Home / Romansa / Terjerat pesona mafia / Chapter 5 - Berduka

Share

Chapter 5 - Berduka

Author: Idahsj
last update Last Updated: 2023-10-18 14:08:26

Caroline menatap jengkel pria berjas hitam dengan kepala botak di hadapannya.

"Bisa saja kau berbohong." Jerry tidak memberi izin. Lelaki botak itu mencurigai Caroline akan kabur. 

Caroline tampak dongkal sekali pada pria botak di hadapannya. "Kenapa aku harus berbohong, tidak ada untungnya, aku harus cepat. Oke, ruangan 76 masih searea ini, kau bisa ikut jika tidak percaya!"

Jerry diam sesaat, lalu berbicara entah pada siapa setelah menyentuh sebuah benda kecil di area telinganya. 

"Tunggu sebentar, aku tak ingin ambil risiko, satu anak buahku akan mengikutimu."

Detik selanjutnya, Caroline melihat seorang pria berjalan mendekatinya. 

"Donny ikuti dia jangan sampai kabur." perintah Jerry setelah pria itu berada di hadapannya. 

Pria bermuka datar itu mengangguk, lalu mengikuti Caroline yang tanpa kata sudah berjalan menjauh. 

"Kenapa wajahmu datar sekali?!" Caroline melirik pria di sebelahnya itu dan langsung mengalihkan pandangannya saat pria itu hanya terus memasang wajah datarnya. 

***

"Kakak!"

Seorang lelaki berumur 17 tahun berteriak saat melihat Caroline. 

"Bagaimana keadaan mereka?" tanya Caroline saat wanita itu sudah berada di hadapan adiknya, Carles William. Terlihat cemas sekali. 

"Belum ada perkembangan, kondisi mereka belum stabil." jawab Carles. 

"Bagaimana bisa? Apa yang sebenarnya terjadi pada ayah dan ibu?" tanya Caroline.

Carles terlihat menghela napas, lalu menjelaskan bagaimana orang tua mereka mengalami kecelakaan, dari ayah ibunya yang berniat pulang setelah mendatangi sebuah acara pernikahan teman mereka, mereka tertabrak truk yang melaju kencang, dan tubuh mereka terlempar jauh dari tempat kejadian. Sedangkan si pelaku yang menabrak berhasil lolos dari tempat kejadian, dan sekarang sedang dalam pencarian. 

Caroline mengangguk setelah mendengar penjelasan singkat dari adiknya itu. "Semua akan baik-baik saja. Aku ingin melihat mereka."

Caroline berjalan mendekat ke pintu yang terhubung dengan ruangan kedua orangtuanya, di bagian tengah pintu itu terpasang kaca sehingga ia bisa melihat keadaan di dalam. 

Air mata tanpa izin keluar dari kelopak matanya sehingga membasahi pipinya, hatinya sakit melihat kedua orangtuanya yang terbujur kaku dengan beberapa luka yang telah ditutup oleh perban. 

Caroline menghela napas, kenapa cobaan ini datang ke padanya? Ia baru saja membuat masalah dengan menembak seseorang, dan sebagai balasannya tuhan malah membuat keluarganya seperti ini. 

Caroline menghapus air matanya, mencoba tegar dengan keadaan, lalu menoleh memperhatikan adiknya yang terlihat berantakan, bahkan dipakaian Carles terdapat noda darah yang mengering sama seperti pakaian yang dikenakannya sekarang. 

Caroline melangkah mendekati adiknya lalu berkata. "Kau pulanglah, ganti pakaian." ucap Caroline sambil melirik pakaian adiknya yang terdapat noda darah. 

"Tapi-"

"Biar kakak yang berjaga di sini." ucap Caroline memotong ucapan adiknya. 

Carles akhirnya mengangguk mengiyakan.

***

Dua jam kemudian, di tempat Nicholas, lelaki itu selesai dengan operasinya dan tengah beristirahat di ranjang pasien. 

Sedangkan sebuah suara langkah kaki memasuki ruangan, wajahnya tidak tampak karena menggunakan topi dan masker hitam penutup wajah. 

"Nicholas Matthew. Kau misiku untukku lenyapkan." lelaki itu melangkah pelan nan pasti mendekati Nicholas yang tertidur. 

