Compartilhar

Terkadang Cinta Itu Pilu
Terkadang Cinta Itu Pilu
Autor: Atanim

Bab 1

Autor: Atanim
Setelah menyelesaikan prosedur keluar dari rumah sakit, aku bertemu dengan Evan Wangsa di taman rumah sakit.

Tania Darman bersandar lembut di pelukannya, keduanya berbincang mesra dengan suara yang lembut. Begitu mereka melihatku, senyuman di wajah Evan langsung menghilang.

Evan melindungi Tania di belakangnya, seolah takut aku akan melakukan sesuatu pada wanita itu. "Apa yang kamu lakukan di sini?"

Tatapan waspada dan dinginnya seakan menembus hatiku.

Tania dengan lembut menarik Evan, lalu berujar, "Kak Evan, jangan sampai kamu membuat Kakak takut."

Sebelum aku sempat menjawab, wanita itu kembali menatapku dengan wajah penuh penyesalan. "Kak Luna, kamu jangan salah paham. Aku terluka, Kak Evan hanya mengkhawatirkanku saja."

Evan menoleh untuk menghiburnya dengan suara lembut. Namun, saat melihatku lagi, dia masih menunjukkan ekspresi tidak sabaran yang sama. "Ada urusan apa?"

Aku membuka mulut, merasa ragu sejenak, lalu hanya menggelengkan kepala. "Nggak ada apa-apa, aku hanya lewat."

Evan mungkin menyadari ada yang aneh denganku. Dia melangkah maju menghampiriku, lalu berbicara dengan lembut padaku, "Kalau nggak ada apa-apa, pulanglah. Kamu sekarang sedang hamil, harus lebih berhati-hati."

Pada saat ini, Tania yang ada di belakangnya menatapku dengan wajah tidak senang.

Aku mengangguk. "Aku mengerti."

Setelah berkata demikian, Evan mengajak Tania pergi.

Pada saat itu, wajah Tania tampak dipenuhi dengan rasa bangga.

Aku berbalik, sementara kedua tanganku tanpa sadar mengusap perut kecilku. Rasa pahit tiba-tiba melonjak di hatiku.

Pada saat ini, suamiku sedang menemani wanita lain. Dia tidak tahu bahwa istri yang dia tinggalkan di belakangnya ini sudah kehilangan anaknya.

Andai saja pria itu menoleh untuk melihatku pada hari itu. Andai saja dia bersedia datang ke ruang perawatanku sekali saja.

Dia pasti akan mengetahui semuanya.

Aku menunjukkan senyuman mengejek diri sendiri. Tiba-tiba, aku menyentuh botol kaca di dalam saku. Aku tidak bisa menahan diri untuk menggenggamnya erat-erat. Masa lalu muncul satu per satu di dalam ingatanku.

Pada hari pertama sekaligus terakhir pria itu menemaniku ke rumah sakit, mantan kekasih pertamanya menemuinya. Sejak saat itu, pria itu tidak pernah pulang lagi, juga jarang pergi ke kantor, hanya menemani wanita itu.

Ketika aku memohon dengan mata memerah agar Evan menemaniku satu hari saja, dia malah berkata.

"Tubuh Tania lemah. Sekarang dia sedang terluka dan kehilangan ingatan, dia membutuhkanku di sampingnya."

"Tenang saja, aku hanya akan membantunya untuk pulih, nggak ada yang lain."

Evan juga berjanji padaku bahwa dia hanya akan membantu Tania mewujudkan 99 keinginannya.

Setelah mewujudkan 99 keinginannya, Evan akan benar-benar kembali ke sisiku, memenuhi janjinya di awal untuk bersamaku seumur hidup.

Setiap kali dia membantu Tania mewujudkan satu keinginan, aku akan melipat satu bintang.

Tujuh hari yang lalu, aku sudah melipat 99 bintang.

Jika Evan bisa memenuhi 99 keinginan Tania, bisakah aku menukar 99 bintang ini dengan satu keinginanku?

Ketika aku membawa toples bintang ini untuk menemuinya, aku dipenuhi dengan kegembiraan.

Namun, dia dan Tania sedang berpelukan erat. Di atas meja ada kue ulang tahun dan lilin yang sudah selesai digunakan untuk memanjatkan harapan.

Aku mendengar Evan berkata dengan lembut padanya, "Aku akan mewujudkan keinginanmu. Berapa pun keinginanmu, aku akan membantumu mewujudkannya."

Aku tidak ingat bagaimana aku bisa berjalan ke hadapan mereka. Saat ini, aku hanya ingin satu jawaban.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" Suaraku sedikit bergetar.

Ketika Evan mendengar suaraku, dia langsung melepaskan pelukannya pada Tania, matanya tampak sedikit panik. "Luna, kenapa kamu ada di sini? Jangan salah paham, kami nggak ...."

