Zafar memberikan pakaian baru yang ia beli untuk ibunya dan Zanira juga. Laki-laki itu tidak melupakan ibunya maupun saudara kandungnya meskipun dia sudah menikah dengan Tia.Dia tidak ingin membenarkan apa yang ibunya pikirkan tentangnya bahwa di hanya peduli dengan Tia dan tidak peduli dengan wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya."Kakak, kau tidak perlu membeli ini juga untukku. Aku masih memiliki banyak baju yang bagus," kata Zanira merasa tidak enak."Kenapa Zanira? Aku membelinya dengan senang hati untuk adikku tersayang ini."Zafar duduk di kamar Zanira dan berbicara pada wanita itu."Iya aku tahu, tapi kak Tia lebih membutuhkan ini kak, jadi kau bisa membeli untuknya saja. Lagipula kau sudah sering membelinya untukku, saat ini giliran kau membelikannya untuk istrimu kan?"Zanira sangat pengertian pada Zafar dan itu membuat senyum manis Zafar mengembang di wajahnya. Dia tidak menyadari kapan adiknya bisa menjadi sedewasa ini."Dengar kakak, aku bukanlah ibu. Aku adala
“Aku tidak akan membuatkannya untuknya Zanira,” ucap Tia.Perempuan itu berpikir dia tidak belajar membuat teh karena ingin membuatkannya untuk Zafar, melainkan untuk dirinya sendiri. Lagipula Tia juga berpikir kalau dia tidak akan lama berada di rumah ini.Hanya sampai menunggu Zafar menerima gajinya dan dia bisa keluar dari rumah ini dan tidak ingin berhubungan lagi dengan Zafar dan juga keluarganya apalagi Zanira.Mendengar apa yang Tia katakan membuat Zanira terkejut, dan Zanira juga sama. “Itu memang benar, apa yang bisa Zafar harapkan dari wanita sepertimu? Bahkan secangkir teh saja Zafar tidak mengharapkannya darimu.”Jahama merasa kesal pada Tia, ingin sekali dia mengusir Tia dari rumahnya, tapi Jahama pikir saat ini bukan saat yang tepat.“Putraku memang sangat tidak beruntung harus menikahi gadis sepertimu, semoga Tuhan segera memberikan keadilannya,” ungkap Jahama lagi.“Tentu saja bibi, aku juga tidak mau menjadi istri Zafar dan akan berlama-lama berada di sini,” jawab Ti
“Sudahlah Tia, kau harus istirahat dan besok harus bangun pagi.”Tia hanya menurut saja dan segera memejamkan matanya. Dia sudah tidak sabar untuk menunggu esok hari.Malam ini Tia tidur dengan senang hati dan merasa lebih lega dibandingkan hari-hari sebelumnya.Sedangkan Zafar harus menerima kenyataan bahwa besok dia harus mengantarkan Tia dan berpisah dengannya.Keesokan harinya, Tia sudah bangun lebih awal dan melihat Zafar masih tertidur nyenyak.Biasanya Zafar bangun lebih pagi dari Tia, namun tidak untuk kali ini.Tia melihat wajah laki-laki yang tidur di lantai itu dan berpikir bahwa Zafar pasti sangat lelah.Dia berinisiatif untuk membuatkan teh untuknya. Kemarin Zanira bilang Zafar suka minum teh di pagi hari.Sebenarnya Tia tidak ingin membuatnya, tapi karena dia pikir sesekali sebelum dia berpisah dari Zafar, ia akan membuatnya.Saat Zafar sudah bangun dia tidak melihat Tia di kamarnya. Laki-laki itu ingin mencarinya dan Tia lalu datang ke kamarnya dengan secangkir teh di t
Zafar dan Tia pergi menggunakan kereta. Mereka harus menempuh perjalanan jauh untuk bisa sampai ke rumah pamannya Tia. Selama dalam perjalanan Zafar selalu melindungi Tia dan menjaganya dari keramaian yang membuat Tia bisa saja terjatuh karena harus berdesak-desakan dengan banyak orang.Sesampainya di dalam kereta Tia merasa lelah dan kehausan hingga ia pun terbatuk batuk."Tia minumlah," kata Zafar sambil memberikan sebotol minuman pada Tia.Laki-laki itu untung saja sempat membeli satu botol minum sebelum menaiki kereta tadi.Saat ada seorang laki-laki yang duduk di samping Tia, Zafar merasa tidak suka apalagi tatapan laki-laki itu pada Tia sangat buruk.Tia pun juga merasa risih dengannya."Eemm Tia, kau pindah kesini saja biar aku yang duduk di tempatmu," kata Zafar meminta Tia untuk bertukar posisi dengannya.Perempuan itu hanya menurut saja karena memang itu yang terbaik untuknya. Tia tidak habis pikir jika dia pergi sendiri maka apa yang akan terjadi padanya.Selama ini Tia