Tangannya merogoh benda yang berada di saku jaketnya—sebuah pisau lipat tajam. Lelaki itu kemudian mengulur pisau di tangannya itu ke leher Nicholas yang terbuka. 

"Matilah kau dengan kesakitan!" Saat akan menancapkan pisau kecil nan tajam itu, tiba-tiba kedua mata Nicholas terbuka. 

"Kau saja yang mati!'' Dan secepat kilat membalikkan arah pisau itu pada penggunaannya sendiri hingga menancap di dada sebelah kirinya. 

Suara erangan kesakitan keluar dari mulut si pria dan Nicholas menyeringai tipis—menikmati erangan itu. Tapi si pria sepertinya tidak menyerah dan berusaha mengeluarkan senjata lain. 

Sebuah pistol lelaki itu todongkan pada Nicholas.

Dor

Dor

Nicholas mengerang, dengan meringis kesal, lelaki itu bergerak gesit turun dari ranjang untuk menghindari hujaman peluru yang dilayangkan bajingan kurang ajar itu. Sampai akhirnya beberapa bantuan yang tidak lain anak buahnya menerobos masuk dan langsung membekuk lelaki itu. 

"Tuan lengan anda?'' Rolan membantu Nicholas berdiri, tatapannya berada pada luka atas lengan Nicholas. 

"Aku tidak apa-apa. Bawa aku pergi dari sini dan urus kekacauan ini. Jangan sampai identitasku terbongkar!'' perintahnya dan langsung dipatuhi oleh lelaki paruh baya itu. 

***

Caroline terlihat sangat cemas di depan ruangan ayah ibunya. Tiga puluh menit lalu kabar buruk datang. Kondisi orangtuanya bertambah kritis. 

"Bagaimana orang tua saya Dokter?'' tanya Caroline dan Carles yang sudah terlihat rapi dari dua jam lalu langsung berdiri dari duduknya saat sang Dokter yang menangani orang tua mereka keluar dari ruang operasi. 

Raut wajah Dokter itu tampak menyesal. "Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin," ucapnya. 

Caroline langsung terjatuh. Pikirannya blank. 

Ini tidak mungkin! Mereka pasti tidak meninggalkannya dan Carles?! 

"Dokter pasti bohong. Tidak mungkin, tidak-"

Carles langsung maju ke depan, menatap tajam sang Dokter. "Dokter pasti bercanda kan? Mereka tidak pergi kan?'' ucapnya memastikan. 

Berharap ini hanya ilusi belaka! Tapi jawaban sang Dokter meruntuhkan semua harapannya. 

"Kak-" Carles lemas terjatuh ke lantai kemudian memeluk kakaknya itu untuk saling menguatkan. 

"Bo-bohong!!'' tolak Caroline akan fakta telah berpulang kedua orangtuanya itu. 

"Ayah... Ibu. Kalian pasti bohong... Me mereka tidak mungkin pergi. Pagi tadi kami bahkan masih saling mengobrol. Tidak mungkin mereka meninggalkanku!'' 

"Tuhan berkehendak lain, luka yang di dapat orang tua Anda sangat parah, kebocoran dalam otak dan beberapa bagian tubuhnya yang mengalami patah tulang. Saya dan rekan saya turut berduka cita," ucap Dokter itu prihatin melihat Caroline yang terus menangis dan Carles, meskipun pria itu tidak menangis tapi diliat dari pancaran matanya Carles terlihat bersedih. 

***

Seminggu setelah kepergian orangtuanya, Caroline terus mengurung dirinya di kamar dengan kesedihan yang masih menguasainya. 

Caroline mendongak saat pintu kamarnya dibuka dari luar dan mendapati sahabatnya, Rachel. Melangkah mendekatinya. 

"Hay, kau tak seperti Caroline yang kukenal?" 

Rachel duduk di sisi ranjang. Caroline hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan sahabatnya itu, dia masih bersedih karena kepergian orangtuanya, meski pun mereka bukan orang tua kandungnya, Caroline sangat menyayangi mereka, dan sebaliknya kedua orangtuanya juga amat menyayanginya. 

Dan sekarang dua sosok yang memberi kekuatan dan kehangatan itu tidak ada, tapi Caroline sadar tak seharusnya dia seperti ini, dia masih mempunyai sahabat, dan adiknya. Terlebih kedua orangtuanya di sana pasti tak akan suka dengan sikapnya sekarang. 

