 dollar? Berarti aku masih bisa menyisihkan uang 1000 dollar lagi dari gajiku?" Gumam Clara sambil berpikir.

Awalnya Clara ragu dengan tawaran yang tampak terlalu indah itu. Namun tatapan sinis Jo kembali muncul di kepalanya. Ia benar-benar harus pindah sebelum Jo melabelinya sebagai parasit. Clara membalas pesan Jessica untuk mengucapkan terimakasih kepada sahabatnya itu.

Thanks, Jess. Brb gonna check it.

(Terimakasih, Jess. Akau akan memeriksanya sekarang.)

"1500 dollar berarti sekitar 17 juta rupiah? Ternyata banyak juga ya." Gumam Clara lagi.

Ia lalu membuka ponselnya dan mengecek saldo di rekeningnya. Uang yang selama ini ia kumpulkan dengan bekerja serta uang yang diberikan ibunya sebagai bekal Clara untuk merantau. Semuanya berjumlah 20 juta rupiah.

"Berarti sisa tabunganku cuma 3 juta?" Batin Clara lagi.

Namun niat Clara untuk keluar dari rumah Tante Ana sudah bulat. Ia letih hidup dengan merasa serba tidak enak. Lebih baik ia menghabiskan tabungannya daripada hidup bersama Jo yang jelas-jelas tidak menerimanya. Clara segera mengirimkan pesan ke nomor yang tercantum untuk menanyakan iklan yang ia barusan baca.

"Halo, maaf mengganggu. Namaku Clara dan aku baru saja melihat iklanmu di internet. Apakah kamu masih mencari roommate?"

Clara mengirimkan pesan itu. Dan sepersekian detik kemudian, balasan dari lawannya tiba.

"Iya, aku masih mencari roommate. Apakah kamu berminat? Biaya perbulannya 1500 dollar seperti yang ada di iklan. Kamu bisa melihat apartemenku langsung jika memang kamu tertarik."

Clara melonjak senang. Tampaknya si pemasang iklan juga sedang dalam posisi genting. Mungkin Clara bisa menawarnya sedikit dan segera pindah kesana. Clara kembali mengetikkan pesan untuk membuat janji dengan si pemasang iklan.

"Kalau boleh aku ingin melihat apartemenmu besok sepulang aku bekerja. Apakah kamu keberatan jika aku berkunjung pada pukul 7 malam?"

Clara menunggu lagi balasan pesannya. Ponselnya kembali berbunyi dan ia segera membukanya.

"Baiklah, aku akan menunggumu jam 7 malam besok."

Clara girang. Ia sudah tidak sabar menunggu datangnya hari esok. Ia sungguh ingin cepat-cepat melihat tempat tinggal barunya dan seperti apa gadis yang akan menjadi teman serumahnya.

***

Hari ini Clara sudah sepakat untuk bertemu dengan pemilik apartemen itu. Calon roommatenya. Sepulang kerja, ia langsung pamit kepada atasannya dan juga Tante Ana.

"Kamu mau kemana, Clara? Kok sepertinya buru-buru sekali?" Tanya Tante Ana bingung.

"Eh, aku mau bertemu dengan Jessica, Tante. Kami sudah berjanji akan pergi jalan-jalan." Jawab Clara berbohong.

Tante Ana hanya mengangguk-angguk tanpa rasa curiga. Lalu dengan secepat kilat, Clara pergi dari restoran tempatnya bekerja.

"Kalau dari maps, sepertinya tempatnya dekat." Gumam Clara.

Dan memang benar. Hanya butuh 10 menit berjalan kaki, Clara tiba di tempat itu. Sebuah kondominium bertingkat 20 yang tampaknya baru dibangun. Itu berarti harganya seharusnya cukup mahal. Clara mulai merasa ada yang tidak beres dengan harga semurah ini. Namun ia membuang jauh-jauh pikiran negatifnya dan segera masuk ke gedung itu. Ia menekan angka sepuluh di lift dan dalam sekejap Clara sudah sampai di lantai yang ia tuju.

Clara melangkahkan kakinya keluar dari lift dan pandangannya menyebar ke seluruh penjuru koridor. Ia mencari unit nomor 1005, unit dimana calon roommatenya tinggal.

"Wah, pasti gadis ini orang yang sangat kaya. Bagaimana mungkin ia bisa tinggal di tempat semewah ini?" Ucap Clara takjub sambil melihat ke arah sekitarnya.