Tia tidak berdaya setelah dirinya diusir dari rumah pamannya bahkan oleh pelayan di rumah itu.Dirinya sama sekali tidak tahu akan pergi kemana setelah ini. Dia sudah menyuruh Zafar pergi dan sekarang pasti Zafar sudah pergi jauh darinya.Tiba-tiba saat Tia sudah putus asa, seseorang mengulurkan tangannya dan ingin membantu Tia untuk berdiri.Dia pun melihat wajah orang itu yang tak lain adalah Zafar. Ternyata laki-laki itu tidak benar-benar pergi seperti yang Tia minta.Zafar merasa tidak yakin untuk meninggalkan Tia di rumah itu dan memilih untuk menunggunya di sekitar rumah itu. Dan benar saja, tidak beberapa lama Zafar menunggu, Tia keluar dari rumah itu dan mendapatkan perlakuan kasar dari pelayan di rumah pamannya.Dengan terpaksa Tia harus menerima uluran tangan itu. Sekarang dirinya benar-benar sangat sedih karena ternyata keinginannya tidak terwujud.Setelah menunggu cukup lama dan memiliki kesempatan untuk datang ke rumah pamannya, ternyata tidak ada hasil yang ia peroleh.“
"Untuk apa aku hidup jika terus seperti ini? Aku tidak memiliki siapapun lagi, tidak ayahku, pamanku bahkan ibuku."Air mata Tia pun mengalir begitu saja karena dia tidak bisa menahannya lagi.Zafar benar-benar terluka melihat Tia masih saja serapuh ini. Tia bahkan tidak menganggap dirinya ada setelah berkata bahwa dia tidak memiliki siapapun."Berhentilah menangis Tia, sebelum kau bertemu dengan ibumu kau tidak boleh menyerah. Aku akan membantumu untuk itu," tutur Zafar tidak tega."Untuk siapa aku harus hidup? Jika ayahku saja membenciku dan aku tidak pernah bertemu dengan ibuku sendiri."Mendengar itu Zafar hanya bisa menjawabnya dalam hati "jika aku mengatakan kau adalah kekuatanku dan harus tetap bertahan untukku, pasti kau juga tidak akan suka itu Tia karena seseorang yang kau harapkan bukanlah aku. Tapi aku janji akan membantumu untuk bertemu dengan ibu kandungmu dan membuatmu bahagia.""Tidak baik berbicara seperti itu Tia. Kau memiliki ayah yang baru dan sangat menyayangimu."
"Kau?" tanya Jahama tidak percaya dengan apa yang ia lihat."Kakak ipar?" Zanira juga terkejut sekaligus merasa senang melihat Tia. Semua orang yang melihat Tia tidak menyangka bahwa wanita itu akan kembali lagi bersama Zafar.Kamal dan Zanira merasa senang melihat kedatangan Tia, tapi tidak dengan Jahama."Untuk apa kau kemari?" tanya Jahama pada Tia dengan kesal."Ibu, biarkan kami masuk dulu, apa ibu tidak melihat aku dan Tia baru saja kehujanan ibu," kata Zafar tidak ingin ibunya berbicara yang tidak-tidak pada Tia."Aku tidak bicara padamu Zafar. Tapi aku bicara pada wanita ini. Kenapa dia bisa kembali lagi ke sini? Bukankah dia bilang akan pergi ke rumah pamannya?""Sudahlah Jahama, ada apa denganmu? Apa begini caramu menyambut anak menantumu sendiri? Mereka baru saja kembali." "Tadi kau menantikannya, dan setelah mereka pulang harusnya kau senang dan menyambutnya dengan baikan."Kamal benar-benar kesal dengan sikap istrinya yang bahkan belum membiarkan anaknya masuk sudah ber
Zafar membawa Tia ke kamarnya dia begitu khawatir dengan kondisi Tia saat ini. "Kakak aku membuatkan sup hangat untukmu, makanlah, kalau tidak kau juga akan sakit nanti."Zanira meletakkan sup itu di meja dan menghampiri Zafar yang duduk di samping ranjang Tia."Kak Tia pasti akan baik-baik saja kak, aku akan mengambilkan air untuk mengompresnya," tutur Zanira lalu pergi meninggalkan kakaknya.Saat Zanira keluar dia mendengar kedua orang tuanya masih berdebat."Semua ini gara-gara kau Jahama, kau sudah membuat Tia tertekan.""Apa maksudmu? Berhentilah menyalahkan diriku. Aku hanya ingin yang terbaik untuk putraku, itu saja.""Tapi bisakah kau tidak berbuat kasar? Setidaknya tanyakan dulu apa alasan Tia kembali setelah dia ingin sekali menemui pamannya. Kau justru menghakiminya.""Ya Tuhan, tolonglah aku, semua orang menyalahkan diriku karena wanita itu. Dengar Kamal, kau tidak tahu apa yang wanita itu katakan padaku saat kau tidak ada di rumah. Dia tidak mencintai Zafar, aku tidak in