Share

Bab 3

Setelah puas berbulan madu di hotel, Gibran memboyong Raisa kerumahnya. Raisa hanya membawa beberapa potong baju didalam tasnya yang sudah usang. Gibran melirik tas itu begitu kusam dan hampir putus talinya.

"Apa kau semiskin itu hingga tas plastik saja tidak punya? " cemooh Gibran membuat Raisa malu dan menyembunyikan tali tasnya yang penuh peniti yang hampir putus itu.

"Tas ini berharga bagi saya tuan. Ini kado pemberian papa saya dulu saat saya berulang tahun" Raisa tidak memiliki banyak uang untuk membeli tas baru. Dia sering dibully dan diejek oleh teman-temannya. Semua yang dipakai Raisa sudah kusam dan kebanyakan dikasih orang.

Raisa hanya memikirkan bagaimana bisa makan sehari-hari dan bayar kontrakan. Ia juga kerja paruh waktu di sebuah cafe menjadi seorang pelayan dan kadang pagi-pagi dia menjadi penjual koran. Apapun pekerjaannya yang penting halal dan bisa menyambung hidupnya.

Sejak Rangga sakit, Raisa berhenti kuliah. Dia bekerja dari pagi sampai tengah malam untuk mencari uang. Tapi tetap saja dia masih kekurangan uang. Mengingat itu Raisa kembali bersedih. Rangga sekarang sudah sehat tapi masih dalam masa pemulihan. Raisa ingin bertemu dengan Rangga karena seminggu ini Gibran tak mengijinkan dia keluar dari kamar hotel.

Gibran menggaulinya pagi, siang, dan malam. Intinya masih terasa sakit dan perih. Dia tidak bisa berjalan dengan normal.

Akhirnya mereka sampai di rumah besar Gibran. Mata Raisa membola saat melihat rumah megah Gibran seperti istana. Arsitektur nya bergaya Eropa. Suaminya ini pasti sangat kaya raya. Gibran turun dari mobilnya diikuti oleh Raisa di belakangnya.

"Mulai saat ini kamu akan tinggal disini bersama dengan anak dan istriku. Aku akan memanggil mereka" tak lama kemudian muncullah Ayudia dan anak keduanya yang bernama Valery. Valery menggendong bayinya yang baru dia lahirkan 6 bulan yang lalu. Dia menikah muda karena hamil duluan lalu bercerai setelah 2 bulan menikah. Suaminya selingkuh dengan cabe-cabean dan meninggalkannya.

"Kenalkan ini istriku Ayudia, ini Vallery anak keduaku dan ini Kyla cucuku" Gibran menyebutkan satu persatu anggota keluarganya pada Raisa. Raisa berusaha tersenyum pada mereka

"Perkenalkan saya Raisa" sapa Raisa sambil menyodorkan tangannya tapi tak ada satupun dari mereka yang membalasnya. Raisa kembali menarik tangannya dengan gugup.

"Gembel ini jadi istri barunya papa? " hina Vallery tak suka melihat Raisa. Dia berpikir jika Raisa adalah wanita jalang yang menjual tubuhnya demi uang. Masa wanita semuda Raisa mau saja dengan papanya yang sudah tua. Pasti umur Raisa seumuran dengan kakaknya.

"Jaga bicaramu Vallery!! " tegur Gibran.

Vallery hanya diam sambil memandang sinis pada Raisa.

"Bi Ijah tolong antarkan Raisa ke kamar miliknya" perintah Gibran.

"Baik tuan" bi Ijah mengantar Raisa ke kamar yang sudah disediakan oleh Gibran. Kamar itu juga akan menjadi kamarnya juga karena Gibran akan sering tidur dengan Raisa selain dengan Ayudia. Beberapa baju Gibran juga tersimpan di dalam kamar itu.

Raisa berdecak kagum melihat kamarnya yang lebih luas dari kontrakannya. Enak sekali jadi orang kaya. Raisa memimpikan ini dari dulu. Punya kamar yang bagus dan ranjang yang empuk.

"Non bibi permisi dulu ya kalau butuh apa-apa panggil bibi aja ya dibawah"

ujar bi Ijah.

"Iya bi makasih ya" Raisa merebahkan diri di ranjang yang empuk itu setelah bi Ijah keluar. Dulu dia tidur di atas karpet usang yang sudah koyak sekarang baru kali ini Raisa merasakan tidur di ranjang empuk seperti ini. Karena terlalu nyaman rebahan Raisa akhirnya tertidur karena selama ini ia kurang tidur.

Di kamar lainnya Gibran memeluk Ayudia yang merajuk karena Gibran menghabiskan waktu selama satu minggu di hotel untuk meniduri Raisa. Ayudia takut Gibran akan jatuh cinta dengan kecantikan Raisa.

"Sudah dong jangan marah ya kan kamu sudah setuju aku nikah sama dia" rayu Gibran pada istri tuanya.

"Lebih nikmat aku apa dia? " tanya Ayudia cemburu.