Sebelum Evan selesai berbicara, Tania sudah menangis sambil meminta maaf padaku, "Kak Luna, kamu jangan salah paham. Kak Evan hanya ingin membantuku mewujudkan keinginanku."

Evan menghibur Tania dengan penuh kasih. Namun, saat melihatku, matanya berubah menjadi penuh dengan tatapan menyalahkan.

"Maaf, aku yang sudah mengganggu."

Sebelum Evan berbicara, aku berbicara lebih dulu. Setelah selesai mengatakan ini, aku langsung berjalan ke luar tanpa menoleh.

Namun, karena berjalan dengan terlalu tergesa-gesa, aku tidak memperhatikan truk kecil yang melaju ke arahku.

Aku tertabrak hingga terjatuh. Aku kira Evan akan mengejarku keluar. Namun, saat aku terjatuh, yang aku lihat justru dia sedang memeluk Tania yang pingsan karena menangis dengan panik, sambil menelepon ambulans.

Sedangkan aku, aku hanya dibawa oleh ambulans yang kebetulan lewat. Tania sudah dibawa oleh Evan sendiri ke rumah sakit.

Ketika aku tersadar lagi, aku diberi tahu bahwa anakku sudah tidak ada.

Selain air mata, hanya tersisa kesedihan yang tak berujung.

'Evan, aku akan merelakanmu, merelakan kalian berdua, juga merelakan diriku sendiri,' pikirku.
Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App

Último capítulo

  • Terkadang Cinta Itu Pilu   Bab 8

    Tania masih berteriak-teriak, menuntut agar Evan menemuinya.Polisi benar-benar tidak punya pilihan selain datang menemui Evan lagi."Dengan kondisinya yang seperti ini, kami nggak bisa menjatuhkan hukuman. Kami juga hanya bisa menahannya selama beberapa hari. Tapi kami nggak akan tahan kalau dia setiap hari membuat keributan seperti ini." Polisi menghela napas, lalu pergi.Aku dan Evan datang ke tempat penahanan Tania bersama-sama.Ketika melihatku, Tania tertegun sejenak, lalu berteriak padaku seperti orang gila."Untuk apa kamu kembali lagi? Kenapa kamu nggak mati saja?""Ini semua gara-gara kamu! Gara-gara kamu Kak Evan nggak menginginkanku lagi!""Aku beri tahu padamu, jangan harap bisa membawa Kak Evan pergi dariku. Aku ingin bersama Kak Evan selamanya!"Tania berteriak sampai lelah, duduk lemas di lantai, lalu suaranya berubah menjadi sedih."Kenapa Kak Evan nggak menginginkanku lagi ….""Padahal aku yang dicintai Kak Evan ….""Kamu sendiri yang berjanji padaku ...."Ketika aku

  • Terkadang Cinta Itu Pilu   Bab 7

    "Pergi kamu dari sini!" Evan dengan marah menunjuk ke arah Tania.Tania menangis dengan menyedihkan sambil menarik tangan Evan. "Kak Evan, maafkan aku. Aku nggak melakukannya dengan sengaja. Maafkan aku sekali ini saja, ya."Sekarang ekspresi lemah Tania sudah tidak bisa membangkitkan simpati Evan lagi. Pria itu hanya menatapnya dengan tatapan dingin, lalu berkata, "Aku ulangi sekali lagi, pergi kamu dari sini!"Tania terdiam sebentar, lalu tiba-tiba tertawa keras. "Aku nggak akan pergi! Nggak akan! Evan, jangan harap kamu bisa menyingkirkanku!"Semua orang tidak bisa bereaksi ketika melihat penampilan Tania yang seperti orang gila.Ardi yang pertama kali berbicara, "Bawa dia ke kantor polisi."Tania memberontak dengan panik. "Lepaskan aku! Kalian lepaskan aku! Evan, Luna sudah pergi! Kenapa kamu masih nggak mau menerimaku? Dia sudah pergi!"Semua orang tidak berbicara lagi. Hanya ada suara teriakan Tania yang terdengar, sampai akhirnya suara itu benar-benar menghilang.Sinta melihat k

