Share

Terima Kasih Petir

Author: Rasyidfatir
last update Last Updated: 2025-01-14 19:49:17

"Bu ... bukan begitu, aku bisa mengajakmu makan siang atau sarapan agar kamu tidak telat makannya," jawab Brenda gugup. Ia tidak jngin Hisyam tahu kalau selama ini Brenda memiliki perasaan khusus pada Hisyam. 

Brenda terpaksa mengalah saat tahu sahabatnya sendiri yaitu Winda mencintai Hisyam begitu juga sebaliknya Hisyam juga ada perasaan khusus pada almarhum Winda. Cinta keduanya pun bersatu dalam pernikahan meski Winda akhirnya tidak lama kemudian meninggal karena penyakitnya.

"Tebanglah, aku bukan anak kecil lagi yang sedikit-sedikit harus di peringatan. Aku bisa menjaga diriku sendiri," ucap Hisyam.

Mereka kemudian pun membahas bisnisnya kembali. Brenda yang bergerak dalam usaha barunya di bidang properti membutuhkan dukungan Hisyam. Karena biasanya Brenda mengembangkan usahanya di bidang fashion kini merambah di bidang ptoperti. Sudah banyak pengusaha yang melamarnya namun di tolak karena belum ada yang cocok di hatinya.

Tak terasa waktu sudah semakin sore, Hisyam pun berniat pulang ke rumahnya. Ia sudah tahu kalau hari ini Zahra akan pulang telat sesuai ijinnya tadi pagi. 

Tiba-tiba Brenda menyusul Hisyam, dia hendak mengajak Hisyam ke suatu tempat.

"Kau tidak sibuk kan hari ini?" tanya Brenda.

"Aku mau pulang istirahat," jawab Hisyam.

"Bisa tidak antar aku untuk membeli sesuatu untuk kado temanku. Temanku laki-laki, aku tidak tahu mana yang harus aku pilih," ucap Brenda.

"Pilih saja sesuai seleramu. Aku benar-benar ingin pulang dan istirahat. Maaf, Brenda aku tidak bisa menemani," tolak Hisyam. Wajah Brenda muram sedikit di tekuk, tapi Hisyam tidak peduli. Ia pria sudah menikah harus menjaga perasaan Zahra meski keduanya tidak ada perasaan cinta. Hanya sekedar saling menghormati saja.

"Ya sudah, aku pulang dulu," lirihnya kecewa. Hisyam mengangguk sebentar lalu masuk ke dalam mobilnya. Ia harus membatasi hubungannya dengan Brenda begitulah pikirnya.

Sampai di rumah, hanya ada ART yang tengah sibuk mengerjakan pekerjaan rumahnya. Zahra belum pulang, Hisysm pun segera mandi untuk membersihkan dirinya. Usai berganti pakaian dia memilih merebahkan diri di sofa lebar itu yang sekarang jadi tempat tidurnya.

Hisyam menunggu Zahra tak kunjung pulang, perasaannya gelisah mau tidur tapi tidak bisa tidur. Baru bangun dari tempat tidurnya dia mendengar suara mobil di depan pagar rumahnya. Hisyam pun mengintip dari balik jendelanya. Tampak ada seorang lelaki muda yang mengantar Zahra sampai depan pintu pagar. Mereka tersenyum ceria, Hisyam tidak pernah melihat Zahra tersenyum seceria itu. Ia  pikir apa wajahnya terlalu menyeramkan sehingga Zahra jarang tersenyum padanya.

Hisyam kembali menutup pintu kordennya setelah di lihat Zahra masuk ke dalam rumahnya. Hisyam pura-pura tidur agar Zahra tidak merasa terganggu . Terdengar bunyi pintu kamar di buka, langkah kaki masuk dan suara langkah kaki berhenti di dekat ranjang. Zahra melihat ke arah Hisyam yang sudah tertidur lelap. Ia pikir Hisyan memang tidur beneran. Tanpa pikir panjang Zahra membuka jilbabnya . Rambutnya yang panjang lurus tergerai indah. Ia membuka kancing bajunya satu persatu dan melepaskan blouse yang dipakainya.

Hisyam tidak tidur, dia kaget melihat tubuh seksi istrinya yang hanya mengenakan bra dan celana dalam. Putih bersih tanpa bekas luka serikitpun. Tenfah duduk di pinggiran ranjang. Kedua dada Zahra terlihat padat, bulat, menantang. Hisyam menelan salivanya, miliknya menegang meronta-ronta ingin di keluarkan. Saat Zahra menggerakkan kepalanya menoleh ke arah Hisyam, dia pura-pura memejamkan matanya kembali. Jantung Hisyam berdetak tak teratur. Tindakan Zahra bisa membuatnya gila kalau begini. 

Zahra pun meraih bathrobenya dan masuk ke dalam kamar mandi. Usai Zahra menutup pintu kamar mandinya, Hisyam membuka matanya. Dirinya tersiksa atas ulah istri kecilnya itu. Miliknya sudah menegang sedari tadi tidak bisa di tenangkan. 