"Nikmat kamu lah sayang. Dia kaku tidak selincah dan seganas dirimu. Aku rindu sama kamu nih jangan marah dong" Gibran mencium tengkuk Ayudia yang terbuka. Ayudia meremang saat Gibran menyentuhnya. Mereka akhirnya bercinta setelah seminggu tidak bertemu.

Gibran memompa Ayudia dengan bersemangat. Meski lubang istrinya itu tidak mengigit lagi seperti dulu tapi tetap bisa memberikan dia kenikmatan. Tapi entah mengapa sekarang dia membandingkan milik Ayudia dan Raisa. Dia tercandu-candu dengan tubuh istri mudanya itu. Apalagi dialah orang pertama yang merenggut keperawanannya.

Sampai akhirnya mereka selesai bercinta Gibran merasa hampa. Ia belum puas dan ingin bermain lagi dengan Raisa. Setelah memastikan Ayudia tertidur, Gibran mengendap-endap ke kamar Raisa.

Gibran melihat Raisa sedang tertidur pulas di atas ranjang. Paha wanita itu terlihat karena dressnya tersingkap ke atas. Gibran tak bisa menahannya lagi dan menyentuh paha Raisa hingga ke dalam miliknya.

Raisa yang merasakan sentuhan itu sontak terbangun. Dia melihat bahwa yang menyentuhnya adalah suaminya. Gibran mengukung tubuhnya dan mulai memagut bibirnya. Raisa tak kuasa menolak kemauan suaminya itu. Akhirnya mereka kembali bercinta hingga subuh menjelang.

Keesokan paginya Ayudia tidak menemukan Gibran di sampingnya. Ia pun mandi dan berganti pakaian. Setelah itu Ayudia turun kebawah dan hanya menemukan Vallery dan cucunya Kyla disana.

"Mana papa dan wanita itu? " tanya Ayudia ikut duduk di kursinya.

"Papa dan wanita itu belum turun ma" jawab Vallery sambil menyuapkan bubur bayi pada Kyla.

Tak lama kemudian Gibran dan Raisa turun bersamaan dari atas tangga. Ayudia melihat rambut basah Gibran dan Raisa. Mata Ayudia membulat saat melihat banyak kissmark di leher dan dad* Raisa. Raisa canggung saat mereka semua menatapnya. Gibran mendahuluinya dan duduk di samping Ayudia istri tuanya.

"Selamat pagi ma" Gibran menyapa Ayudia sambil mengecup bibirnya di hadapan Raisa. Raisa tidak terlalu memperdulikannya. Dia duduk di sebelah Gibran dengan canggung.

Ayudia tersenyum menatap suaminya meski sebenarnya hatinya sangat marah dan kesal karena setelah menidurinya semalam Gibran malah bermain dengan Raisa. Ia melihat bibir Raisa membengkak pasti percintaan semalam begitu dahsyat.

"Devan kapan pulang ya ma? " tanya Gibran sambil mengambil sarapannya yang sudah terhidang di atas meja.

"Katanya hari ini dia pulang pa" jawab Ayudia sambil melirik sinis pada Raisa. Raisa hanya diam menikmati makanannya. Dia tau jika Ayudia tidak menyukai dirinya.

"Dia harus segera mengurus perusahaan dan berhenti bermain-main. Tolong nasehati Devan ma. Papa sudah tua dan ingin menikmati masa tua papa bersama mama dan Raisa" ujar Gibran.

"Iya pa nanti kalau Devan pulang mama akan menasehatinya" jawab Ayudia.

Suara langkah kaki terdengar menuju ke arah mereka di ruang makan. Mereka semua menoleh ke arah sosok yang sudah setahun ini tidak pernah pulang kerumah.

"Papa Mama!! " sapa Devan.

Mata Raisa membulat saat melihat Devan berada disini. Jadi Devan yang mereka bicarakan dari tadi adalah Devan Putra Wijaya. Kenapa bisa kebetulan seperti ini. Raisa segera menyembunyikan wajahnya. Entah apa yang akan dikatakan Devan jika tau dia menikah dengan papanya.

Devan memeluk Ayudia dan Gibran secara bergantian. Tapi dia bingung saat melihat seorang wanita yang duduk di samping papanya.

"Siapa dia pa? " tanya Devan penasaran.

Raisa tidak mau menoleh karena takut melihat reaksi Devan.

"Kenalkan ini Raisa istri baru papa" ucap Gibran membuat Devan terkejut. Papanya menikah lagi tanpa sepengetahuannya. Devan marah karena papanya menikah lagi. Dia tidak akan memperlakukan wanita itu dengan baik dan membuat hari-harinya seperti di neraka.

"Hai aku Devan anak pertama dalam keluarga ini" Devan mengulurkan tangannya pada Raisa yang dari tadi menundukkan wajahnya. Raisa tak bisa menghindar lagi. Cepat atau lambat Devan akan mengetahuinya. Dia mengangkat wajahnya dan membalas uluran tangan Devan.

"Hai juga aku Raisa" Devan tampak terkejut saat melihat Raisa yang dimaksud papanya adalah mantan kekasihnya yang ia tinggalkan satu tahun yang lalu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status