  • Terkadang Cinta Itu Pilu   Bab 6

    Tania yang dikurung di kamar, hanya bisa diam-diam menelepon Evan, berharap agar pria itu cepat kembali."Kak Evan, kamu pergi ke mana? Aku takut sekali. Bisakah kamu segera kembali untuk menemaniku?" ujar Tania.Evan mengusap keningnya, merasa sedikit lelah. "Aku akan segera kembali."Ketika Evan kembali ke sana, orang tuanya masih belum pergi. Keduanya hanya duduk di sana dengan wajah muram.Begitu melihat Evan kembali, Sinta segera melangkah maju untuk menanyakan kabarku, "Apa Luna sudah ketemu?"Evan menggelengkan kepala.Wajah Sinta dipenuhi dengan kekhawatiran. "Apa yang harus kita lakukan? Luna sedang hamil, bagaimana kalau sesuatu terjadi padanya?""Apa mungkin Luna pergi ke rumah sakit?"Evan tidak berani menceritakan tentang keguguranku. Dia khawatir Sinta tidak bisa menerimanya."Aku sudah pergi ke sana, dia nggak ada di rumah sakit. Bu, tenanglah, aku akan menemukan Luna," kata Evan."Di mana Tania?"Mendengar pertanyaan Evan, Sinta merasa makin marah, "Kamu masih sempat me

  • Terkadang Cinta Itu Pilu   Bab 5

    Aku kembali ke rumah dengan pikiran kosong. Aku menatap toples bintang itu, teringat akan anakku. Aku tidak bisa menahan diri lagi, langsung menangis dengan keras.Aku mengeluarkan surat lama yang menguning itu, menuliskan kata demi kata di belakang kertas surat.Tepat saat Evan ragu-ragu, Bibi Laras menelepon, memberi tahu Sinta tentang kabar kepergianku."Apa? Luna pergi?" tanya Sinta.Begitu mendengar kalimat itu, Evan akhirnya panik. Dia tidak peduli lagi dengan teriakan Tania di belakang, hanya ingin segera menemukanku.Ketika Tania melihat ini, dia hendak mengejar Evan, tetapi dihadang oleh orang-orang yang dibawa oleh orang tua Evan. Tania pun mendapatkan beberapa tamparan lagi."Atas dasar apa kalian berani menamparku?" ujar Tania."Karena aku adalah Ibu Evan!" Sinta menunjuk ke arah Tania, lalu berkata, "Kalau sesuatu terjadi pada Luna, jangan harap kamu bisa pergi dari sini hidup-hidup."Tania merasa ketakutan sampai terpaku di tempat. Dia tidak berani berbicara lagi.Evan me

  • Terkadang Cinta Itu Pilu   Bab 4

    Sudah keguguran sejak seminggu yang lalu.Seminggu yang lalu .... Seminggu yang lalu ....Evan mengingat kembali apa yang terjadi seminggu lalu.Seminggu yang lalu, aku datang menemui Evan, tetapi dia sedang menemani Tania. Kemudian, aku berlari keluar, sementara Tania pingsan karena menangis. Pada saat itu, Evan mendengar orang-orang membicarakan ada seseorang yang tertabrak di luar. Hanya saja, saat itu Evan hanya memikirkan Tania, tidak menoleh untuk mencariku.Evan menggelengkan kepala tidak percaya. Jika saat itu dia menoleh sejenak untuk melihatku, mungkin tidak akan terjadi apa-apa.'Pantas saja Luna juga berada di rumah sakit. Pantas saja dia terlihat sangat lemah saat itu,' pikir Evan.'Tapi kenapa dia nggak memberitahuku?'Pada saat ini, Ayah dan Ibu Evan, Ardi dan Sinta, tiba-tiba masuk.Ketika Sinta melihat Tania yang ada di belakang Evan, dia langsung marah besar. Dia berjalan menghampiri Tania secara langsung, lalu menamparnya. Ketika Tania melihat wanita yang tidak diken

  • Terkadang Cinta Itu Pilu   Bab 3

    Di bawah surat pemeriksaan ini ada selembar kertas surat yang sudah menguning.Itu adalah surat yang Evan tulis sendiri saat pertama kali menyatakan cinta padaku.Aku dengan lembut mengusap tulisan indah itu. Evan sudah bukan lagi dirinya yang dulu. Sekarang di matanya hanya ada Tania seorang.Evan tiba-tiba mendorong pintu untuk masuk. Ketika melihat wajahku yang penuh air mata, dia sedikit terkejut. "Kenapa kamu menangis?"Dia mendekat, ingin menghapus air mataku, tetapi aku menghindar."Luna, apa kamu baik-baik saja?" Evan sedikit bingung, tidak tahu harus berbuat apa.Aku menggelengkan kepala. "Aku baik-baik saja. Aku hanya teringat hari ketika mengetahui aku akan memiliki seorang anak."Evan melihat surat di tanganku, tampak sedikit terkejut.Hatiku langsung panik. Aku segera menarik surat itu."Tadi waktu mencari sesuatu, aku nggak sengaja mengeluarkannya," kataku.Evan menatapku dengan ragu, lalu berkata, "Kamu sekarang sedang hamil, nggak boleh sering menangis.""Aku baik-baik

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status