Beberapa menit kemudian Zahra keluar dari kamar mandi. Ia sudah berpakaian komplit karena biasanya memang begitu. Ia lalu naik ke atas tempat tidurnya. Seperti biasa Zahra menonton film di hapenya untuk mengusir rasa kesepiannya. Tadi temannya iseng mengirimkan dwonload film romantis.

Zahra terdiam menonton film itu, dia ikut menangis sedih melihat film drakor yang menyentuh hatinya. Hisyam mendengar suara tangis Zahra segera bangkit dari sofa. Ia penasaran apa yang terjadi pada istri mungilnya itu.

"Kamu kenapa menangis?" tanya Hisyam. 

"Tidak apa-apa. Aku cuman terharu lihat film ini," ucap Zahra. 

"Ya sudah, aku pikir kenapa. Kamu tidur saja. Ini sudah malam, besok kamu kuliah lagi kan?" ucap Hisyam..

Tiba-tiba dari arah pintu jendela terdengar suara petir menggelegar. Kaget mendengarnya, Zahra berteriak ketakutan.

"Om, aku takut petir!" kata Zahra.

"Ada aku di sini, kamu tidak perlu takut," jawab Hisyam. Pria tampan itu duduk di dekat Zahra. Petir kembali datang dengan suara yang lebih keras lagi. Zahra spontan langsung memeluk Hisyam.

"Aku takut, Om," lirih Zahra memeluk Hisyam kenceng. Ia seperti anak kecil yang butuh perlindungan.

"Ya, sekarang aku sudah ada di sini kamu tidurlah," ucap Hisyam lembut menenangkan membaringkan Zahra.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Elly Susilo wati
nah ini aku suka karakter Hisyam yg tidak memberi kesempatan untuk hadirnya pihak ke3 di pernikahannya bersama Zahra meskipun belum saling cinta. Mantab...
goodnovel comment avatar
Pini Andayani
lanjut baca...
goodnovel comment avatar
Suherni Erni
wow kelihatan deh, rezeki nomplok
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Penjelasan Dari Hisyam

    Abian dan Abel datang ke rumah Papanya. Mereka penasaran dari cerita Zahra kemarin. Tetapi Zahra tidak menceritakan keseluruhan kejadiannya. Ia ingin Abian mendengarnya sendiri dari Hisyam.Di ruang tamu, duduk seorang wanita tua berkerudung sederhana, dengan wajah lembut penuh gurat lelah.“Papa…” panggil Abian, “siapa beliau?”Hisyam menarik napas. “Beliau… Ibu Papa. Raisa.”Abian tertegun. “Ibu Papa? Bukannya… nenek sudah meninggal?”Hisyam menunduk. “Papa juga berpikir begitu. Tapi ternyata… beliau hidup. Dan selama ini… beliau hidup di jalanan. Nenek Raisa adalah ibu kandung Papa. Sedangkan nenekmu yang biasa kamu kenal sudah meninggal itu adalah ibu angkat Papa."Raisa menatap Abian, suaranya pelan, serak.“Maafkan nenek, Nak… Maaf karena nenek nggak pernah ada buat Papa kamu… dan buat kamu.”Abian menatap sang ayah, matanya bergetar. “Papa… kenapa Papa nggak pernah cerita?”Hisyam melangkah mendekat, menatap mata putranya.“Papa nggak berniat nyembunyiin.Papa kira udah lama men

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Berita Bahagia

    Abel berdiri terpaku di depan wastafel. Tangannya bergetar saat menatap dua garis merah yang muncul jelas di test pack.“Ya Tuhan…” bisiknya lirih. Dadanya berdebar. Antara tidak percaya dan gugup.Sejenak ia terdiam. Lalu… tanpa pikir panjang, ia melangkah cepat ke kamar.Abian masih tertidur lelap di ranjang. Nafasnya teratur, wajahnya tenang.“Sayang…” suara Abel bergetar. Ia sentuh bahu suaminya.Abian bergumam, matanya setengah terbuka. “Hmm, ada apa Sayang?”Abel menelan ludah, lalu tanpa banyak kata, ia sodorkan test pack itu.Abian mengerjapkan mata. Ia ambil test pack itu, menatapnya beberapa detik… lalu duduk tegak.“Serius nih?” suaranya agak serak.Abel mengangguk, matanya mulai berkaca-kaca. “Aku hamil …”Abian terdiam. Lalu tiba-tiba, ia menarik Abel ke pelukannya erat.“Alhamdulillah…". “Ini kabar paling luar biasa, Bel… Aku… aku bakal jadi ayah?”Abel tersenyum dalam pelukan suaminya, air matanya jatuh tanpa bisa di tahan.Abian masih memeluk Abel, seolah enggan melep

