Share

Bab 5

last update Last Updated: 2024-11-24 15:18:38

Belum sempat Alyssa menoleh, dengan gerakan yang sangat cepat Roy memindahkan nasi yang telah dikunyah dari mulutnya ke mulut Alyssa menggunakan bibirnya, Alyssa yang terkejut berusaha memberontak, tapi tak bisa karena Roy menahan tengkuknya dengan salah satu tangan pria itu, sedangkan tangan yang lainnya Roy gunakan untuk menekan kedua pipi Alyssa agar wanita itu membuka mulutnya. Setelah makanan itu masuk ke dalam mulut Alyssa, dengan cepat Roy langsung menahan dagu Alyssa agar mulut wanita itu tidak terbuka. “Telan, cepat!” titah Roy dengan halus, namun penuh penekanan bahwa dia tidak mau dibantah.

Alyssa menggeleng. Wanita itu ingin memuntahkan makanan di mulutnya, tapi mulutnya tidak bisa ia buka karena ditahan oleh Roy. “Telan, atau aku yang akan memakanmu,” ancam Roy sekali lagi, namun Alyssa tetap menggeleng mencerminkan penolakannya pada Roy.

Roy yang kesal lantas kembali mengunyah makanan itu dan memindahkannya ke mulut Alyssa lagi untuk yang ke dua kalinya. Namun, jika yang pertama langsung ia lepas agar Alyssa menelan makanan itu, kini pria itu tak melepaskan bibirnya dari mulut Alyssa, Roy justru melilitkan lidahnya pada lidah Alyssa agar Alyssa cepat menelan makanan itu, dan sesuai dengan prediksinya, Alyssa akhirnya menelan makanan itu.

Namun, bukannya Roy melepaskan lilitan lidahnya, pria itu justru terbawa arus menikmati bibir mungil Alyssa. Pria itu justru memagut bibir Alyssa dengan lembut dan membawa tubuh Alyssa hingga terbaring di atas ranjang. Roy menekan tubuh Alyssa dengan badan kekarnya agar Alyssa tidak kabur. Tangan Alyssa yang sejak tadi memukul-mukul badan Roy, kini kedua tangan itu Roy genggam dengan erat agar tak mengganggu acara pagutannya bersama Alyssa.

Semakin lama, bukannya Roy puas, pria itu justru merasa semakin bergairah. Lelaki bernama Roy Johnson Maxwell itu menurunkan bibirnya dan menghirup aroma tubuh Alyssa. Meski Alyssa belum mandi seharian, tapi wanita itu sama sekali tidak bau badan. Ada sedikitpun bau kecut di tubuh Alyssa, yang ada justru wangi parfum yang masih menempel di tubuh Alyssa meski sudah sejak malam tadi Alyssa memakainya.

Kepala Roy terangkat menatap mata Alyssa. “Mulai malam ini, kamu adalah milikku,” ujar Roy dengan datar, seolah mempertegas posisinya sebagai penguasa. “Aku tidak ingin ada perlawanan atau drama darimu, paham?” Alyssa hanya mampu terdiam menatap mata Roy yang terlihat tenang, tapi tajam. Wanita itu menelan ludahnya dengan kasar, berusaha meredam ketakutan di dalam dirinya.

“Aku mohon … biarkan aku pergi. Aku tidak mau di sini,” bisik Alyssa dengan suara bergetar menahan tangisnya yang akan pecah.

Roy yang mendengar permintaan Alyssa hanya tertawa kecil seraya tersenyum miring yang tampak sangat menakutkan. “Kamu tidak punya pilihan, Alyssa. Suamimu sudah menyerahkanmu padaku. Mulai sekarang kamu harus melakukan apa pun yang kuminta, atau kamu akan tahu sendiri akibatnya.” Ancaman di balik kata-kata Roy membuat tubuh Alyssa semakin kaku. Ia tahu pria ini bukanlah orang biasa. Di balik sikap dinginnya, ada bahaya besar yang akan mengintainya. Alyssa melihat mata Roy yang penuh kekejaman, menegaskan bahwa pria ini tak akan ragu melakukan apa pun untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

“Habiskan makan malam mu,” titah Roy. “Atau mau aku suapi dengan bibirku lagi?” lanjut Roy seraya tersenyum miring membuat bulu kuduk Alyssa berdiri merasa takut.

