Share

3. Demi Kakek

Author: Reyn
last update Last Updated: 2024-11-24 08:20:36

Malam itu, Rafif benar-benar ikut Alea pulang untuk bertemu dengan orang tua Alea. Tadinya, Alea telah beberapa kali berusaha menolak, tetapi keputusan Rafif itu benar-benar telah bulat, tidak lagi bisa Alea bantah.

Ketika mereka tiba di rumah keluarga Alea, kedua orang tua Alea cukup terkejut. Bagaimanapun juga, ini adalah kali pertama mereka bertemu lagi dengan Rafif.

Kini mereka sedang duduk di ruang tamu dengan suasana yang terasa sedikit tegang.

“Sudah lama kita gak bertemu ya, Rafif. Gimana kabar keluargamu, selama ini kalian tinggal di mana?” tanya Lukman, ayah Alea.

“Kami baik, Om. Kami pindah ke Jakarta, sedangkan aku sendiri baru kembali ke Indonesia 3 tahun yang lalu setelah menyelesaikan pendidikan di luar negeri. Saat kembali, aku langsung membantu Ayah mengurus perusahaan yang sedang krisis,” jelas Rafif membuat orang-orang yang ada di sana merasa paham dengan situasi saat itu.

“Oh begitu, syukurlah kalau kalian semua sehat,” jawab Lukman sambil mengangguk pelan.

“Aku langsung saja ya, Om. Jadi, maksud kedatanganku ini adalah untuk meminta izin ke Om Lukman dan Tante Tania, aku ingin menikahi Alea,” kata Rafif terus terang.

Tentu saja hal itu membuat orang tua Alea terbelalak kaget.

“Rafif, kamu gak bercanda, kan?” tanya Tania, ibu Alea, dengan nada terkejut.

“Aku serius, Tante.” Rafif menatap kedua orang tua Alea bergantian dengan tatapan penuh keyakinan.

“Kenapa mendadak begini, Rafif? Bukannya kalian juga baru bertemu? Selama ini Alea gak pernah cerita kalau kalian sudah bertemu,” sahut Lukman yang merasa penasaran.

“Kami memang baru bertemu pagi ini, Om. Tadi pagi aku menghubungi Alea untuk bertemu dengannya.” Rafif terdiam sejenak, menata kalimat selanjutnya yang akan dia ucapkan.

“Sebenarnya, kondisi kakek saat ini sedang kritis. Beberapa waktu yang lalu, pengacara kakek datang dan memberitahu beberapa hal, salah satunya adalah keinginan kakek untuk melihat aku dan Alea menikah.” Rafif menatap Lukman dengan penuh harapan. “Aku takut kalau di saat terakhir kakek, aku gak bisa memenuhi itu, Om.”

Alea yang sedari tadi terdiam, kini hanya terdengar menghela napas berat. Dia tahu bahwa orang tuanya begitu menghormati Kakek Hadi seperti keluarga sendiri. Jadi, Alea hanya bisa pasrah dengan apapun respon orang tuanya.

“Sekarang, di mana kakekmu?” tanya Lukman setelah terdiam beberapa saat.

“Kakek masih di rumah sakit. Tadi aku dan Alea sudah menjenguknya. Kakek terlihat cukup senang saat melihat Alea,” jelas Rafif lagi. Dia benar-benar berharap kali ini akan mendapatkan titik terang.

“Ya sudah kalau begitu,” kata Lukman. Dia menatap putrinya sejenak, lalu beralih menatap istrinya untuk memastikan sesuatu. “Alea, kamu menikah dengan Rafif, ya.”

“Tapi, Alea belum siap, Pa,” jawab Alea. Wajahnya terlihat tidak begitu terkejut dengan keputusan itu, tetapi juga masih tampak kesal.

Bagaimanapun juga, bagi Alea, pernikahan hal besar yang tidak bisa diputuskan dengan mudah. Dia masih takut tidak akan bisa menjadi istri yang baik.

“Kamu sudah kenal dengan Rafif sejak kecil, keluarga kita juga mengenal dekat keluarga Rafif. Kamu gak perlu takut, Alea,” sahut Lukman, berusaha menenangkan anaknya.

“Alea, ini demi kakek, demi keluarga kita juga,” sahut Rafif penuh dengan harapan.

Alea menghela napas berat. Dia bingung harus bagaimana.

Di satu sisi, dia juga ingin mengabulkan permintaan Kakek Hadi yang sudah dia anggap sebagai kakeknya sendiri. Namun di sisi lain, dia masih takut dan juga masih cukup kesal dengan Rafif.

“Ya sudah kalau gitu, ini demi kakek,” ujar Alea setelah terdiam beberapa saat.

Mendengar keputusan Alea, Rafif langsung tersenyum lega. “Terima kasih, Al.”

Saat itu juga, Rafif menghubungi orang tuanya untuk memberitahu kabar ini. Lukman sebagai orang tua Alea, juga sempat mengobrol dengan orang tua Rafif melalui sambungan telepon tersebut. Akhirnya, mereka sepakat untuk melangsungkan akad nikah besok sore di rumah sakit, tepatnya di ruangan Kakek Hadi.

