Share

Terpaksa Menikahi Putri Mafia
Terpaksa Menikahi Putri Mafia
Penulis: Hibatillah S.

Prolog

"Coba semuanya lihat. Ibu menemukan ini di tas Bella." Bu Rea mengangkat sebuah tespek bergaris dua. Saat ini memang sedang ada razia rutin di kelas

Wajah Bella panik.

"Ibu, itu bukan punya Bella. Serius Bella tidak hamil."

"Woe, ngaku aja deh. Keluargamu kan keluarga mafia. Bibit-bibit orang kotor seperti itu pasti mengalir juga ke darahmu. Melihatmu hamil di luar nikah bukan hal yang mengejutkan buat kita. Iya nggak guys?" Sonya melayangkan hinaan kepada Bella.

"Bener banget. Ibu percaya aja deh dengan bukti itu. Orang udah jelas ada buktinya mau ngelak gimana lagi?" Timpal teman sekelas Bella yang lain.

Bu Rea memandang Bella.

"Bella, bagaimana kau akan menjelaskan semua ini?"

"Bener Bu. Percaya sama Bella. Bella hanya difitnah. Bella tidak mungkin hamil di luar nikah.'

"Tukang zina mana ada yang ngaku huuu..."

"Iya bener. Udah ngaku aja Bel siapa laki-laki yang menghamili kamu."

Tiba-tiba Pak Rehan lari menuju kelas 11 IPS 6 dengan wajah panik.

"Gawat Bu Rea. Ini gawat!" Pak Rehan ngos-ngosan. Bicaranya tak jelas.

"Lihat, lihat! Di aula!"

"Aula? Ada apa dengan Aula?" Bu Rea bingung. Ia segera keluar mengikuti Pak Rehan.

Di luar para siswa-siswi sudah heboh sekali. Mereka berlarian menuju Aula. Berjubal di depan pintu masuk. Berdesak-desakan menghalangi jalan.

"Coba minggir dulu! Minggir, beri Ibu jalan!" Para siswa serentak minggir. Mereka memberikan jalan sempit yang hanya bisa dilalui satu orang agar Bu Rea dan Pak Rehan bisa masuk ke dalam Aula.

Sesampainya di dalam aula Bu Rea begitu terkejut. Seseorang telah menyalakan proyektor yang di dalamnya terdapat sebuah foto panas di atas ranjang. Orang itu tak lain tak bukan adalah Bellatrix dan Sagara.

"PANGGIL BELLA DAN GARA KESINI SEKARANG!!!" Bu Rea berteriak sangat keras karena saking marahnya.

Beberapa orang siswa sigap mencari Bella dan Gara. Mereka menggiring dua bocah yang sekarang menjadi terdakwa perbuatan tidak senonoh.

"Ada apa Bu?" Gara yang tidak tahu apa-apa bertanya dengan polos.

PLAAKKKK!!!

Semua orang langsung diam. Mereka tak menyangka jika Bu Rea sampai menampar Gara.

"Jelaskan pada Ibu sekarang juga maksud foto itu!" Bu Rea mendesis marah sembari menunjuk foto di dalam layar proyektor itu.

"Aku tidak tahu apapun. Aku tidak pernah melakukan apapun. Di era modern seperti ini foto begituan sangat mudah diedit. Apa Ibu percaya begitu saja pada foto itu?"

"Lalu bagaimana kau menjelaskan ini?" Bu Rea menunjukkan hasil tespek bergaris dua.

Gara terkejut bukan kepalang.

"Sudah Bu, tidak usah ditanya lagi. Bukti-bukti perbuatan zina mereka sudah ada. Keluarkan saja mereka dari sekolah!" Seorang siswa berteriak memprovokasi.

"Benar. Keluarkan saja!" Siswa-siswi lain ikut terprovokasi.

"Keluarkan!"

"Keluarkan!

Teriakan siswa bertambah gaduh. Bella pusing sekali mendengarnya.

"Nikahkan saja, biar mereka menebus dosa-dosa mereka!" Teriak siswa lainnya.

"DIAM SEMUANYA!!!" Bu Rea berteriak mengalahi suara gaduh di aula. Mendadak semua siswa langsung diam.

"Kalian berdua ikut Ibu ke kantor. Selain itu Ibu akan memanggil kedua wali kalian untuk datang langsung ke sekolah!"

"Tapi, Bu. Ini tidak adil. Aku tidak melakukan apapun pada Bella. Bella tolong kau jelaskan kalau kita sedang difitnah."

"Iya, Bu Rea. Aku bahkan tidak tahu tespek itu milik siapa dan mengapa tiba-tiba ada di dalam tasku."

"Jangan berkelit lagi Gara, Bella! Ikut ke kantor se-ka-rang!!!"

***

Sekolah hari itu benar-benar heboh dengan adanya kasus perzinahan Gara dan Bella. Bahkan Bella sampai hamil di luar nikah. Tak ada yang menyangka ketua OSIS seperti Gara yang kinerjanya dinilai sangat baik dan patut menjadi teladan justru menorehkan kebusukan pada sekolah seperti ini.

