Share

Bab 6

Penulis: Viraadee
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-20 13:31:12

“Zanira,” panggil Zafar sambil mengetuk pintu kamar perempuan itu dan masuk.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam. Ada apa Kak?”

Zafar pun lalu duduk di tepi ranjang adik kesayangannya itu sambil tersenyum.

“Bagaimana kuliahmu? Apa semua berjalan dengan baik?” Zafar mencoba basa basi dengan Zanira adiknya.

“Tentu saja, ada banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan dan sebenarnya aku hampir gila karena itu.”

“Hahahaha, apa yang kau katakan? Kau adalah calon seorang dokter, bagaimana kau akan mengeluh seperti ini?”

Zanira lalu terdiam, dia duduk di kursi belajarnya sambil memandangi semua buku-buku tebal miliknya. 

Gadis itu hanya memikirkan bagaimana dirinya akan melanjutkan pendidikannya sekarang? Zafar sudah kehilangan pekerjaanya dan sekarang dia juga harus bertanggung jawab pada istrinya. 

Sebenarnya Zafar dan Zanira masih memiliki satu orang saudara lagi, namanya adalah Tarfan. Sayangnya laki-laki itu tidak tinggal di rumah ini. Tarfan memilih untuk menikmati hidupnya di luar kota dan bekerja sendiri.

Tarfan tidak peduli pada keluarganya yang miskin, dia ingin terbebas dari kemiskinan itu dan meninggalkan rumahnya. Zafar tidak bisa menghentikan adiknya itu dan membiarkan dia pergi.

Zafar yang melihat adiknya tiba-tiba terdiam pun penasaran. "Apa yang kau pikirkan Zanira? Apa ada masalah?” tanyanya. 

Zafar pikir sudah lama tidak berbicara pada adik kandungnya itu dan menanyakan kabarnya. Beberapa hari ini dia sibuk dengan masalahnya sendiri hingga jarang berbicara banyak pada Zanira.

“Emm tidak ada. Apa kakak tidak bekerja hari ini?” tanya Zanira dengan hati-hati takut menyinggung perasaan Zafar.

“Doakan saja kakakmu ini segera mendapatkan panggilan dari beberapa tempat yang aku lamar.”

“Tapi, tadi pagi aku melihatmu pergi. Memangnya kemana kakak pergi?”

“Aku mengurus pencabutan laporanku di polisi, kakak iparmu adalah perempuan yang berhati baik. Dia tidak ingin menyakiti siapapun yang telah menyakitinya. Mungkin aku harus belajar banyak darinya.”

“Baiklah aku juga," ujarnya dengan senang. Sedetik kemudian gadis itu mulai sedikit ragu. "Tapi sepertinya kakak ipar tidak menyukaiku, dia tidak banyak bicara padaku,” curhat Zanira.

Zafar tersenyum mencoba membuat adiknya mengerti. “Dia pasti akan menyukaimu. Semua hanya tentang waktu.”

Mendengar itu Zanira menatap kakaknya. "Dia pasti juga akan menyukaimu kak. Aku harap kau akan mendapatkan cinta darinya.” Zanira tahu Zafar sudah menyukai Tia sejak lama.

Zafar merasa pesimis karena Tia membencinya meskipun laki-laki itu menjadi suaminya. "Aku tidak mengharapkannya Zanira. Cinta adalah memberi dengan tulus, ketika kita memberi jangan pernah berharap akan diberi kembali, itulah ketulusan. Tidak ada harapan apapun yang ingin aku dapatkan selain dari melihat orang yang aku cintai bahagia. Rasanya seperti tidak mungkin kalau aku akan memiliki hatinya.”

Mendengar itu dari Zafar, Zanira ingin tertawa karena kakaknya bisa menjadi seputus asa ini dalam menghadapi kisah cintanya.

“Kakak, bagi Tuhan tidak ada yang tidak mungkin. Kau bilang kakak ipar memiliki hati yang baik kan? Tapi kakakku ini juga memiliki hati yang tulus. Lalu kenapa Tuhan tidak membuat keduanya bersatu dan menjadi pasangan yang memilki hati yang baik dan tulus?”

Zanira mencoba meyakinkan hati kakaknya yang sepertinya mulai rapuh karena Tia yang tidak mencintainya. Zafar pun tersenyum mendengar apa yang Zanira katakan padanya. Sampai dia lupa bahwa tujuannya datang ke kamar Zanira adalah untuk meminjam baju miliknya untuk Tia.

“Sebenarnya kakak iparmu tidak membawa bajunya dari rumahnya, ibu tirinya tidak mengizinkan dia membawa apapun di rumahnya, jadi aku ingin kau pinjamkan beberapa baju milikmu untuknya,” pinta Zafar.