Setelah menemukan unit yang dimaksud, Clara membunyikan belnya. Beberapa menit menunggu, Clara mendengar langkah kaki yang mendekat ke arah pintu. Ia sedikit deg degan karena akan bertemu dengan calon teman sekamarnya. Tapi Clara sungguh antusias dan tidak sabar lagu.

CKLEK!

Pintu terbuka dan Clara merasa bingung ketika ia melihat seorang pria yang menyambutnya. Pria yang mungkin sebaya dengannya dan tersenyum kikuk menatap Clara.

"Ah, maaf mungkin aku salah menekan bel." Ucap Clara ragu.

Clara kembali mengecek nomor yang tercantum di pintu unit itu. Tempat itu adalah tempat yang benar. Tiba-tiba terlintas sebuah pencerahan di kepala Clara.

"Apakah kamu adalah MilkBun22?" Ujar Clara bertanya pada pria itu.

Pria itu mengangguk. Namun wajahnya tampak bingung karena Clara mengetahui nama internetnya.

"Kamu yang mencari roommate?" Tanya Clara lagi.

Pria itu kembali mengangguk dan semakin tampak tak mengerti. Lalu seperti menyadari sesuatu, baik Clara maupun pria itu tampak kaget. Mereka secara berbarengan menunjuk satu sama lain dengan wajah tak percaya.

"Kamu laki-laki?"

"Kamu perempuan?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 120

    Ansel dan Clara tiba di kamar pengantin mereka. Ansel sengaja menyewa kamar dengan pemandangan terbaik di Castle Bromwich Hall, salah satu hotel dengan desain klasik yang paling menakjubkan di Birmingham. Ia akan membuat malam ini menjadi malam paling romantis bagi mereka berdua.Kedua tangan Ansel menggendong Clara layaknya seorang pengantin wanita. Ia membawa istrinya masuk ke dalam kamar itu sembari sesekali mencuri ciuman ke bibir Clara. Tawa Clara terdengar renyah dan menghangatkan hati Ansel.Sesampainya di kamar, Ansel segera menurunkan Clara dan gadis itu berseru senang sembari memeluk Ansel erat."Kita akhirnya menjadi suami isteri, Sayang!" Seru Clara bahagia.Ansel mendaratkan sebuah ciuman singkat di bibir Clara. Matanya lalu menatap Clara dengan penuh cinta seolah cinta itu bisa menenggelamkan Clara saat itu juga. Tangan Ansel menarik turun resleting gaun yang dipakai Clara dan pakaian putih itu dengan cepat meluncur ke kedua kaki Clara. "Tidak sabar lagi, hmm?" Goda Cla

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 119

    Semuanya bak mimpi yang begitu indah. Taman yang cantik ini, suasana yang begitu romantis, dan Ansel yang berlutut dengan cincin di hadapannya. Clara begitu terkejut hingga ia tak bisa mengatakan apapun. Satu-satunya reaksi yang bisa ia keluarkan hanyalah menangis. Tangisan haru yang meleleh dari kedua matanya."Clara Deolindra, will you marry me?"Ansel mengatakan itu dengan senyuman yang begitu lebar. Seolah kebahagiaan begitu besar ada di depan matanya sekarang."Aku sangat mencintaimu, Sayang. Aku bahkan tidak bisa membayangkan masa depan dimana tidak ada kamu di dalamnya. Dan kejadian kemarin membuat aku sadar betapa aku tidak ingin kehilangan dirimu." Ujar Ansel lembut.Ia mendongakkan wajahnya dan menatap ke arah Clara yang menangis terharu. "Jadi, maukah kamu bersamaku selamanya sebagai isteriku, Sayang?"Tak ada keraguan sama sekali di hati Clara. Sejak lama ia mendambakan hari dimana Ansel akan melamarnya. Berandai-andai dengan mimpi yang sepertinya tak akan pernah tergapai