Hari itu juga wali murid dari Gara dan Bella di panggil ke sekolah. Dua bocah itu di sidang di kantor selama tiga jam penuh.

"Maaf Bapak-bapak sekalian, sekolah kami tidak bisa mentolerir aib sebesar ini. Gara dan Bella telah terbukti bersalah. Maka dengan berat hati memberikan sangsi, keduanya akan kami keluarkan dari sekolah ini."

"Ibu, tolong pertimbangkan lagi." Gara melayangkan protes. Ia tidak terima jika harus dikeluarkan dari sekolah favorit yang sudah didambakannya sejak di bangku sekolah dasar.

"Tidak bisa lagi Gara. Ingat, setiap perbuatan mengandung konsekuensi. Kau harusnya memikirkan konsekuensi hingga sejauh ini ketika akan melakukan perbuatan itu."

Ayahnya Gara yang menjadi seorang CEO perusahaan besar tak kuasa menahan malu lantaran Gara, putra tunggal kebanggaannya harus membuat nama keluarga besar Rihanda tercemar dengan perbuatannya ini.

"Bu, aku tidak hamil. Aku bahkan belum pernah melakukan perbuatan seperti itu. Tolonglah Bu tarik lagi keputusan Ibu. Sehendaknya jika Ibu tidak percaya kepadaku tolong percaya pada Gara. Kita semua tahu Gara anak yang baik. Mustahil melakukan hal seperti itu."

"Sebagai kepala sekolah Ibu harus mengambil tindakan tegas seperti ini Gara, Bella. Maaf, keputusan ini sudah final. Bukti yang ada tidak bisa dibantah lagi. Kalian di keluarkan dari sekolah ini."

Lemas rasanya Gara dan Bella ketika mendengar ucapan Bu Rea yang sepertinya mustahil untuk dinegosiasikan lagi.

"Tentang bagaimana Gara dan Bella ke depannya Ibu menyerahkan urusan ini pada kedua keluarga. Baiknya dibicarakan baik-baik secara kekeluargaan."

Papa Rano melihat Bella dengan ekspresi kecewa.

"Ayahnya Gara, sebaiknya Gara menikahi Bella. Bagaimana menurutmu Tuan?"

"Apa menikah??? Papa, jangan membuat keputusan seperti ini. Bella masih kecil."

"Tolong Om. Kami hanya difitnah..."

"Gara... Perbuatan kalian tidak hanya mencemari nama baik sekolah. Tapi nama kedua keluarga besar. Jalan satu-satunya untuk menyelamatkan nama keluarga kita adalah dengan pernikahan kalian."

"Ayah... Bahkan Ayah tidak percaya pada putra Ayah sendiri?"

"Ayah bukan tidak percaya padamu, Gara. Hanya saja keadaan sudah kepalang runyam begini. Kau harus bersikap dewasa. Menikahlah dengan Bella demi menyelamatkan nama baik kedua keluarga."

Gara tertunduk lesu. Semua kejadian ini tidak pernah terfikir akan menimpanya.

"Papa..." Bella memohon pada Papanya. Berharap papanya memberikan pengampunan dan memberikan solusi lain selain menikah. Ia tidak ingin menikah. Terlebih saat Gara terlihat tidak ingin menikahi Bella.

"Maaf Bella. Sama seperti Ayahnya Gara. Papa juga memikirkan nama baik dan reputasi keluarga kita. Berkorbanlah kali ini saja demi keluarga kita."

Bella benar-benar sudah hilang harapan.

"Nah, Tuan Rano. Berapa mahar yang pantas untuk Gara berikan pada putrimu?" Tanya Ayah Daniel. Ia tahu jika Bella adalah putri seorang mafia yang sudah barang pasti hartanya sangat melimpah. Sebisa mungkin Ayah Daniel menghargai putri mereka.

"Sekiranya yang tidak memberatkan Gara. Tapi juga tidak menghina Bella."

"Bagaimana jika Gara memberikan seratus gram emas, satu triliun uang tunai, satu hunian mewah, dan satu mobil mewah sebagai mahar untuk Bella. Apakah nilai ini cukup menghargai Bella?"

Papa Rano tersenyum.

"Sebagai CEO kawakan kau pasti sangat kaya Daniel. Tapi masalah cukup atau tidak biar Bella yang menjawab."

"Bagaimana Nak, Bella?" Tanya Ayah Daniel.

Bella terdiam cukup lama. Ia bukan pusing masalah mahar. Tapi pusing memikirkan bagaimana mungkin fitnah ini berakhir dengan pernikahan dini.

"Bella tidak meminta apa-apa. Apapun yang diberikan Gara, Bella akan terima. Yang terpenting nama kedua keluarga kita terselamatkan. Itu saja."

"Pilihan yang bijak Nak, Bella." Ayah Daniel tersenyum.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status