Zanira tidak keberatan dengan itu. “Baiklah, itu tidak masalah. Kau memiliki seorang adik perempuan jadi kau bisa meminjamnya. Akan aku pilihkan untuk kakak ipar,” kata Zanira dengan senang hati.

Perempuan itu kemudian membuka lemarinya dan memilihkan beberapa baju untuk Tia lalu memberikannya pada Zafar.

“Terimakasih Zanira, setelah aku bekerja nanti, aku akan membelikan baju untuk kakak iparmu.”

“Dan juga untukku,” tambah Zanira tidak ingin Zafar melupakannya.

“Hhahaha tentu saja,” kata Zafar sambil tertawa kecil.

Laki-laki itu lalu meninggalkan kamar Zanira dan kembali ke kamarnya untuk menemui Tia. Jahama melihat Zafar membawa beberapa baju Zanira dan curiga padanya.

“Untuk apa kau membawa baju-baju milik adikmu Zafar?” tanyanya sambil menghampiri anaknya itu.

Mendengar Jahama bertanya seperti itu dia meminta Jahama untuk berbicara padanya di ruang tamu saja supaya Tia tidak mendengarnya. Zafar takut ibunya akan mengatakan hal yang tidak baik lagi dan Tia mendengarnya.

“Kenapa kau menyuruhku ke sini?” protes Jahama dengan kesal.

“Sekarang katakan padaku kemana kau akan membawa baju-baju itu?” tanya Jahama lagi mengulangi pertanyaanya. 

Mau tidak mau Zafar harus menjelaskannya. "Ibu, Tia tidak membawa baju miliknya, dia tidak mungkin menggunakan baju milikku, jadi aku meminjamnya pada Zanira,” terang Zafar pada ibunya.

Jahama benar-benar heran padanyam "Aku sudah menduganya Zafar. Bahkan seseorang yang kabur dari rumah saja dia masih berpikir untuk membawa semua baju-bajunya. Dia menikah dan akan tinggal di rumah mertuanya, tapi kenapa dia tidak membawa semua bajunya? Perempuan apa itu?” 

Jahama benar-benar sangat heran dan tidak mengerti pada Tia. Pertama Tia datang tanpa membawa apapun dengan wajah menyedihkan dan luka-luka di tubuhnya. Jahama pikir dia akan mengambil barang-barangnya setelah itu. Tapi ternyata tidak.

“Ibu, aku mohon bicaralah dengan pelan. Aku tidak ingin Tia mendengarnya dan sakit hati karena ucapanmu ibu.”

“Oowh begitu ya? Sekarang kau terus saja membela dan meratukan istrimu itu. Aku ini ibumu Zafar, apa sekarang kau tidak akan menghormatiku lagi setelah kau menikah dengannya?” Jahama tidak terima dengan tanggapan Zafar padanya.

“Bukan begitu ibu, tolong mengertilah. Setelah menikah dan diusir dari rumahnya, Tia tidak memiliki siapapun ibu, dia hanya memiliki aku sebagai suaminya, siapa lagi yang akan membela dan peduli padanya? Setelah menikah aku tidak kehilangan apapun ibu, aku masih memiliki kelurgaku, rumahku, teman-temanku dan aku juga mendapatkan istri untukku. Lalu apa salahnya jika aku membantunya dengan semua ini ibu?”

Pembelaan Zafar untuk Tia sungguh membuat Jahama marah. “Kau memang tidak kehilangan rumahmu dan keluargamu Zafar. Tapi kau kehilangan pekerjaanmu karena wanita itu," terangnya menyalahkan Tia. "Selama ini pekerjaamu yang dapat menghidupi orang tua dan adikmu, tapi setelah menikahi wanita itu dan kehilangan pekerjaanmu, apa wanita itu bisa menghidupi kita?” tanya Jahama dengan kesal dan tidak menuruti permintaan Zafar untuk berkata pelan.

Untung saja Kamal mendengar istrinya berkata seperti itu dan menyuruhnya untuk diam. Kamal menyuruh Jahama untuk menyiapkan makan padanya supaya dapat menghentikan ceramah Jahama pada Zafar.

Meskipun dengan kesal, Jahama menuruti suaminya. Dia tidak terlalu berani menentang Kamal suaminya.

“Kau tidak perlu memikirkan ucapan ibumu itu. Apa yang kau katakan itu benar Zafar. Sekarang Tia hanya memilikimu, selain menjadi suami, kau harus menjadi teman yang baik untuknya,” tutur Kamal pada Zafar.

“Terimakasih ayah, hanya kau yang mengerti aku dengan lebih baik.”

“Jangan pikirkan ibumu yang berkata tidak baik, Tuhan pasti akan mengganti pekerjaanmu dengan lebih baik,” kata Kamal lagi mencoba membuat Zafar merasa tenang.