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 118

    Kondisi Clara sudah jauh membaik sejak kesadarannya pulih. Alat bantu yang mempertahankan hidupnya sudah dilepaskan satu persatu dan bahkan Clara sudah diperbolehkan untuk keluar dari ruangannya untuk berjalan-jalan sejenak.Dan kebahagiaan teramat besar dirasakan Ansel, Elliott, serta Adeline. Bagaikan diberi keajaiban yang luar biasa, ketiganya tak henti tersenyum setiap kali melihat perkembangan pada kondisi Clara.Hari ini, tepat tiga minggu Clara berada di rumah sakit. Hari ini juga merupakan hari dimana dokter sudah memperbolehkan Clara untuk pulang. Pukul sebelas siang, Ansel dan Clara siap pergi meninggalkan rumah sakit itu. Ansel mendorong Clara yang berada di atas kursi roda untuk menyusuri koridor rumah sakit."Kita akan pulang hari ini, Sayang. Kamu senang?" Tanya Ansel bersemangat.Clara mengangguk mantap. Sejujurnya ia sudah sangat muak berada di rumah sakit. Tidak bisa melakukan apapun dan yang ia lakukan hanyalah terbaring di ranjang seharian. Clara merindukan rutinita

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 117

    Kedua pria itu begitu larut dalam pikirannya masing-masing. Hingga akhirnya Ansel memutuskan untuk memecahkan keheningan dengan menegur sang ayah."Ada apa, Dad?"Elliott berdeham. Ia memutar tubuhnya untuk menghadap ke arah puteranya itu. Tatapannya serius dan Ansel seolah mengerti apa yang ingin dikatakan ayahnya saat itu."Tentang Mom?" Tanya Ansel pelan.Elliott mengangguk. Ansel mengusap wajahnya dengan kasar."Ada apa lagi? Apa yang Mom keluhkan kepadamu kali ini?""Aku memintamu untuk memaafkan Mom, Ansel. Apakah kamu bisa melakukannya?" Elliott bertanya dengan begitu hati-hati. Ia tahu permintaannya itu sangat sulit dikabulkan Ansel sekarang. Setidaknya hingga Clara sadar.Ansel tertawa pahit. Ia lalu mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Clara yang masih terbaring dalam koma di atas ranjangnya."Setelah semua hinaan yang diberikannya pada Clara, Dad? Kurasa tidak, Dad." Ucap Ansel lirih.Elliott menghela nafas berat. Ia memegang pundak Ansel dan meremasnya pelan. Puteranya

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 116

    Tiga hari berselang, kondisi Clara dinyatakan jauh lebih baik. Walaupun belum sadar dari pingsannya, Clara sudah bisa dipindahkan ke kamar perawatan umum. Dan Ansel bisa merawat kekasihnya dan berada di sisinya setiap saat."Iya, Clara akan baik-baik saja, Bu. Maafkan aku karena semua ini terjadi saat Clara bersamaku. Tapi aku berjanji aku akan merawat Clara dengan baik." Ansel mengakhiri pembicaraannya di telepon. Ia menatap layar ponselnya dengan kosong. Helaan nafasnya terdengar berat namun Ansel memaksakan senyum tersungging di bibirnya.Ia kembali masuk ke kamar tempat Clara dirawat dan duduk di sisi ranjang."Ibumu menelepon, Sayang. Dia sangat mengkhawatirkanmu. Tapi aku sudah mengatakan kepadanya bahwa kamu akan baik-baik saja. Iya kan?"Hening. Gadis yang ditanya pun tidak menjawab apa-apa. Clara masih tertidur bak puteri di dalam dongeng. Wajah cantiknya tampak pucat dan Ansel tersenyum getir melihatnya.Ansel meraih tangan kekasihnya itu, meremasnya lembut, dan menciumnya

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 115

    Kabar itu datang bagaikan petir di siang bolong. Menyadarkan Ansel dari segala lamunannya dan menghentakkannya kembali ke bumi. Begitu hancur hingga rasanya ia tak sanggup untuk menatap lurus ke depan.Dua kata. Hanya dua kata yang dikatakan ibunya di telepon. Tapi dua kata itu sukses menjungkirbalikkaan kehidupan Ansel. Membuatnya berlari dengan nafas memburu seperti orang gila.Clara kecelakaan. Kekasihnya mengalami kecelakaan. Dan bagaimana keadaan Clara sekarang? Apakah ia baik-baik saja? Astaga, Ansel bahkan belum sempat berbicara dengannya tentang kesalahpahaman kemarin. Dan semuanya sudah menjadi kacau seperti ini dalam satu kedipan mata.Dengan terburu-buru, Ansel memacu mobilnya ke rumah sakit tempat Clara dilarikan. Ia tak peduli bagaimana kacaunya ia terlihat saat itu. Persetan dengan dasinya yang masih belum terikat dan sepatunya yang ia pakai secara asal-asalan. Yang terpenting bagi Ansel sekarang hanyalah melihat Clara. Tidak ada yang lain.Dua puluh menit memacu mobilny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status