Share

Bab 5

Author: Lucy
Anak muda ini ... tampan sekali!

"Ini adalah menantuku itu, 'kan?" tanya Lili sambil berdiri dengan penuh semangat.

"Halo, Ayah, Ibu. Aku adalah suaminya Amel. Namaku Dimas Cahyadi. Salam kenal dan mohon bimbingannya," kata Dimas dengan sopan.

Semua terdiam.

Melihat istrinya yang terpikat karena ketampanan anak muda ini, Gibran langsung muram.

Tidak jadi memarahi, sekarang Gibran hanya merasa bahwa tinjunya sudah terkepal.

Gibran melihat Dimas dengan kehabisan kata-kata, lalu bertanya dengan serius, "Kamu adalah Dimas Cahyadi?"

"Ya."

Gibran mengerutkan keningnya sambil bertanya dengan tidak percaya, "Kamu benar-benar sudah menikah dengan Amel?"

Dimas mengangguk seraya menjawab, "Sekarang aku adalah suami sah Amel."

"Kamu ... masuk ke ruang kerja denganku!" Sah atau tidak, Gibran harus mengakuinya sendiri!

Dimas pun mengangguk dengan hormat.

Amel seketika menjadi panik dan memanggil, "Ayah, jangan menakutinya."

Amel memang sudah salah karena tiba-tiba menikah kilat dengan seorang pria. Sekarang pria itu juga terlibat dan harus diinterogasi oleh ayahnya, Amel merasa sangat bersalah.

Dimas langsung memberikan tatapan 'tidak usah khawatir' kepada Amel. Melihat itu, Gibran yang awalnya sudah muram menjadi makin muram.

Gibran mendengus, lalu masuk ke ruang kerja dan membanting pintu dengan keras sebagai pertanda bahwa dia merasa sangat marah.

Amel langsung melihat ke arah ibunya untuk meminta bantuan.

Siapa tahu Lili bertanya dengan penasaran, "Amel, beri tahu aku dengan jujur, sebenarnya kalian kapan berkenalan?"

"Baru bertemu hari ini di kafe." Amel agak bingung. Saat ini bukankah seharusnya ibunya marah, lalu memarahinya dengan keras?

Lili malah tampak seperti tidak percaya, lalu bertanya, "Katakan dengan jujur, Ibu nggak akan marah. Kalian bukan kenal saat kuliah?"

Amel menggeleng.

"SMA?"

Amel kembali menggeleng.

Lili langsung merinding dan bertanya, "Jangan-jangan SMP?"

Baguslah, Lili sudah berusaha keras agar putri kesayangannya ini tidak pacaran dini. Namun, sekarang baguslah. Amel tampak patuh di luar, tapi sebenarnya menutupi hal ini erat-erat! Pria itu memang benar bukan pria yang baik, bisa-bisanya sudah menyukai putrinya sejak SMP?!

Melihat ibunya yang berpikiran aneh-aneh ini, Amel merasa sangat lelah.

Demi menghindari Lili yang terus menebak ke usia yang lebih muda, Amel mengangguk dengan lelah, lalu berkata, "Ibu, maaf, marahi saja aku."

"Untuk apa aku memarahimu?"

Melihat Amel yang seperti ini, Lili merasa kasihan. Dia sengaja berkata dengan bangga, "Putriku sudah menikah, tapi menantu Mirna masih nggak tahu ada di mana! Dia setiap hari menyombong di depanku, katanya Lidya sama sekali nggak perlu dia khawatirkan. Kali ini baguslah, aku punya menantu lebih cepat darinya."

Bibir Amel berkedut. Dua wanita paruh baya ini sudah terbiasa membandingkan. Mereka akan membandingkan segala hal dengan semangat.

Amel bertanya dengan tidak percaya, "Ibu, apa kamu begitu tenang terhadapku?"

"Aku percaya pada penilaian putriku. Kesan pertamaku terhadap anak muda itu memang bagus, jadi dia pasti adalah anak muda yang unggul. Apalagi kalian diam-diam berpacaran tanpa sepengetahuanku dan ayahmu selama ini, selain itu masih bisa yakin untuk tetap bersama, bagaimana mungkin aku sebagai ibu rela menjadi orang jahat untuk memisahkan kalian? Di mataku, kebahagiaan putriku yang lebih penting."