Setelah itu dia menyuruh Zafar untuk masuk ke kamarnya menemui Tia. 

Zafar hanya bisa berharap dia akan segera mendapatkan pekerjaan, ada banyak hal yang harus dia selesaikan dengan uang. Terutama untuk mewujudkan keinginan Tia yang ingin menemui ibunya. 

Keluarganya juga membutuhkan uang untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Apalagi biaya kuliah Zanira, Tia harus menanggungnya.

Ada cita-cita adiknya yang harus ia bantu untuk mewujudkannya, ada orang tuanya yang menjadi tanggung jawabnya dan tentu saja ada kebahagiaan istrinya yang harus ia penuhi juga.

Zafar hanya berharap dia bisa melakukan semua tanggung jawab itu meski sekarang dalam keadaan yang sulit.

Sebelum masuk ke kamarnya, dia mencoba untuk memasang wajah tanpa masalah di depan Tia. Dia tidak ingin perempuan itu tahu masalahnya.

“Tia," panggil Zafar pada istrinya.  "Zanira meminjamkan beberapa bajunya untukmu, kau bisa mengganti pakaianmu dengan ini,” jelasnya sambil memberikan baju itu pada Tia.

“Itu tidak perlu Zafar. Katakan pada adikmu tidak perlu ikut mengasihaniku juga,” ucap Tia menolak dengan gaya judesnya.

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi Pelayan   Bab 38

    “Apa aku harus memasak untuk Zafar? Lalu bagaimana jika aku sampai melakukan kesalahan hingga membakar rumah ini? Jahama pasti akan membakarku hidup hidup juga,” keluh Tia merasa ragu dengan keinginannya.Akhirnya Tia memberanikan diri untuk pergi ke dapur Jahama, apapun resikonya dia menguatkan hatinya untuk menanggungnya, jika dia sampai melakukan kesalahan lagi dia pikir akan meminta Zafar untuk membelanya.Zanira yang melihat kakak iparnya belajar memasak dan hendak melakukan langkah yang salah dalam memasak pun menegurnya.“Sayuran itu tidak bisa kau masukkan sekarang kak, tunggu dulu sampai airnya mendidih.”Meskipun Zanira masih merasa kesal dan tidak ingin bicara pada Tia tapi dia tidak tega melihat usaha Tia untuk memasak harus sia-sia hanya karena dia tidak tahu langkah-langkahnya.“Emm, eh iya Zanira aku tidak tahu. Sebenarnya aku sudah menonton video tutorialnya tadi, tapi aku sedikit lupa,” ucap Tia merasa sedikit senang karena Zanira mulai bicara padanya.“Lain kali kak

  • Terpaksa Menikahi Pelayan   Bab 37

    "Tapi saat ini aku masih belum bisa memaafkanmu kak.""Zanira, kau tidak boleh marah padaku.""Kenapa tidak? Kau sudah membuatku kecewa kenapa aku tidak boleh marah padamu?" "Baiklah kau boleh marah padaku," ungkap Zafar akhirnya pasrah. Dia tidak ingin memaksa Zanira lagi dan memilih supaya gadis itu luluh dengan sendirinya.Zanira yang mendengar kakaknya berkata seperti itu seakan merasa dirinya sedikit bersalah."Tapi kau tidak boleh marah pada Tia," ujar Zafar lagi meminta pada adiknya supaya tidak marah pada Tia."Aku tidak marah padanya," elak Zanira."Aku tidak akan memaksamu Zanira. Tapi tolong kau pikirkan lagi, kakak iparmu peduli padamu dan menyayangimu. Kalau kau marah padanya dan merasa kesal padanya siapa yang akan menjadi teman untuknya? Ibu sudah memarahinya hari ini, tapi tolong kau berbaik hatilah pada Tia!"Setelah mengatakan semua itu, Zafar lalu pergi meninggalkan adik perempuannya itu.Perempuan itu memikirkan apa yang kakaknya katakan padanya. Sepertinya tidak

  • Terpaksa Menikahi Pelayan   Bab 36

    "Apa kau bilang pada kakak bahwa aku yang meminta uang darimu?"Tia benar-benar terkejut mendengar penjelasan dari Zanira. Dia tidak tahu apa yang sudah terjadi pada Zanira."Tapi Zanira ada apa? Kenapa kau menuduhku seperti itu? Aku tidak mengatakan apapun.""Tidak mengatakan apapun kau bilang kak? Kalau kau tidak mengatakan apapun pada kak Zafar lalu kenapa kakak memarahiku semalam? Dia tidak suka aku menerima uang darimu, tapi kau sendiri yang memaksaku kan? Apa kau ingin membuat kakakku sendiri membenciku?"Zanira benar-benar emosi pada Tia saat ini. Gadis itu tidak bisa berbicara lagi dengan baik pada Tia."Dengarkan aku Zanira, aku memang memberinya untukmu dengan senang hati karena aku tidak membutuhkan uang itu–""Tapi setelah itu kau membutuhkannya untuk mengobati tanganmu itu kan? Karena itulah kakak pasti kesal padaku karena menerima uang darimu. Kalau saja kau tidak memberikannya padaku kau bisa menggunakan uangmu itu untuk berobat. Tapi kau memberinya untukku dan sudah ak

