Share

5. Pelarian

Author: Nalla Ela
last update Last Updated: 2025-02-24 21:22:50

Binar masih bisa mencium aroma darah yang menguar dari pintu kamar meski lantai itu telah dibersihkan, seolah tak pernah ada kejadian mengenaskan yang terjadi.

Diana terus membujuknya untuk makan, tapi ia terus menolak. Makanan itu selalu berakhir di toilet saat ia mengingat kejadian kemarin.

Tangan Binar terus mencengkeram selimut dengan erat. Gemetar di tubuhnya tak juga kunjung mereda. Suara pistol yang menggema, darah yang berceceran ... terekam jelas di kepalanya.

Binar ingin pergi.

Ia tak bisa tinggal di sini lebih lama.

Binar tak lagi peduli jika ia harus kehilangan segalanya. Yang terpenting, ia harus segera pergi dari sini bagaimanapun caranya.

Dengan tangan gemetar, Binar meraih ponsel yang selama ini ia simpan di laci nakas. Ia mencoba menghubungi kontak sahabatnya dari panti -Vera untuk meminta bantuan.

"Vera ... tolong aku. Aku ingin pergi dari sini." Binar mengetik sambil menahan gemetar di tangannya.

Tak menunggu lama, pesan itu segera di baca. Dan sebuah notifikasi muncul.

"Binar? Apa maksudmu? Kau di mana?"

Baru saja Binar mengetik beberapa kata, ponselnya direnggut paksa dari tangannya.

Itu Dante.

Pria itu menatapnya nyalang pertanda amarahnya yang mulai berfluktuasi.

Matilah ia. Dante telah membaca pesannya.

Binar tercekat kala melihat ponselnya remuk di tangan Dante dalam hitungan detik. Pria itu melakukannya tanpa mengedipkan mata.

Dante menarik napas panjang. "Kau benar-benar berpikir untuk pergi dariku?" tanyanya tajam.

Binar menegang, tak mampu menjawab. Kenyataannya memang ... iya. Ia ingin pergi jauh darinya.

Mata hitam Dante berkilat, mendekat ke arah Binar yang terus menghindar dengan aura mengintimidasi.

"Kau pikir ucapanku kemarin hanya main-main?"

Binar menahan tubuhnya agar tak goyah, memperhatikan Dante dengan waspada. "Dante, kumohon ...."

Dante menunduk dan menjambak rambut Binar dengan keras. "Kau ingin aku memotong kakimu agar kau tak bisa lari?"

Binar membeku. Menggeleng sekuat tenaga sambil memegangi rambutnya, menahan rasa sakit yang menyengat saat helaian rambutnya ditarik kuat.

Dante mendekatkan wajahnya, suaranya berbisik dingin, "Aku tak akan ragu jika itu bisa menahan mu selamanya di sini," tegasnya.

Melihat Binar yang mulai menangis, Dante melepaskan cekalannya lalu mendesah berat. Jejak penyesalan terlihat di wajahnya, tapi Binar tak dapat melihatnya.

"Kau milikku, Binar. Jangan berpikir untuk meninggalkanku lagi," katanya sebelum berbalik dan meninggalkannya sendirian di kamar.

Binar tak tahan lagi.

Ia harus pergi.

Bagaimanapun caranya.

---

Sejak kejadian itu, Dante tak pernah menampakkan barang hidungnya. Binar hanya mengurung diri di kamar tak bersemangat melakukan apapun.

Binar sadar. Ia tak akan bisa pergi dari sini sedangkan Dante telah menempatkan empat penjaga di sekitarnya.

Apa yang terjadi pada Dante hingga dia berubah jauh dari sebelumnya? Mereka benar-benar pribadi yang berbeda. Ketertarikan itu seakan mengukuhkan sentimentil kecil di sudut hatinya yang terdalam.

Tidak! Binar tak boleh memiliki perasaan semacam itu. Apalagi dengan sikap Dante yang demikian. Itu sama saja menjatuhkan diri ke jurang kematian.

Beberapa kali Binar memikirkan jalan keluar, tapi berakhir pasrah karena tak ada kemungkinan ia bisa lolos dari sini.

Namun, kesempatan itu datang.

Binar tak pernah menyangka kalau Valeria lah yang menawarkan bantuan.