**

Siang ini, sembari menunggu pihak keluarga Rafif mengurus pemberkasan pernikahan di kantor catatan sipil, Alea bersiap di rumahnya, dibantu oleh ibunya dan seorang perias pengantin.

“Alea, kamu pakai kebaya ini ya,” kata Tania sambil menunjukkan kebaya putih dengan bawahan kain jarik coklat, yang merupakan kebaya pernikahannya dulu.

“Ma, gak usah pakai kebaya ya. Alea pakai baju biasa aja,” jawab Alea merasa enggan untuk memakai baju itu.

“Alea, meskipun ini cuma akad nikah saja, tapi ini kan momen sakral. Kamu gak mau meninggalkan kesan baik untuk ini?” bujuk Tania lagi.

“Tapi Ma, Alea kan menikah di ruangan kakek, takutnya malah ada kegaduhan di rumah sakit,” sanggah Alea.

“Nggak, sayang. Ruangan kakek kan berjauhan dengan dengan ruangan pasien lain. Lagipula, kita kan hanya sebentar,” jawab Tania, sekali lagi berusaha meyakinkan Alea.

Akhirnya, Alea hanya bisa menurut dengan pasrah.

Setelah beberapa jam Alea bersiap, akhirnya keluarga Alea langsung pergi menuju rumah sakit. Ketika mereka tiba di sana, ternyata semua telah siap.

Rafif dengan setelan jas sederhana tampak begitu siap dengan momen ini, dia tersenyum manis ketika melihat Alea datang dengan kebaya putih dan riasan sederhananya. Di samping itu, kedua orang tua Rafif juga tampak begitu senang saat melihat keluarga Alea setelah lama tidak berjumpa.

Kakek Hadi yang juga dalam kondisi sadar meskipun masih terbaring lemah, memancarkan wajah kegembiraan melihat cucunya bisa bersatu.

“Alea, terima kasih ya, sayang,” kata Mei, ibu Rafif, dengan senyum lega di wajahnya.

Alea hanya mengangguk pelan sambil tersenyum.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, petugas catatan sipil yang bertugas menikahkan Alea dan Rafif langsung mengambil langkah.

Namun, tepat ketika Rafif akan mengucapkan janji suci itu, Alea menyela, “Tunggu sebentar.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodoh di Tangan Kakek   128. Akhir

    “Good morning sayang,” bisik Rafif di telinga Alea.Perlahan Alea membuka matanya. Hal yang pertama kali dia lihat tentu saja suaminya, Rafif.Alea tersenyum teramat manis, membuat rasa cinta selalu mekar di hati Rafif setiap harinya, meskipun pernikahan mereka telah berlangsung bertahun-tahun.“Anak-anak dimana?” tanya Alea.“Di luar, ayo kesana!” ajak Rafif.Alea mengangguk kemudian bangkit dari tempat tidurnya.“Ternyata sudah siang ya?” tanya Alea melihat jendela kamarnya sudah terbuka dan cahaya matahari masuk menerobos melalui celah-celah gorden yang tertiup angin.Lalu, Alea berjalan mendekati jendela dan menyibak kain gorden yang menghalangi pandangannya.Di depan sana, terdapat hamparan pasir yang luas serta deburan ombak yang suaranya terdengar syahdu dari jendela kamar Alea.Pemandangan indah yang selalu Alea nikmati setiap pagi.Disinilah dia dan Rafif tinggal sekarang, sebuah mansion mewah yang terletak di sebuah pulau yang dikelilingi pepohonan rindang. Dan mansion mereka

  • Jodoh di Tangan Kakek   127. Drama Pagi

    Siang harinya, ayah sudah benar-benar pulang dari rumah sakit.Kejadian salah diagnosa yang sempat membuat terkejut kini hanya berlalu begitu saja. Sebab ketakutan mereka pada akhirnya tidak terjadi.Ayah hanya memerlukan pemeriksaan secara rutin dan mengkonsumsi obat yang disarankan agar kesehatannya bisa kembali seperti sedia kala.Hal ini tentu saja membuat bunda dan Rafif sangat lega. Ini artinya mereka bisa melanjutkan hidup seolah tidak terjadi apa-apa.Siang itu, semua urusan di rumah sakit telah selesai dan ayah bisa langsung kembali ke rumah.Bersamaan dengan itu, Zayn bersama dengan mama dan papa ternyata tiba di rumah ayah setelah menempuh perjalanan dari Puncak.“Papa!” panggil Zayn senang melihat Rafif yang baru saja menutup pintu mobil.“Nak!” sahut Rafif, kemudian menangkap Zayn di pelukannya.“Tadi di perjalanan ada yang terus menangis loh!” ucap mama.“Oh ya? Kenapa dia terus menangis oma?” tanya Rafif.“Sstt oma!” sahut Zayn.Rafif sontak tertawa mendengar Zayn yang