Dengan cepat Alyssa menggeleng. “Tidak. Aku bisa makan sendiri.”

Roy mengambil piring yang tadi ia pegang sebelum ia menaruhnya di pinggir ranjang. “Kalau gitu makan sekarang,” pungkas Roy sembari memberikan piring itu pada Alyssa.

Saat Alyssa akan menyendok nasi ke mulutnya, matanya terheran melihat Roy yang tetap berdiri di sampingnya sambil menatapnya dengan intens. “Kenapa kamu masih di sini?” tanya Alyssa takut-takut.

“Aku akan mengawasimu sampai makananmu habis,” jawab Roy. Masih dengan wajah datarnya.

Alyssa lantas mulai menyuapkan makan malam itu ke dalam mulutnya. Meski awalnya ia sama sekali tak nafsu makan, tapi saat Alyssa merasakan makanan yang tengah dikunyahnya, seketika nafsu makannya mulai naik. “Ternyata enak juga,” batinnya sembari tersenyum tipis, tapi saat ia tersadar ada Roy di sampingnya, Alyssa seketika mengubah ekspresinya seolah ia tak merasakan apa pun.

Roy yang melihat sikap Alyssa diam-diam tersenyum tipis tanpa Alyssa ketahui. Pria itu tak habis pikir dengan wanita di depannya, kenapa ada wanita sekeras kepala ini, padahal perempuan di luar sana sangat mudah ia taklukkan hanya dengan uang yang dia punya, tapi Alyssa justru menangisi pria bodoh yang dengan mudahnya menjual wanita berharga seperti Alyssa.

“Pergilah, makananku sudah habis,” ucap Alyssa tanpa melihat Roy.

Namun, bukannya keluar, Roy justru mengambil piring yang akan Alyssa taruh di atas nampan. “Biar aku taruh.” Setelah piring itu Roy taruh di atas nampan, pria itu kemudian memberikan air minum untuk Alyssa. Alyssa menerimanya dengan takut, lalu meminumnya dengan beberapa tegukan. Lagi-lagi Roy mengambil gelas dari tangan Alyssa dan menaruhnya di tempat semula, sedangkan Alyssa hanya mengamati apa yang akan dilakukan oleh pria di dekatnya ini.

Terlihat tangan Roy mengambil mangkuk berisi buah-buahan yang telah dipotong-potong dari atas nampan, Alyssa pikir Roy yang akan memakannya, tetapi di luar dugaan, ternyata Roy justru memberikannya pada Alyssa. “Makanlah, untuk cuci mulut,” ujar Roy.

“Aku sudah kenyang,” balas Alyssa cuek.

“Ck, kau ini selalu menolak pemberianku. Mau aku suapi seperti tadi?” Lagi-lagi ucapan Roy mampu membuat Alyssa tak berkutik. Dengan enggan Alyssa mengambil mangkuk itu dan menghabiskan buah-buahan itu.

Melihat Alyssa menghabiskan makan malamnya, tangan Roy terulur mengelus pucuk kepala Alyssa dengan lembut. “Pintar,” kata Roy yang kemudian menaruh mangkuk buah itu pad nampan di atas nakas.