Malam itu, Valeria menyelinap ke dalam kamarnya.

Binar yang tengah melamun, dikejutkan dengan kehadiran wanita glamour itu telah berdiri di pintu dengan wajah menyeringai.

"Aku bisa membantumu keluar dari sini," tawarnya.

Binar menatap Valeria penuh curiga. "Kenapa kau ingin membantuku?"

Valleria berjalan mendekat. "Tentu saja karena Dante. Aku ingin dia satu-satunya untukku. Dan kau ingin pergi dari sini bukan? Simbiosis mutualisme yang sempurna."

Binar menahan napasnya.

"Kau tak mengenal Dante sepenuhnya." Valleria mendekat, menatap Binar dengan sorot mata penuh kemenangan.

Binar hanya diam, menunggu ucapan Valeria.

"Dia adalah pemimpin mafia paling ditakuti di negeri ini. Pria mempesona yang telah menghabisi musuh-musuhnya dengan tangannya sendiri. Dia disebut 'the butcher' yang tak kenal ampun."

Binar merasa tubuhnya makin gemetar.

Valleria tersenyum melihat reaksi Binar yang sesuai dengan ekspektasinya. "Dan kau tahu bagian terbaiknya?"

Wanita itu mencondongkan tubuhnya, berbisik pelan di telinga Binar. "Kau hanya mainan yang akan di buang saat sudah membosankan saat dimainkan."

Binar merasa darahnya berhenti mengalir untuk beberapa detik. Ketakutan yang ia rasakan semakin besar.

Binar sudah tahu Dante adalah pria berbahaya, tapi ... apakah pria itu benar-benar mempermainkannya?

Lalu, apa arti pernikahan mereka?

Binar mengepalkan tangannya. Ia tidak peduli apakah Valleria berbohong atau tidak. Ia sudah memutuskan untuk pergi.

Meskipun itu berarti ... ia harus meninggalkan identitasnya sebagai istri Dante selamanya.

---

Di sisi lain, Dante berdiri menatap lapangan latihan anggota Daggers Pact dengan tatapan dingin. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras dengan pikiran berkecamuk.

Pikirannya terus kembali pada Binar. Wanita keras kepala yang entah mengapa telah menyedot seluruh atensinya tanpa sadar.

Dante seharusnya menghukum Binar, karena telah mencoba mendekati pria lain. Setidaknya, itulah yang ada di pikirannya. Namun, ada ketakutan yang menghinggapinya akhir-akhir ini.

Dante takut, Binar meninggalkannya.

“Pemakaman Adrian sudah diatur,” lapor Matthias tanpa ekspresi.

Dante hanya mengangguk tanpa merespon lebih. Karena satu-satunya hal yang mengganggu pikirannya adalah Binar.

---

Di mansion Dante, tepatnya di kamar Binar, ketegangan masih terasa. Valleria yang angkuh duduk menyilangkan kaki di sofa.

"Anggap ini berkah dariku karena membantumu pergi. Jadi ... bagaimana? Ini kesempatan satu-satunya yang bisa kau ambil." Valleria berusaha meyakinkan Binar agar mau pergi dan Dante ... akan menjadi miliknya.

Binar merenung sejenak. Ucapan Valleria benar. Hanya dia yang bisa membantunya pergi dari sini dan menghindari Dante serta dunianya.

Akhirnya, Binar mendongak dengan kesungguhan di wajahnya. "Baiklah."

Valleria menyeringai senang. "Pintar!"

Segera, malam itu Valleria keluar dari Mansion Dante diiringi empat bodyguard dan tiga pelayan, dimana Binar membaur dengan seragam yang telah disiapkan.

Jantung Binar berdebar mengetahui ia akan meninggalkan rumah besar itu untuk pertama kalinya setelah Dante membawanya di malam pernikahan mereka.

"Jangan terlalu emosional. Kau memang harus sadar kalau disamping Dante bukanlah tempat yang tepat untukmu," cecar Valleria jijik.

Binar langsung mengalihkan pandangan. Benar! ia memang tak pantas berada di sana. Tempat mengerikan penuh kegelapan yang harus ia hindari.

Namun, entah mengapa ... Binar merasa sudut hatinya ketakutan. Takut ... tak akan pernah bisa melihat Dante lagi.