  • Jodoh di Tangan Kakek   126. Salah Diagnosa

    “Kondisi om Eddo saat ini cukup stabil dan sama sekali tidak berbahaya, juga jelas bukan karena penyakit jantung. Aku secara pribadi minta maaf karena diagnosa awal yang salah. Tapi, beliau tetap membutuhkan perawatan ekstra,” jelas Azfar pada bunda dan Rafif di ruangannya.“Memang apa yang sebenarnya terjadi?” tanya bunda.“Setelah melalui pemindaian CT Scan tadi aku menemukan sebuah gumpalan di pembuluh darah otak, ini yang menyebabkan om Eddo memejamkan matanya terus menerus.” Jawab Azfar.“Jadi, ayah tidak pingsan?” tanya Rafif.“Tidak, beliau hanya tertidur,” jawab Azfar.“Kondisi ini termasuk salah satu gejala stroke, beruntung beliau bisa langsung mendapatkan penanganan.” Jelas Azfar lagi.“Hhhh,” Rafif dan bunda bernapas dengan lega.“Lalu apa perawatan terbaik yang harus dilakukan?” tanya Rafif.“Besok kita lakukan test lab, setelah hasilnya keluar baru bisa diputuskan,” jawab Azfar.“Tapi apakah jantungnya benar-benar tidak masalah?” tanya bunda.“Sejauh ini, tidak ada tante

  • Jodoh di Tangan Kakek   125. Musibah 2

    “Mas! Ayah..” ucap Alea yang terengah-engah karena berlari.“Ayah kenapa?” tanya Rafif berdiri kemudian menghampiri Alea dan memegang kedua pundaknya. Dia melihat dengan jelas kalau Alea berlari terburu-buru, sehingga dia tidak memakai alas kaki.“Tadi ayah mengeluh dadanya sakit, lalu tiba-tiba ayah pingsan,” jelas Alea.“Apa?” tanya Rafif.Dokter yang juga mendengarnya segera berlari menuju ke ruangan ayah, begitu juga bunda yang baru saja merasa lega mendengar kondisi ayah, tiba-tiba kembali merasakan ketakutan yang begitu nyata.Rafif langsung menoleh ke arah bunda yang masih duduk di kursi depan meja dokter.Bunda hanya terdiam, tidak menangis, terlihat tenang, namun Rafif tahu dibaliknya ada ketakutan yang sangat dahsyat.“Sayang, pakai sandalku! Kamu tolong temani bunda ya, aku mau lihat keadaan ayah,” ucap Rafif.“Baik mas,” ucap Alea, kemudian menerima sandal milik Rafif dan menghampiri bunda.Sementara itu Rafif berlari kencang menyusul dokter yang sedang menangani ayahnya.

  • Jodoh di Tangan Kakek   124. Musibah

    Pasca merayakan ulang tahun Cindy, Alea dan Rafif yang baru saja memasuki kamar Villa untuk beristirahat, menerima sebuah telepon.Rafif yang baru saja merebahkan dirinya di tempat tidur mendengar ponselnya berdering, dia lalu bergegas melihat siapa penelepon tengah malam ini.Baru saja dia akan mengumpat karena merasa terganggu, dia urungkan saat melihat siapa yang menelepon.“Ada apa menelepon jam segini?” gumam Rafif.Perasaan yang semula tenang, mendadak menjadi penuh dengan kekhawatiran.“Halo bunda,” ujar Rafif.Alea yang berbaring disampingnya ikut berdiri sambil merasa heran karena ini hampir tengah malam.Hal yang pertama Rafif dengar adalah tangisan bunda, membuat ketakutan hinggap di sekujur tubuh Rafif.“Ada apa bunda?” tanya Rafif.“Ayahmu tidak sadarkan diri,” ucap bunda lirih.“Apa?” tanya Rafif terkejut.“Sekarang di rumah sakit,” jawab mama lemah.“Oke, aku kesana sekarang.” Jawab Rafif.Sebenarnya Rafif dipenuhi dengan keterkejutan, tetapi berusaha untuk tetap tenang

  • Jodoh di Tangan Kakek   123. Selamat Merayakan

    Cindy terbelalak sambil menutup mulut dengan kedua tangannya.Bagaimana tidak terkejut? Kedatangannya disambut meriah oleh semua orang yang sangat dia kenal, seluruh keluarganya berkumpul termasuk ibu, bapak dan adik-adiknya dari Surabaya pun turut hadir.“Kalian juga disini? Kapan datang?” tanya Cindy pada keluarganya dan memeluknya satu persatu.“Tadi siang, Azfar juga yang jemput kita di bandara!” jawab bapak.“Jadi kamu bukan ke rumah sakit tadi siang?” tanya Cindy pada Azfar.“Untuk apa ke rumah sakit di akhir pekan?” Azfar balik bertanya.Sontak saja Cindy merasa jengkel karena merasa dikerjai.Jadi, siang tadi saat Azfar menerima telepon. Itu adalah telepon dari Bayu yang mengabari kalau dia dan keluarga sudah sampai di bandara.Azfar bergegas pergi menjemput mertua dna adik iparnya yang kemudian dia antarkan ke rumah mama untuk kemudian pergi ke puncak, tempat dimana mereka berada sekarang.Setelah Cindy menyapa keluarganya, dia juga menyapa mama, papa, Alea, Rafif lengkap den

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status