Lili yang salah paham total, menepuk-nepuk punggung tangan Amel dengan agak sedih.

Tidak disangka dalam sekejap, putrinya sudah sebesar ini dan sudah menikah.

Lili bisa melihat bahwa putrinya ini tampak sangat terkejut saat pulang. Putrinya ini takut dimarahi olehnya!

Amel merasa ingin menangis, lalu memeluk ibunya dengan sedih. Tadi dia benar-benar merasa takut dan was-was. Sepanjang perjalanan pulang, otaknya kacau. Dia sama sekali tidak terpikir akan cara untuk menangani masalah ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 541

    Lidya sudah terbiasa bebas dan tidak ingin terlalu cepat terikat oleh pernikahan."Baiklah, kita berdua nggak perlu terburu-buru. Orang tuamu dan orang tuaku mungkin sudah nggak sabar untuk menyuruh kita menikah karena ingin segera punya cucu," kata Andi dengan nada bercanda."Kalau Amel nggak menceraikan Dimas, dia mungkin harus mengikuti Dimas kembali ke Kota Ambara. Akan sulit untuk bertemu dengannya lagi di masa depan," sahut Lidya dengan sedih ketika memikirkan hal ini.Andi memeluk bahu Lidya dengan hangat sambil berkata, "Nggak apa-apa. Kalau kamu merindukan kakakku, kita bisa mengunjunginya kapan saja. Lagi pula, sekarang masih ada aku yang menemanimu, 'kan?"Lidya menghela napas, lalu menjawab, "Bagaimana kamu bisa dibandingkan dengan kakakmu."Di sisi lain, Dimas mengambil sup penghilang rasa mabuk yang sudah dimasak, lalu dengan hati-hati menyuapkannya kepada Amel. Setelah sibuk selama setengah malam, dia baru tertidur di samping Amel dengan mengantuk.Sinar matahari pagi me

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 540

    Pada saat ini, Amel sudah tersungkur di atas meja, sementara Lidya terbelalak saat melihat Dimas melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah ke arah mereka. Lidya pun mengguncang bahu Amel dengan lembut sambil berkata, "Amel, Dimas ada di sini.""Dimas? Dia itu penipu besar. Aku nggak akan pernah peduli lagi padanya," ucap Amel dengan tidak jelas sambil memeluk botol bir.Dimas mengerutkan kening saat mendengar kata-kata Amel. Melihat Amel dalam keadaan mabuk seperti itu, Dimas merasakan sakit di dalam hatinya."Amel, aku akan mengantarmu pulang," kata Dimas dengan lembut. Amel memaksakan diri untuk mengangkat kepalanya, lalu menatap Dimas yang ada di depannya. Dimas tampak tersenyum kepadanya."Aku nggak akan pulang." Amel menegaskan setiap kata yang diucapkannya. Dia masih marah karena Dimas sudah menipunya."Ka ... kalau begitu, aku serahkan Amel kepadamu. Aku pergi dulu." Melihat suasananya tidak terlalu bagus, Lidya pun bersiap untuk menyelinap pergi. Identitas Dimas sebagai dir

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 539

    Amel ragu-ragu untuk beberapa saat, sebelumnya akhirnya perlahan-lahan berkata, "Sejujurnya, aku benar-benar nggak rela berpisah dari Dimas. Sejak kami menikah sampai sekarang, dia selalu memperlakukanku dengan sangat baik. Dimas adalah contoh sempurna dari suami yang baik."Semalam saat berbaring di tempat tidur, yang terlintas di benak Amel hanyalah kebaikan Dimas kepada dirinya. Amel pun menjadi tidak begitu marah lagi."Hatiku masih sangat kacau sekarang." Amel menggaruk-garuk kepalanya dengan kesal."Jangan khawatir. Semua pasti akan ada jalan keluarnya," bujuk Lidya sambil menepuk bahu Amel dengan lembut."Bagaimana kalau kita minum bersama malam ini, untuk menenangkan suasana hati?" usul Lidya saat melihat Amel tampak bingung dan gelisah.Sebelumnya, Amel pasti akan menolaknya. Namun, sekarang Amel langsung menyetujuinya tanpa ragu. "Oke."Dimas menghabiskan sepanjang pagi di rumah sakit. Kondisi Nenek Salma juga sudah stabil. "Ayah, Ibu, Nenek, masih ada beberapa hal yang harus