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Istri Kebanggaan

    Langkah Hisyam mantap memasuki rumah besar di sudut kota itu — rumah yang sejak kecil lebih sering ia lihat dari jauh ketimbang merasakan kehangatan di dalamnya. Di ruang tengah, duduklah pria tua dengan rambut memutih dan sorot mata tajam yang selama ini ia panggil Kakek."Kakek…" Suara Hisyam terdengar berat. "Ada hal yang ingin saya tanyakan."Kakek menatapnya, menutup buku di tangannya. "Apa?"Hisyam menarik napas, menahan gemuruh di dadanya. "Tentang Ibu… tentang Raisa."Seketika, wajah tua itu berubah kaku. Untuk sesaat, keheningan menggantung di antara mereka."Apa maksudmu?" tanya Kakek akhirnya, suaranya serak."Aku bertemu dengan seorang wanita… yang ternyata… katanya… dia adalah ibuku." Hisyam berusaha menahan gejolak emosinya. "Seorang pemulung… yang datang ke makam Papa… Kakek tahu soal ini?"Sorot mata Kakek melembut, tapi ada sesal yang jelas terpancar. Ia bersandar di kursi, menghela napas panjang seolah beban bertahun-tahun menindih pundaknya."Kau memang berhak tahu…

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Masa Lalu

    Raisa memandangi foto bayi mungil yang ada di tangannya. Matanya berkaca-kaca, seolah terjebak dalam pusaran waktu yang membawanya kembali ke masa lalu. Ia tidak menyangka, bayi mungil dengan pipi tembam dan senyum polos itu kini telah tumbuh menjadi pria dewasa yang begitu tampan bernama Hisyam. Tangannya bergetar pelan saat mengusap wajah mungil dalam foto itu. “Kamu tumbuh begitu cepat, Nak…” bisiknya lirih. Hisyam, dengan sorot mata tajam namun penuh kelembutan, sering membuat Raisa terpana. Ada banyak jejak masa lalu di wajahnya, garis rahang yang tegas, senyum yang hangat mengingatkan Raisa pada seseorang… dan pada luka yang tak pernah benar-benar sembuh. “Kalau saja waktu bisa kuputar,” ucap Raisa pelan, menatap kosong ke arah jendela. “Mungkin aku tak akan pernah membiarkanmu lepas dari pelukanku…” Raisa masih terpaku menatap foto itu. Jemarinya bergetar, tak hanya karena kenangan masa kecil Hisyam, tapi karena rahasia besar yang selama ini disimpannya rapat-rapat, bahkan d

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Gairah Hisyam

    Hisyam memutuskan pulang. Ia tidak bisa gegabah, tidak bisa langsung mempercayai wanita yang tiba-tiba muncul dan mengaku sebagai ibunya. “Bisa saja dia mengaku-ngaku. Mungkin dia hanya ingin sesuatu dariku... uang? Atau entahlah ...?” pikir Hisyam sambil menatap kosong ke jalanan dari balik jendela mobilnya. Namun batinnya berteriak. Ada suara dalam dirinya yang menolak semua keraguan itu. Sesuatu yang tak bisa ia jelaskan, seakan tubuhnya mengenali wanita itu lebih dulu daripada pikirannya. Sorot mata wanita itu—lelah, tapi hangat. Sentuhan tangannya kasar, tapi menggetarkan. Sedari kecil, Hisyam hanya tahu satu sosok ibu: perempuan lembut yang biasa menyiapkan sarapan dan mengusap kepalanya sebelum tidur. Istri papanya. Satu-satunya wanita yang ia panggil ibu selama ini. Tapi wanita itu yang berdiri lusuh di pemakaman pagi tadi mengguncang seluruh ingatannya. “Kalau dia bukan ibuku, kenapa tatapan matanya terasa seperti rumah?” bisiknya lirih. Kepalanya pening. Hatinya kac

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Wanita Misterius

    Pagi itu, mentari belum sepenuhnya naik saat Hisyam melangkah pelan menyusuri jalan setapak di pemakaman. Suasana lengang, hanya terdengar kicau burung dan desir angin yang membuat dedaunan kering berguguran. Ia membawa seikat bunga melati, kebiasaan setiap kali menziarahi makam sang Papa.Namun langkahnya terhenti saat melihat sosok asing berdiri membelakangi pusara ayahnya. Seorang wanita. Tubuhnya kurus terbungkus baju lusuh dan rok panjang yang usang. Rambutnya tergerai acak-acakan. Di sebelahnya ada karung kecil yang biasa digunakan para pemulung. Ia tidak sedang menangis, namun tatapannya nanar, diam membatu seperti sedang memendam ribuan kisah dalam hati.Hisyam menyipitkan mata, mencoba mengenali. Tapi wajah wanita itu tak terlihat jelas. Ia ingin bertanya, tapi ada sesuatu yang membuatnya urung. Entah rasa segan, curiga, atau mungkin... takut pada jawaban yang akan ia dapat.Beberapa menit kemudian, wanita itu meletakkan seikat bunga kertas di atas makam, lalu membungkuk dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status