“Beristirahatlah yang cukup agar besok kau bisa melayaniku dengan baik,” ucap Roy sebelum pria itu pergi meninggalkan kamar Alyssa dengan membawa nampan berisi piring dan gelas kotor bekas makan malam Alyssa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Terlarang Tuan Mafia    Bab 35

    Mobil mewah memasuki halaman rumah yang tampak begitu megah, berhenti di depan pintu dengan jarak sekitar lima meter. Roy menoleh, menatap wajah cantik Alyssa yang bersandar di bahunya dengan mata yang terpejam. Tampaknya ia ragu untuk membangunkan Alyssa, sementara supirnya sudah membukakan pintu untuknya. Akhirnya, Roy mengangkat Alyssa dengan perlahan supaya Alyssa tak terbangun. Seorang pelayan dengan sigap menghampiri mobil tuannya, berdiri di depan Jerry dengan memegang payung besar guna memayungi majikannya. Roy keluar dari mobilnya dengan menggendong Alyssa ala bridal style, sedangkan Bi Ningrum memayungi keduanya hingga sampai di depan pintu, lalu memberikan payung itu pada pelayan yang lain untuk disimpan di tempat semula, sementara Bi Ningrum menyiapkan minuman untuk majikannya. Begitu minuman yang ia bikin sudah siap, Bi Ningrum dengan dibantu pelayan lainnya, lantas meletakkan minuman-minuman itu di atas nampan-nampan yang telah mereka siapkan, satu untuk Roy, dan sat

  • Terjerat Cinta Terlarang Tuan Mafia    Bab 34

    Pria itu kemudian sedikit menjauhkan badannya dari Alyssa, mengusap air mata itu dengan lembut, menatapnya dengan raut wajah bersalah. “Alyssa?” panggilnya berbisik. Suaranya bahkan hampir tak terdengar saking pelannya. “Apa sakit? Maaf jika aku mencium 'mu terlalu kasar. Sakit, ya?” Roy meniup pelan bibir Alyssa yang terlihat sedikit bengkak akibat ulahnya. “Maafkan aku.” Roy kembali meminta maaf merasa bersalah pada Alyssa. Namun, Alyssa justru meremas baju di bagian dadanya seakan memberitahu jika dadanya teramat sakit menerima takdir pahit yang selalu datang kepadanya. Mata Roy tak lepas dari gerak-gerik yang dilakukan Alyssa, ia menggenggam halus tangan Alyssa sambil bertanya, "Kenapa? Apa yang sakit?" Namun, Alyssa hanya diam, matanya tetap terpejam dengan diiringi air mata yang terus keluar. "Hey, please ... jangan nangis, dong? Tolong jangan bikin aku panik, Alyssa." Roy mengusap lembut pipi Alyssa, ia menatap sedih pada wanita di hadapannya yang terlihat sangat hancur.

  • Terjerat Cinta Terlarang Tuan Mafia    Bab 33

    Lagi-lagi Alyssa hanya menggeleng. Roy spontan mengepalkan satu tangannya melihat respon Alyssa yang jelas terlihat kalau Alyssa sedang tidak baik-baik saja. Pria itu menoleh ke arah Tiffany, meminta jawaban dari sikap Alyssa yang tampak badmood, namun Tiffany hanya menggeleng sebagai jawaban kalau dia tidak tahu Alyssa kenapa. “Mau pulang?” tanya Roy. Tangannya mengusap lembut rambut Alyssa dengan penuh kasih sayang, tatapannya sangat terpancar jika pria itu benar-benar mencintai Alyssa. “Beri aku waktu sebentar,” tukas Alyssa tanpa ingin dibantah. Roy mengangguk, lalu menyandarkan tubuhnya pada kursi yang ia duduki. Satu tangannya masih terus membelai lembut rambut Alyssa, berharap wanita di sampingnya kembali ceria seperti saat mereka berlatih tadi. “Tak usah memikirkan hal yang tidak penting, Baby. Cukup nikmati hidupmu di samping ku, maka akan ku pastikan kau bahagia bersamaku selamanya,” bisik Roy yang kemudian mengecup singkat pucuk kepala Alyssa cukup lama, sedangkan A

