Share

Bab 5

Anggie💋

P

P

P

P

Masa Allah woy, Kayla sobatku, kawanku, sahabatku yang cantik tapi masih cantikan aku, balesin chatinganku napa!

Anggie menuliskan pesan WhatsApp sambil sebelah tangannya memijit kepalanya untuk menghilangkan rasa ngilu yang masih sesekali menerpa betisnya. Bisa ya, sakit di betis dipijitnya kepala sakitnya bisa berkurang? Jawabannya cuma Anggie yang tahu.

"Kau masih hidup gak sih Key!!" Dumel Anggie merutuki ponselnya. Padahal teleponnya pada Kayla belum tersambung.

Anggie💋

Astagfirullah al azim, Kayla. Bales chatku enggak berdosa.

Anggie mengirim kembali pesan WA, kepada Kayla setelah teleponnya tidak dibalas.

"Ya, Allah dosaku apa, kenapa kau memberi hamba teman yang luar biasa cueknya, udah gitu anak dari mantan nyokap lagi.. tapi aku sayang bangat sama dia, melebihi Bella."

"KAYLA BODY LOTION , JAWAB TELEPONNYA ! HHHUUUUAAAA... KOK KAKIKU TAMBAH NGILU?? PAPAAA KAKI ANGGIE BIDADARI DARI KAYANGAN INI TAMBAH SAKITT!! PAPA KAKINYA SAKIT... HHUUUUAAAA...PAPANYA AKU YANG MUDA DAN MASIH TAMPAN BEDA SAMA MAMI YANG UDAH TUA KARENA GNOMEL MULU." Teriak Anggie heboh dari dalam kamarnya.

"Aduhnya sakitnya ya Allah. Pliss sembuhkanlah kakinya Anggie. Besok janji tidak akan sok keren dan balapan lagi, Huaaa... Papa!!" Nada suara Anggie menurun tapi masih saja mengomel terusan seakan takkan berhenti.

"Brisik, diam Anggie..! Percuma teriak, Papamu sudah pergi kerja. Nih makan banyak, habiskan. Awas kalau teriak lagi, Mama kurung kau di kandang Ayam!" Mamanya Riani menatap jengkel bercampur kesal.

"Satu lagi, berhenti nyebar fitnah!! Papamu jangan bilang masih muda. Kau tahu hal itu menyebabkan Mama digosipin tetangga yang tidak-tidak. Punya simpanan brondonglah.. Awas kau kalau kau ngomong hal ngaco itu lagi, Mama nikahkan kau!"

Blam, Riani menutup pintu kamar putrinya dari luar dengar sedikit kasar setelah mengantar makan siang beserta cemilan untuk Anggie yang memang masih sakit.

Sebenarnya Mamanya Riani sangatlah sayang pada Anggie, hanya saja tingkah Anggie kerap kali membuatnya dongkol mengubahnya jadi Mama yang galak dan hobi mengomel tapi tetap penyayang dan menyayangi ketiga anak-anaknya.

"Huuaaa, Papa, Mama galak, huuaa.." Anggie menggerutu pelan takut kedengaran Mamanya.

Kayla Ayu Safira

Q

R

S

T

U

V

W

X

Y

Z

Bunyi notifikasi balasan pesan WhatsApp dari Kayla beruntutan terdengar dari ponsel Anggie.

Anggie💋

Kok baru dibalas neng, kau kemana saja?

Kayla Ayu Safira

Kau gak lihat apa? Aku baru online.

Dari tadi ngechat aku.

Ada apa gerangan dari princess Anggie?

Anggie💋

Jengukin dong.

Aneh tau, sobatmu sakit gini tidak kau jenguk? Kau tega..

Kayla Ayu Safira

Itu sih salahmu, kan aku sudah peringatin.

Jangan ladenin Layla, tapi kau bandel, mau saja diajak balapan.

Ya sudah.. Rasakan! Itu akibatnya, ngeyel dan bebal.

Anggie💋

Beib sahabatku Kayla yang imut pluss manis anaknya mantannya Mamaku Om galak.

Jengukin aku ya.. pliss.

Bawain banyak buah.

Coklat juga ya.

Jangan lupa Mie Ayam dekat kampus buatan Mang Mamang, ya, Key.

Kayla Ayu Safira

Belum juga diiyain

Sudah banyak maunya

Anggie💋

Datang ya plisss.

Kayla Ayu Safira

Dasar.. Belum diberi hati sudah mau minta jantung.

Anggie💋

Aku bosen di rumah Key.

Kayla Ayu Safira

Hm

Anggie💋

Hm artinya iya kan.

Aku tunggu pesanannya.

Eh, maksutku kedatanganmu.

Selang beberapa menit kemudian. Knop pintu kamar Anggie diputar.

'Yeii, yipyipp Kayla datang.. Hore! Akhirnya' Anggie membatin senang.

Hal tersebut tidak berlangsung lama.

"AAAAAAAAAAA..." Teriak Anggie heboh.

'Kenapa Monster ini datang lagi, haiss.. baru tadi pagi kemari nganterin aku pulang sudah datang siang ini lagi. Huhh sebal. Ngapain sih, huhh.. sekalinya ketemu kok jadi sering..' Gerutu Anggie dalam hatinya.

"Itu karena kita jodoh makanya harus sering ketemu." Jawab Gibran seolah tahu isi pikiran Anggie.

"Apaan sih? Kalau Dokter, Dokter saja gak usah sok berubah jadi cenayang." Sinis Anggie dengan nada pelan.

Anggie akui, walau Gibran hanya memasang wajah datar dan tidak sedang menatapnya tajam hal itu masih saja menyebabkan merinding dan jantung berdebar tidak karuan menyimpan ketakutan.