"Ok, sekarang saatnya," ucap Caroline tiba-tiba. 

Membuat Rachel bingung. "Maksudnya?" 

"Saatnya bangkit kembali, toh ayah ibu pasti bahagia di sana." Ucap Caroline sambil beranjak dari ranjangnya. 

Rachel mengangguk, wanita itu senang saat melihat sahabatnya kembali menjadi pribadi sebelum kedua orangtuanya meninggal.

Yaitu kuat, pemberani, dan ceria. 

"Kita ke bawah." Rachel langsung menyeret tangan Caroline keluar kamar, dan saat mereka menginjak kaki di tangga atas ia bisa mendengar suara keributan dari bawah. 

Caroline mau pun Rachel langsung melangkah cepat menuruni tangga, melihat apa yang terjadi. 

Prank!

"Mana kakakmu itu, hah?!" suara pecahan dan teriakan seorang wanita yang merupakan adik dari ayahnya itu terdengar menggema. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat pesona mafia    S2 : Chapter 68 - Akhir segalanya

    Seperti tertimpa godam keras, "Uhukkkk...."Batuk yang terasa serat di tenggorokan itu mengeroyok Nicholas yang sudah merasa lemas akan jawaban final istrinya beberapa detik lalu."Aku moh.... Uhuk...uhukkk..."Dadanya serasa dicengkeram erat, sangat sakit."Nic, hai Nicholas, are you oke?" Caroline panik saat melihat Nicholas tiba-tiba menurunkan lututnya hingga menyentuh lantai, lelaki itu masih terbatuk-batuk. Membuat Caroline semakin panik apa lagi kala melihat mata Nicholas yang mulai memerah.Nicholas mengerang. "Dadaku sakit.""Oh tuhan! Kau ini sebenarnya kenapa?""Tuan Nicholas," Rolan yang baru sampai menghampiri tuannya yang tampak kesakitan.Lelaki paruh baya itu mengingat pesan dokter tadi. Bahwa Nicholas harusnya tidak seperti ini dan harusnya berada di ruang perawatan untuk mengembalikan kondisinya.Tapi memang dalam keadaan genting dan Nicholas tidak bisa mengabaikannya dengan hanya duduk di ruang rawat. Dia lebih baik seperti ini hanya untuk mendapat maaf dari istriny

  • Terjerat pesona mafia    S2 : Chapter 67 - Perpisahan

    Di London Heathrow Internasional Airport.Caroline berada di salah satu kursi bandara, menghela napas panjang dan merasa pasrah. Lelaki itu beneran tidak akan menemuinya?Waktu berjalan tanpa henti, sekarang dirinya ada di penghujung waktu untuk meninggalkan kota ini.Caroline tersenyum miris.Mungkin ia akan mendapatkan hal yang lebih baik di kota barunya dan benar-benar melepas lelaki yang masih sah menjadi suaminya.Nicholas Matthew, Dan kembali menghela nafas sambil membatin. Kenapa juga kau bertindak sejauh ini?!Dan harus berpisah? Jujur saja Caroline tidak rela, tapi dalam langkah selanjutnya dia akan melakukan hal besar. Yaitu surat penceraian. Caroline akan mengirimkan itu nanti.Caroline sangat benci keadaan ini, penuh rasa bimbang, lelaki mempermainkannya kah?Menengok jam di pergelangan tangannya malah semakin membuat frustasi. "Sial!" umpatnya.Jelas dia sudah memberi harapan untuk lelaki itu, tapi apa sekarang bahkan di menit kedua puluh lima sebelum keberangkatannya le

  • Terjerat pesona mafia    S2 : Chapter 66 - Perjuangan

    Di perjalanan, Nicholas menggeram kesal, tangannya yang tengah mengendalikan setir sekali-kali memukul setirnya kuat, beberapa kali juga menekan klakson membuat suara nyaring yang tidak mengenakan.Tidak sesuai bayangannya, Nicholas sedikit lama, padahal beberapa kilo meter lagi akan sampai tapi kemacetan kembali menyerang yang otomatos membuat jalanan macet, karena ternyata ada kecelakaan di depan sana.Dan itu membuat Nicholas marah juga kesal. Ohh bukan dia tidak simpati—ah whatever Dia sudah harus sampai dalam beberapa menit lagi. Sial! "Oh c'mon gods aku tidak mau melewatkan kesempatan yang telah diberikan istriku."Nicholas melirik arlojinya, sudah tiga puluh tujuh menit dari waktu yang diberikan Caroline tapi ternyata Nicholas terlambat.Lima belas menit kemudian, akhirnya Nicholas bebas dari kemacetan. Lelaki itu dengan tidak peduli menambah pedal gas kecepatan mobilnya di atas rata-rata, mengemudi seperti orang kesetanan, bahkan lelaki itu sampai harus banting stir karena be