"Kenapa denganku?" tanya Binar dalam hati.

---

Di dalam ruang kerja serba hitam di markas Dagger's Pact, Dante duduk menyilangkan kaki. Tangannya memutar gelas sampanye dengan santai, berbeda dengan ekspresi wajahnya yang gelap memperhatikan layar besar yang memperlihatkan setiap sudut rumahnya.

Mata elangnya menyorot sosok Binar dengan seragam pelayan yang masuk ke mobil Valleria dengan tajam.

Matthias mendekat. "Haruskah kita menghentikan mereka?"

Dante tersenyum dingin. "Biarkan saja." Ia menghabiskan sampanye nya dengan satu kali tegukan. "Bagaimanapun, Binar akan kembali padaku. Bagaimanapun caranya."

Setelah itu, gelas kosong di tangan Dante pecah berkeping-keping karena genggamannya yang kuat. "Tak ada yang bisa menjauhkannya dariku," tegas Dante dingin, menatap layar CCTV dengan matanya yang berkilat berbahaya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   51.

    Dante baru saja pulang dari rapat panjang bersama para petinggi Daggers Pact yang baru. Ia membuka pintu kamar dan mendapati Binar duduk di ujung ranjang mengenakan kemeja hitam miliknya yang kebesaran.Binar buru-buru menutup buku tua yang sedang ia baca ketika Dante masuk tiba-tiba. Meski terlihat sedikit pucat, Binar tetap menampakkan senyum terbaik untuk menutupi rasa paniknya. Namun, Dante hanya acuh tak acuh, melepas jasnya dan menghampiri Binar. "Kau menungguku?" tanyanya dengan suara rendah. Binar tersenyum kecil, meremas ujung kemeja yang ia pakai. "Kau lama. Aku hampir saja ketiduran," jawabnya mendayu. Dante mendekat dan mencium pelipis Binar, lalu menarik tubuhnya ke dalam pelukan. Binar sempat kaku sepersekian detik sebelum memeluk balik.Namun, mata Binar terlihat kosong, membuang pandangan ke luar jendela. Dante bersandar di kepala ranjang tanpa melepas pelukan mereka, menyadari gelagat Binar yang nampak tak biasa. "Apa yang kau lakukan seharian? kau tidak pergi ke

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   50.

    Di markas Daggers pact, suasana hening. Dante menyandarkan tubuhnya di meja sambil menatap layar CCTV yang tersebar di seluruh markas. Bisa dilihat, Velda tengah duduk santai di pojok, bahkan tersenyum lebar. "Dia tidak takut. Bahkan setelah kita habisi semua kekuatannya," gumam Dante.Matthias menyilangkan tangan dengan kening berkerut. “Malah sekarang terlihat seperti sedang menunggu sesuatu.”"Senjata rahasia," desis Dante. "Aku yakin Velda punya kartu truf yang membuatnya sangat percaya diri."Matthias membolak-balikan halaman penyidikan tentang Velda, termasuk sang dalang utama "Alder Voss."Matthias menarik berkas hasil penyelidikannya terhadap Velda diam-diam. Dan sebuah nama tebuah nama samar muncul, hanya sekali disebut."Alder Voss."---Di malam hari yang menggigit, Binar justru berkeringat. Ia membaca tiap lembar jurnal yang disimpan ayahnya. Tulisan tangannya mulai memudar, tapi masih tetap bisa dibaca. “...dilarang menyebut nama kerajaan itu. Bahkan di antara kami ya

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   49.

    Sera meletakkan berkas tipis di hadapan Binar dengan helaan nafas panjang. "Kau tak akan menyukai isinya," kata Sera pelan. Setelah bersantai beberapa hari di villa, Dante dan Binar kembali ke mansion. Dante kembali sibuk di markas hingga jarang pulang dan Binar ... diam-diam menyelidiki sesuatu, tanpa sepengetahuan Dante. Binar menoleh, lalu menarik nafas dalam. Kedua matanya terlihat lelah karena banyak beban pikiran yang menghantuinya akhir-akhir ini. Sejak kejadian dengan Velda, Binar semakin sadar untuk tak lagi ingin menjadi pion. Ia ingin bangkit dan mempunyai andil sendiri untuknya ... dan Dante. "Aku tak menyukai banyak hal akhir-akhir ini, tapi aku tak bisa tutup mata untuk masalah yang benar-benar di depan mataku."Tak lagi ragu, Binar membuka berkas itu. Foto-foto tempat yang asing baginya, gudang, jejak logistik, catatan pengiriman bahan kimia ke sebuah kota kecil di ujung Orsaria dengan atas nama V. L. Itu pasti Velda. "Kau yakin, Velda hanya pion di sini?" Sera m

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   48.