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 538

    "Tentu saja, Kak Amel. Aku benar-benar ingin terus bekerja di sini," kata Clara dengan tegas. Dia sudah memantapkan hati untuk tetap bekerja pada Amel."Oke." Raut wajah Amel langsung menunjukkan perasaan lega.Dimas memesan penerbangan paling awal dan bergegas pulang malam itu juga. Sesampainya di rumah sakit, Salma sudah beristirahat di bangsal."Ayah, Ibu, aku datang.""Akhirnya kamu datang juga. Nenekmu terus menyebut-nyebut namamu sepanjang malam tadi," tegur Bela.Dimas berjalan menghampiri ranjang Salma dengan perasaan bersalah. Tiba-tiba saja Dimas menyadari jika neneknya benar-benar sudah sangat tua. Entah sejak kapan, rambut neneknya sudah memutih semua.Untuk sementara waktu ini, Dimas tidak memenuhi kewajibannya sebagai cucu. Dimas juga gagal membina hubungan asmaranya. Tiba-tiba saja, Dimas merasa agak sedih dan kecewa karenanya.Salma perlahan-lahan membuka matanya. Melihat Dimas, raut wajahnya tampak agak emosional."Aku sudah pulang, Nek." Dimas menggenggam erat tangan

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 537

    Amel memandangi punggung kepergian Dimas. Dia merasa agak kehilangan di dalam hati. Namun, melihat Dimas yang tampak begitu cemas, Amel merasa pasti ada suatu masalah yang sangat penting.Lantaran suasana hatinya sedang buruk, Amel tidak punya keinginan untuk mengurus toko makanan penutup miliknya. Dia memutuskan untuk sementara waktu membiarkan Clara membantunya mengawasi toko. Keesokan harinya, Amel bangun pagi-pagi sekali, lalu pergi ke toko untuk memberi penjelasan pada Clara."Tenang saja, Pak Irfan. Aku pasti akan membantu Bu Amel menjaga toko dengan baik. Aku yakin Pak Dimas dan Bu Amel pasti akan baikan nanti."Begitu memasuki pintu, Amel mendengar suara Clara. Amel pun mengerutkan kening. Dia bertanya-tanya kenapa Clara berkata seperti itu.Memikirkan kembali sikap Clara terhadap Dimas dan fakta bahwa Clara yang merupakan seorang ahli pembuat makanan penutup top, tapi bersedia merendahkan diri untuk bekerja di toko makanan penutup kecil miliknya ini, Amel pun sepertinya sudah

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 536

    Amel sangat sadar diri dan tahu bahwa dia tidak layak untuk pria di depannya ini. Mungkin sekarang Dimas memiliki perasaan padanya, tetapi jika kesenjangan antara keduanya mulai ditemukan di masa depan, kemungkinan besar cinta mereka akan perlahan-lahan kandas.Dimas cukup baik, orang-orang di sekitar Dimas juga sangat baik. Amel hanya seorang wanita biasa, benar-benar tidak bisa berjalan berdampingan dengan pria itu.Saat mendengar kata cerai, Dimas langsung terbelalak kaget, lalu berkata, "Aku nggak bisa. Amel, jangan cerai, ya? Nggak peduli siapa aku, cintaku padamu nggak akan pernah berubah."Dimas menjelaskan dengan tegas kepada Amel alasan kenapa dia menyembunyikan identitasnya, tetapi Amel tampaknya tetap bertekad untuk menceraikannya."Dimas, beri aku waktu untuk menenangkan diri dulu," jawab Amel, lalu menutup pintunya lagi.Lili menepuk bahu Dimas sambil berkata, "Beri dia waktu. Bagaimanapun, ini bukan masalah sepele. Dia perlu waktu untuk menerimanya."Dimas mengangguk frus

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status