  • Terjerat pesona mafia    S2 : Chapter 65 - Orang ketiga

    "Caroline?"Satu detik Tidak ada jawaban!Sepuluh detik.Masih tidak ada jawaban."Caroline?" ulang Nicholas dengan nada sedikit tinggi saat tidak juga mendapat respon."1 jam."Kerutan di dahi Nicholas terlihat—bertanda lelaki itu bingung dengan ucapan sang istri. Apa maksudnya? "Maksudnya?""Temui aku dalam waktu 1 jam atau tidak sama sekali."Seketika Nicholas merasa jantungnya berdetak kencang, kehangatan menjalar di hatinya hanya karena ucapan dari Caroline yang termakna sebuah kesempatan.Ya, tentu saja akan dia lakukan apa saja untuk bisa bertemu dalam waktu 1 jam itu."Kami memberiku kesempatan,""Temui aku di airport, Hilton International London Heathrow Airport di 1 jam itu pesawatku akan lepas landas."Dan TutPanggilan di putus secara sepihak.Nicholas memandang ponselnya yang telah terputus sambungannya, dan tanpa berpikir panjang lagi pria itu langsung bergegas pergi.1 jam? Menuju lokasi yang diberitahu Caroline, kira-kira ia akan sampai dalam 40 menit.Apa akan tep

  • Terjerat pesona mafia    S2 : Chapter 64 - Ungkapan Hati

    "Aku tidak peduli, yang penting sekarang—" Nicholas menggantungkan ucapannya dan menyeret Alice pada meja yang telah disediakan kemudian tanpa memandang balas kasih lelaki itu menekan kepala sang wanita ke meja."Katakan yang sejujurnya apa yang terjadi dari kau masuk ke kamarku dan menggodaku!" ucap Nicholas, tangan satunya yang bebas kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi nomor istrinya. Dan sampai panggilan keempat, Caroline tidak juga mengangkatnya membuat Nicholas menghela napas putus asa. Tidak punya pilihan lain Lelaki itu mengetikan sebuah pesan dan mengirimnya langsung.Sedangkan di tempat lain. Caroline mencoba tidak tergoda untuk mengangkat panggilan suami berengseknya."Sayang, itu teleponnya." Elina yang mendengar panggilan itu menghela napas. Wanita paruh baya itu menoleh melihat siapa penelepon."Nicholas?" ucap sang paruh baya dengan pelan, tau sekali putrinya sedang tidak dalam mood baik."Aku tidak mau mengangkatnya." ucap Caroline datar."Mungkin penting. Jan

  • Terjerat pesona mafia    S2 : Chapter 63 - Salah paham

    ''Ya ampun sayang," Elina yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut dengan kedatangan putrinya yang tampaknya tidak baik-baik saja. "Ada apa denganmu. Kenapa menangis?" tanyanya menghampiri cepat putrinya yang sudah meluruh di dinding pintu."Mom..." Caroline langsung memeluk Elina menumpahkan rasa sakitnya dalam pelukan sang Momny."Itu Nicholas, pintunya—""Tidak tidak, biarkan saja." Caroline menggelengkan kepala menatap sang Mommy dengan tatapan kesakitan. Membuat Elina tidak tega."Menangislah sepuasnya. Nanti cerita pada Mom." ucapnya sambil memeluk sang putri, tak lupa tangannya menepuk-nepuk pelan punggungnya mencoba menyalurkan ketenangan.Beberapa menit kemudian gedoran di pintu sudah menghilang begitu pun Caroline yang mulai tenang. Wanita itu melepaskan pelukannya kemudian menatap Elina."Aku mau pergi,""Pergi?"Caroline mengangguk. "Ikut Mommy kemana pun."Elina mengerutkan keningnya, tapi selang detik setelahnya menghembuskan nafas pelan. Kemudian mengangguk. "T

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status