  • Terpaksa Menikahi Pelayan   Bab 35

    "Kalau kau ingin membuatku bahagia maka kau harus segera bisa membuatku bertemu dengan ibuku, meninggalkan rumah ini dan juga dirimu."Itu hanya sebuah kata-kata tapi sakitnya luar biasa. Definisi kebahagiaan bagi Tia yang telah ia ucapkan dengan jelas di depan Zafar saat ini."Aku akan mengusahakannya untukmu Tia, aku tidak akan pernah melupakan itu."Meski perih laki-laki itu tetap tidak ingin menampakkannya pada Tia.Apapun yang menjadi mau Tia akan Zafar usahakan meskipun kemauan itu akan menghancurkan hati Zafar sekalipun.Zafar lalu buru-buru untuk segera berangkat ke kantor dan meninggalkan Tia.Begitu ia ingin keluar dari rumahnya, seperti biasa Jahama akan membawakan bekal untuknya. Walaupun sempat berdebat dengan laki-laki itu karena Zafar membela Tia tapi Jahama tetap menyayanginya."Zafar, tunggu dulu. Ibu belum selesai menyiapkan bekal untukmu," ujar perempuan setengah tua itu menghentikan Zafar."Hari ini kau tidak perlu menyiapkannya untukku ibu aku sudah terlambat."

  • Terpaksa Menikahi Pelayan   Bab 34

    "HANYA KARENA PEREMPUAN INI KAU MENYALAHKANKU?"Jahama menarik lengan Tia dan menjauhkannya dari Zafar."SEJAK KAPAN KAU MEMPENGARUHI PUTRAKU UNTUK MEMBENCI DAN MELAWAN IBUNYA SENDIRI TIAA? KATAKAN PADAKU SEJAK KAPAN?""IBU SUDAH IBU, JANGAN BICARA LAGI PADANYA!""Jadi kau sudah berani bicara dengan nada tinggi pada ibumu dan mengatakan kalau ibumu ini salah?""Jadi sejak kemarin kau memarahi adikmu dan sekarang berani juga padaku hanya karena kau membela perempuan ini Zafar? Kau menentang keluargamu sendiri hanya karena wanita ini? Ya Tuhan, apa sekarang putraku tidak akan menghormati ibunya lagi?"Zafar tidak akan membiarkan ibunya berbuat kasar lagi pada Tia karena itulah dia berani membelanya karena menurutnya sudah keterlaluan. "Dengar ibu, aku menyayangimu, tapi saat ini kau salah karena sudah berbicara buruk pada Tia. Mungkin menurut ibu Tia memang salah, tapi tidak sepantasnya ibu memarahinya seperti ini, apalagi berkata buruk padanya. Apa ibu tidak bisa bicara dengan lebih b

  • Terpaksa Menikahi Pelayan   Bab 33

    "Ada apa Zafar? Kenapa kau bicara tidak baik pada adikmu?" tanya Jahama penasaran sambil mendekatinya.Zanira merasa kecewa dengan kakaknya dan tidak ingin bicara lagi padanya."Zanira, ada apa? Katakan padaku!""Sebaiknya ibu tanyakan sendiri padanya, kenapa dia memarahiku?"Zanira tidak ingin menceritakannya pada Jahama, dia sudah kecewa dan malas bicara.Gadis itu lalu pergi ke kamarnya dan meninggalkan ibunya yang penasaran."Kenapa Zafar?" Sekarang hanya Zafar harapan Jahama supaya laki-laki itu mau bercerita padanya."Kenapa kau berdebat dengan adikmu?" "Tidak ada ibu, aku hanya bicara padanya."Zafar juga tidak ingin bercerita pada Jahama. Kamal pun tidak terlalu ingin tahu apa masalahnya, karena merasa lelah, dia pun langsung masuk saja.Hanya Jahama yang penasaran dengan apa yang Zafar bahas dengan adiknya."Kau bicara soal apa dengan adikmu itu?""Tidak ada ibu, aku baik-baik saja. Sekarang kau pasti lelah kan? Ayo segera makan dan istirahatlah, ini sudah malam. Aku juga h

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status