    Seperti yang bisa Binar prediksi, sarapan agak siang mereka memang tertunda selama satu jam karena kemesuman Tuan Dante. Binar duduk di atas meja makan dengan baju acak-acakan terengah, bersandar sepenuhnya ke dada bidang Dante yang tak tertutup apapun. "Kau .... " Binar tak sanggup melanjutkan perkataannya. Hanya bisa mengumpulkan oksigen sebanyak mungkin setelah tragedi kilat menyerang. "Luar biasa," sahut Dante percaya diri. Lengan besarnya melingkupi Binar dengan senyum kepuasan. Tangan Binar bergerak mencubit perut keras Dante. Merasa kalimatnya terasa menyebalkan. Setelah memulihkan diri, Binar akhirnya membersihkan diri dan lanjut memasak. Kali ini, Dante duduk tenang di meja makan dengan secangkir kopi hitam bersanding dengan iPadnya. Matanya menatap lekat istri cantiknya yang tengah bergerak kesana kemari cekatan mengolah masakan. Tak pernah ia sangka, gadis mungil yang dulunya ia jaga dan sayangi akan benar-benar menjadi miliknya. Walau harus menggunakan cara keras d

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   47

    “Inikah pemimpin Daggers Pact?” ejek Binar pelan dengan suara nyaris seperti bisikan. “Yang katanya berdarah dingin, tanpa ampun, dan brutal?"Dante tertawa pelan, senyum tipis di sudut bibirnya membuatnya makin terlihat menawan. Apalagi dengan wajahnya yang bangun tidur. “Aku memang seperti itu,” ucap Dante pelan. “Dan aku akan melakukannya lagi jika perlu.”Yah, Dante tetaplah Dante. Dia adalah pemimpin Dangers pact yang sudah seharusnya seperti itu untuk menjaga keutuhan dan kejayaan organisasi. “Kalau dipikirkan lagi, kau tidak pernah menyakitiku," ucap Binar, menatap langit-langit dengan pandangan menerawang. Memang tidak. Hanya dulu ... saat Binar terlalu sering memberontak berusaha melepaskan diri. Dante hanya melakukan Dante mendekat, napasnya terasa di pipi Binar. “Kau bukan orang asing, Binar. Kau milikku.”Binar tak mengelak. Dulu, dia akan menggertak, mencaci, bahkan berusaha melarikan diri. Namun sekarang, ketika Dante mengatakan hal itu, yang ada hanyalah rasa aman.

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   46.

    Binar menatap mata Dante lekat, memastikan kalau pria dingin itu benar-benar siap menyerahkan kendali penuh padanya. Hal yang dulunya mustahil terjadi bahkan dalam bayangan sekalipun. Kedua Mata Dante terlihat satu dengan kabut gairah. Berulang kali ia menelan ludah untuk meredakan rasa panas yang membakar di tubuhnya akibat gerakan kecil yang Binar lakukan. Jemari besarnya mengusap pelan garis rahang Binar, mencoba menggoda wanitanya untuk bergerak lebih. "Kau menggemaskan sekali," lirih Binar. Ia mendekatkan wajahnya seolah menantang, tapi matanya tetap bergetar dibawah tatapan Dante yang mendebarkan. "Benarkah?""Uhum." Binar mengangguk. Matanya berkilat sama-sama tertutup nafsu yang menggebu. Tanpa berkata apa-apa, Binar memegang tengkuk Dante dan menariknya ke dalam ciuman. Meski gerakannya terasa amatir, tapi sanggup menjebol pertahanan Dante. Pada akhirnya, tetap Dante lah yang memimpin permainan. Binar memejamkan mata saat lidah Dante masuk dan menginvasi, mengobrak-abr

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status