Share

Bab 110

Author: Mita Yoo
last update Huling Na-update: 2025-10-23 22:58:27

Pagi harinya, Laura terbangun dalam pelukan Argo. Semalam, setelah Argo menciumnya, pria itu tak meneruskan sentuhan lainnya. Dia hanya membiarkan Laura bercerita lalu tertidur bersama.

Argo mengerang, perlahan membuka matanya. Pandangan kaburnya langsung menemui wajah Laura yang sudah terjaga, hanya berjarak beberapa inci darinya. Ingatan semalam segera menyerbu ingatannya. Ciumannya, suara Laura yang lembut bercerita, dan bagaimana akhirnya mereka tertidur dalam pelukan, kembali dengan jelas di benaknya.

Wajahnya langsung memerah. Dia dengan cepat melepaskan pelukannya dan duduk, merasa sedikit kikuk. Selamat … Pagi, Laura. Aku ... maaf,” gumamnya, mengusap tengkuknya yang tiba-tiba terasa kaku.

Argo takut jika dia telah melampaui batas.

Namun Laura hanya tersenyum, sebuah ekspresi tenang yang jarang terlihat akhir-akhir ini. “Untuk apa minta maaf?” tanyanya lembut. “Aku yang memintamu tidur di sini semalam.”

La
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 168 (21+)

    Malam itu, pulang dari Kedai Kopi milik Pak Roni, Reve menghentikan motornya di sebuah toko. Sebuah toko kelontong kecil yang terang benderang, berdiri kontras dengan jalanan yang sudah gelap.Lonceng toko berbunyi nyaring saat Reve mendorong pintu kaca itu. Udara di dalamnya beraroma disinfektan dan plastik baru. Reve, dengan kerah jaketnya dinaikkan, matanya langsung memindai rak-rak yang berjejal.Langkah kakinya berhenti di depan rak yang penuh dengan berbagai macam perekat. Jari-jarinya yang panjang meraih sebuah gulungan lakban hitam, memutarnya di telapak tangan, merasakan permukaannya yang kasar dan dingin. Tanpa ragu, ia melemparkannya ke keranjang belanjaan anyaman plastik yang digantungnya di siku.Beberapa langkah lagi, ia berhenti di depan rak aksesoris. Matanya, yang biasanya penuh dengan intensitas yang mengganggu, kini tampak fokus dan penuh perhitungan. Di antara berbagai jepit rambut dan ikat kepala, sebuah penutup mata bel

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 167

    Reve mematikan mesin motor dan membantu Laura turun, tangannya masih erat menggenggam tangan istrinya sampai mereka masuk ke rumah.Mereka lalu saling membasuh tubuh dengan air hangat. Laura tak bisa berhenti menahan dirinya untuk tidak menggoda Reve dengan ciuman-ciuman lembut.“Sayang, kau ingat aku harus bekerja?” kata Reve.Laura tertawa pelan. “Baiklah.”Usai membersihkan diri dan makan malam sederhana, mereka lalu menuju ke kedai kopi milik Pak Roni. Di sana, Reve melakukan pekerjaannya.Reve berdiri di belakang meja kasir. Pekerjaan menjadi kasir sekaligus barista membuatnya sibuk.Kedai kopi Pak Roni dipenuhi suara mesin espresso yang mendesis dan obrolan pelanggan. Reve sibuk bergerak di belakang konter, wajahnya fokus saat membuat pesanan. Laura duduk di bangku tinggi dekat etalase kue beraneka rasa dan bentuk, jari-jarinya memutar-mutar sendok di cangkir kopinya yang sudah hampir habis.