  • Terjerat Cinta Terlarang Tuan Mafia    Bab 32

    Dengan cepat wanita itu menggeleng, “Maaf, saya tidak tahu, Nyonya.” “Oh … ya sudah kalau gitu, biar saya tunggu di sini saja.” Alyssa mendudukkan pantatnya pada kursi yang ada di gazebo tersebut. “Baik, Nyonya. Saya akan jaga Nyonya dari situ,” ucapnya sambil menunjuk bangku yang tidak begitu jauh dari Alyssa. Alyssa spontan menoleh cepat, melihat pelayan itu berjalan ke arah bangku yang tidak jauh darinya. “Mbak, gak perlu jagain saya gak apa-apa, kok. Mbak lanjut kerja aja,” seru Alyssa yang merasa sedikit tak enak hati. “Gak apa-apa, Nyonya, sudah tugas saya untuk menemani pelanggan.” Wanita itu lantas mendudukkan bokongnya di salah satu kursi yang ada di gazebo, tentunya tidak jauh dari Alyssa untuk tetap menjaga Alyssa, hanya berjarak dua meter dari kursi yang Alyssa duduki. “Bosnya gak marah Mbak, kalau Mbak nemenin saya?” tanya Alyssa. Ia takut kalau nanti pelayan itu dimarahi oleh bosnya karena menemani dirinya. “Tidak, Nyonya. Bos saya justru akan marah kalau saya tida

  • Terjerat Cinta Terlarang Tuan Mafia    Bab 31

    “Jadi benar kau selingkuh dariku?” Alex menatap Tasya dengan penuh emosi. Tasya menoleh, menatap Alex sambil tersenyum miring. “Selingkuh? Dia calon suamiku, dan aku tidak pernah mengkhianatinya,” tukas Tasya melirik sinis. “Jadi selama ini kau mempermainkanku?” seru Alex dengan wajah yang telah memerah menahan amarah. Tasya terkekeh pelan, “Hidup itu memang seperti permainan. Kita tinggal memilih, menjadi pemainnya, atau yang dimainkan,” celetuk Tasya. Alex yang semakin terbawa emosi lantas mengepalkan kedua tangannya, lalu menarik-nariknya dan berusaha mengeluarkan tangannya dari ikatan besi yang menjeratnya. Namun, sayangnya hal itu sia-sia baginya. Tasya dan pria di sampingnya berbalik menghadap Roy, “Tugas saya sudah selesai, King. Kami izin untuk kembali berjaga,” pamit Tasya dengan membungkukkan sedikit badannya kepada Roy, lalu keduanya keluar dari ruangan itu setelah Roy memberi kode lewat gerakan telunjuknya. Tatapan Alex terkejut, “Jadi, dia orang suruhan Roy?” batin

  • Terjerat Cinta Terlarang Tuan Mafia    Bab 30

    Di sebuah ruang bawah tanah yang agak gelap, terlihat seorang pria terikat di dinding berwarna abu-abu. Kedua tangan dan kakinya diikat dengan rantai besi yang berat, memaksa tubuhnya tetap bersandar tegak pada dinding. Wajahnya penuh luka dan lebam, bekas pertarungan atas perlawanannya saat akan ditangkap oleh anak-anak buah Roy. Matanya memancarkan kelelahan, tetapi ada kilatan amarah yang belum padam. Terlihat darah yang telah mengering di bagian pelipis dan sudut bibirnya. Di sekelilingnya tak terdengar suara apapun, sangat sunyi dan sepi. Dalam kesunyian, pria itu tampak merencanakan sesuatu, menunggu momen yang tepat untuk membebaskan dirinya dari rantai-rantai yang mengikatnya. Namun, dia tidak tahu bahwa tepat di balik pintu tebal itu, dua penjaga berpakaian serba hitam berdiri dengan wajah tanpa ekspresi, dan tangan mereka masing-masing menggenggam senjata api. Dari jauh, terdengar suara langkah pelan namun tegas. Seorang pria dengan setelan santai namun tetap terlihat el

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status