Share

Bab 7

Detik berikutnya, Ahmad berseru dengan penuh semangat, "Dimas, ya? Dia adalah murid kebanggaanku. Dulu aku terus memintanya untuk lanjut belajar, meneruskan karierku, tapi sayangnya dia terlalu unggul. Aku nggak mampu menahannya."

Telinga Dimas lumayan tajam. Mendengar perkataan itu, dia tanpa sadar teringat ajaran Profesor Ahmad terhadapnya dulu dan tanpa bisa ditahan berkata, "Pak Ahmad, aku yang salah karena sudah mengecewakan penantian Bapak."

"Oh! Dimas? Itu kamu, ya? Kamu sudah lumayan lama nggak mengobrol denganku. Akhir-akhir ini bagaimana? Apakah merindukanku yang sudah tua ini?"

"Pak Ahmad ini bicara apa? Terakhir kali aku melihat Bapak, Bapak masih sangat sehat."

Dimas tersenyum sambil berbicara santai dengan Ahmad.

Gibran tersentak.

Menantu yang didapatkannya secara cuma-cuma ini seakrab ini dengan Profesor Ahmad? Sikap dan nada bicara Profesor Ahmad benar-benar seperti sedang berhadapan dengan juniornya sendiri!

Beberapa saat kemudian, telepon sudah terputus. Namun, Gibran masih belum tersadar.

Dimas tak kuasa mengingatkan, "Ayah, apa masih ada yang mau ditanyakan?"

Gibran baru tersadar. Profesor Ahmad saja sudah mengakui orang ini, dia masih punya keraguan apa lagi?

Namun, Gibran masih berkata dengan memaksakan ekspresi masam, "Pendidikanmu memang sudah lewat, tapi dalam urusan pekerjaan, aku masih harus mencari orang untuk ditanyakan lagi."

Dimas tersenyum. Sebelumnya dalam perjalanan kemari, dia sudah mengatur semuanya.

Sementara itu, di ruang tamu, Amel tidak bisa menahan diri dan berjalan ke ruang kerja untuk melihat. Dia juga tidak tahu bagaimana keadaan di dalam dan tidak ada suara apa-apa dari tadi. Ibunya malah sudah masuk ke dapur sambil bersenandung dan bilang ingin menyambut menantu barunya dengan baik.

Amel berpikir sejenak, lalu pergi ke depan ruang kerja dengan berjinjit-jinjit. Dia menempelkan telinga ke pintu, tapi tidak disangka pintu tiba-tiba terbuka dari dalam. Karena bertepatan dengan pintu yang terbuka, dia langsung menempel di dada Dimas.

Detak jantung yang kuat membuat Amel agak bingung. Dia menengadah dengan bodoh, lalu yang masuk ke pandangannya adalah jakun yang menonjol dan dagu yang tajam.

Karena berjarak dekat, Amel bahkan bisa mencium bau lemon mint yang segar.

"Uhuk, uhuk!"

Tiba-tiba, suara batuk yang rendah terdengar. Gibran menatap mereka dengan ekspresi tidak disangka dan berkata dengan dingin, "Perhatikan sikap kalian."

Di hadapannya saja, sudah sedekat ini? Jangan kira diakui olehnya saja sudah bisa berbuat apa-apa! Gibran hanya mengakui di awal, kelak masih harus lanjut menguji Dimas.

Gibran tampak tidak tahan melihat adegan itu. Amel baru tersadar, lalu segera mundur dengan wajah merona.

Sementara itu, Dimas hanya tersenyum dan berkata dengan serius, "Ayah, kamu tenang saja. Aku pasti akan memperlakukan Amel dengan baik. Sebelum mendapatkan pengakuan dari kalian, aku nggak akan melakukan hal yang menyakitinya."

Mendengar itu, ekspresi Gibran baru agak membaik.

Amel diam-diam merasa terkejut dan tanpa sadar menarik ujung baju Dimas. Dia bertanya dengan suara rendah, "Kamu bilang apa saja dengan ayahku?"

Ibu Amel adalah seorang yang menilai berdasarkan penampilan. Selama orang itu adalah pria tampan yang merupakan tipenya, dia tidak mempunyai standar apa pun. Namun, ayah Amel adalah seorang pelajar. Tidak peduli dalam hal apa pun, ayah Amel selalu serius dan berhati-hati. Jadi, bagaimana mungkin ayahnya melepaskan Dimas begitu saja?

Dimas menundukkan kepala. Melihat wanita kecil yang berada di dekatnya itu, dia tersenyum.

Meski mereka sedang berbisik-bisik, Amel sama sekali tidak merasa bahwa saat ini dirinya terlalu dekat dengan Dimas. Aroma tubuh mereka berdua bercampur, entah kenapa terasa nyaman.

"Aku bilang pada Ayah kalau kita pasti akan bahagia."

Suara rendah yang dapat membuat orang terpikat itu terdengar dari atas kepala Amel. Beserta dengan napas pria itu yang menyelimutinya, Amel merasa merinding.

Amel menengadah dengan tidak fokus, secara tidak sadar melihat ke arah bibir Dimas dan seketika merasa detak jantungnya berdetak cepat.

Dilihat dari jauh, mereka memang merupakan pasangan yang romantis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status