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 166

    Matahari sore mulai merendah, menyinari toko bunga Madam Letisha dengan cahaya keemasan. Reve baru saja memarkir motornya di depan toko bunga milik wanita tua itu. Dan dengan langkah cepat, ia menghampiri Laura yang sedang menyiram tanaman. Tanpa banyak bicara, Reve merangkul pinggang Laura dari belakang, menaruh dagunya di pundaknya.Laura tersenyum, mencondongkan tubuhnya ke belakang, menyandar pada dada Reve yang kokoh. Tangannya yang memegang penyiram tanaman turun, membiarkan Reve mengambil alih. Reve dengan lembut menyelesaikan penyiraman, lalu mencium pelipis Laura dengan lembut.Madam Letisha, yang mengamati dari balik jendela toko, mengangguk pelan. Sebuah senyum lega dan bahagia mengembang di wajahnya yang berkerut. Matanya yang tajam menyipit, menyaksikan bagaimana Reve dengan natural mengambil alih tas Laura, membukakan helm untuknya, dan dengan hati-hati mengikatkan tali helm di bawah dagu Laura.“Dulu,” gumam Madam Letisha pada

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 165

    Klinik Dylan baru saja dibuka, udara pagi yang segar masih bercampur dengan aroma disinfektan. Reve memarkir motornya dengan lancar di tempat biasa, dan saat ia melepas helm, sebuah senyum lebar masih terpancar jelas di wajahnya, menghangatkan sisa-sisa embun di dinginnya pagi.Dylan bersandar di ambang pintu, tangan kanannya masuk ke saku jubah putihnya, mengamati Reve yang mendekat dengan tatapan penuh selidik. Sebuah senyum kecil yang memahami muncul di sudut bibirnya. “Aura pengantin baru memang selalu berseri-seri, ya?” godanya, suaranya ringan.Reve hanya menggeleng sambil tertawa pelan, matanya yang biasanya tajam kini terlihat lembut. Ia menepuk bahu Dylan dengan akrab. “Semoga kau segera menyusul, Bro!”Dylan berpura-pura menghela napas panjang, bahunya turun sedikit. “Ya. Tapi sepertinya aku belum menemukan orang yang tepat,” keluhnya, meski matanya masih berbinar.Reve membuka pintu kaca klinik untuk mereka berdua, b

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 164 (21+)

    Uap hangat terus mengepul, membungkus mereka dalam kabut hangat yang intim. Reve masih duduk di belakang Laura, tubuhnya membentuk benteng yang hangat. Setelah membasuh busa dari punggung Laura, tangannya yang masih basah dan hangat mulai menjelajah lebih jauh.Kedua tangan Reve yang besar perlahan bergerak dari pinggang Laura, menyusuri lekuk samping tubuhnya yang basah. Jari-jarinya yang panjang meraba tulang rusuknya yang halus, merasakan setiap tarikan napas Laura yang semakin dalam.Perlahan, telapak tangannya yang terbuka naik lebih tinggi, hingga ujung jari-jarinya menyentuh bagian samping payudara Laura. Kulitnya yang halus dan basah terasa seperti sutra di bawah sentuhannya. Laura menarik napas tajam namun pendek, tubuhnya sedikit bergerak di pangkuan Reve.Kedua ibu jari Reve kemudian dengan sengaja menyapu lembut melintasi puncak payudaranya, menyentuh putingnya yang sudah mengeras akibat suhu udara dan sentuhan darinya. Sebuah ge

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 163 (21+)

    Di bawah cahaya lilin yang temaram, tubuh Laura bagai terlepas dari kendali. Setiap ototnya menegang, menari mengikuti irama jari Reve yang semakin menjadi. Kasur berderit lembut menahan gerakan mereka. Keringat membasahi pelipis Laura, rambutnya menempel di dahi yang berkerut. Bibirnya yang merah terbuka, mengeluarkan desahan-desahan pendek yang putus-putus. “Tolong ... hentikan ... aku tidak sanggup …” Reve hanya tersenyum, senyum kecil penuh kendali. Matanya yang gelap tak lepas dari wajah Laura yang tersiksa kenikmatan. “Kau mau apa, Sayang?” bisiknya, sementara jari tengahnya terus bergerak memutar dengan tekanan sempurna tepat di titik paling sensitif. Laura menggeleng liar, tangannya mencengkram lengan Reve. “Langsung saja ... Reve ... tolong …” “Ulangi,” desaknya. Napas Reve membelai telinga Laura. “Aku suka mendengar suaramu seperti ini.”

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status