Gibran mendekat, duduk di atas tempat tidur di samping Anggie. Sontak hal tersebut membuat Anggie secara spontan bergeser menjauh.

"Keadaanmu sudah bagaimana? Sudah baikan? Atau kau sudah makan tidak? Nih, aku bawain cemilan." Gibran menyodorkan bungkusan plastik cemilan kepada Anggie yang enggan menerimannya.

"Aku udah makan, tuh lihat bekas piringnya masih ada." Tunjuk Anggie pada nampan diatas nakas yang sudah kosong.

"Sudah sana pergi. Aku ingin beristirahat." Ketus Anggie pelan. Suaranya bahka tidak kedengaran kalau saja keadaan rumah tidak hening.

Gibran menatap tajam serta intens kepada Anggie.

'Duh, salah lagi. Ck.. ini cowok ngapain ngeliatku segitunya sihhh. Aku merinding tau! Mama mana lagi? Kok setan dibiari masuk..' Anggie membatin.

"Seperti katamu aku Dokter, maka dari itu biarkan aku memastikan keadaanmu dahulu."

Tiba-tiba saja Anggie jadi merinding mendengarnya. Ucapan Gibran mengingatkannya dengan masa kelam yang pernah dia alami.

"Jaaa jangaaann.." Anggie menggeleng takut. Membuat Gibran heran.

"Kau kenapa?" Tanya Gibran khawatir.

"Tenang Anggie, Aku hanya memeriksa keadaanmu. Jangan khawatir aku tidak membawa jarum suntik jika itu yang kau takutkan." Gibran mengelus punggung Anggie untuk menenangkannya.

'Sebenarnya hal apa yang membuatmu seperti ini Anggie? Tiba-tiba takut!' Gibran bertanya-tanya dalam hatinya.

"Tidak, jangan periksa! Aku baik-baik saja. Aku sudah sembuh, aku mohon jangan.." Anggie menghindar dengan keadaan wajah memucat ketakutan.

Hal itu makin membuat Gibran bertambah khawatir.

"Baiklah, aku tidak akan memeriksamu. Tapi kau tidurlah dan janji beristirahat dengan benar. Aku akan pulang." Gibran mengacak rambut Anggie sebelum keluar.

â—‹â—‹â—‹

Anggie memarkirkan motor matic miliknya di halaman depan rumah Kayla. Tanpa permisi dahulu dia menyelonong masuk dengan melangkah tertatih-tatih tanpa dipersilahkan lebih dulu.

"Eh, ada Om galak. Mau ngantor ya. Kaylanya ada gak Om?" Sapa Anggie santai pada saat dia berpaspasan dengan Rehan Ayahnya Kayla yang terlihat rapi dan wangi parfumnya... hm menurut Anggie menenangkan.

'Masih sok kegantengan bangat si Om padahal udah tua. Ckck, gantengan juga Papaku, udah gitu masih muda lagi.' Anggie membatin.

Bukannya menjawab Rehan Papanya malah bertanya balik padanya. "Kakimu kenapa tuh? Kau berbuat nakal lagi. Kasihan sekali Ardi dan beruntunglah bukan aku yang jadi Papamu kalau tidak pasti aku sudah jantungan menghadapi kelakuanmu."

"Tentu saja kan Mama mutusin Om, kalau enggak amit-amit deh punya Papa galak kayak Om, kerjaannya ngomel mulu. Udah kalah ganteng dengan Papaku masih pemarah lagi. Hais, aku gak bisa bayangin bagaimana nasibku jika hal itu terjadi, rambutku bisa habis rontok. Duh, seram sekali."

"Dasar cerewet mirip Mamamu!" Geram Rehan sambil mengepalkan tangannya. Kenapa dunia ini sempit sekali. Kenapa yang jadi sahabat putrinya bisa malah anak dari mantan kekasihnya di masa lalu, seperti tidak ada orang lain saja.

"Ciee.. ingat mantan. Om hafal benar ya watak Mamaku. Cieee, dulu pasti sayang bangat sama Mama tapi sayangnya enggak jodoh.. hahaha." Anggie tidak tersinggung dan malah tersenyum balik menggoda Rehan.

"Diam kamu!"

"Galak benar, duh tatut.." Anggie mengejek Rehan. "Makanya Om, kalau jadi pria itu gantengnya harus tinggat dewa, bukan cuma tinggat tinggi. Biar enggak ketikung."

Rehan menatap tajam Anggie, sebenarnya dia tidak marah. Hanya jengkel dengan prilaku Anggie yang tidak ada sopan santunnya padanya dan suka sekali membuatnya naik darah. Sebelum Rehan makin emosi dia memilih pergi menjauhi Anggie.

Sementara Anggie kini sedang tetawa senang, puas telah berhasil menggoda Om galak Papa dari Kayla.

"Kenapa loh, ketawa ketiwi? Bahagia sekali. Jangan bilang kalau kamu habis mengganggu bokapku lagi ya." Tegur Kayla tiba-tiba saja sudah didepannya.

"Yapss benar sekali. Aku memang habis mengembangkan bakatku dalam berdebat. Menggoda Om galak hingga membuatnya naik darah sangat menyenangkan sekali."

"Kebiasaan, awas aja kalau sampai Papaku cepat tua. Aku cincang habis tubuh tulangmu. Nih minummu, cepat habiskan aku tidak mau sampai telat."

"Iya bawel, gak bisa ngeliat aku senang dikit apa. Huhhh...!"Dengus Anggie sebelum minum minuman pemberian Anggie.

TO BE CONTINUED

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status