TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 36
"Geser lagi, Rin. Terus, sedikit lagi."
Sekuat tenaga aku menggeser sedikit demi sedikit meja makan dengan di atasnya tersimpan empat buah kursi meja makan.
"Sedikit lagi, Rin."
Aku berdiri berkacak pinggang. Menatap Abah dengan tatapan menyeramkan.
"Kok, berhenti? Belum nyampe tujuan itu," ujar Abah.
"Arin, capek, Bah. Berat ini." Aku menepuk ujung meja dengan kesal.
Abah menyebalkan, aku dia suruh mendorong meja, sedangkan dia malah asyik duduk sambil merokok.
"Masa, baru gitu aja capek. Lihat, Abah mah, sudah bikin tempatnya, nurunin barangnya dari mobil. Lah, kamu tinggal dorong-dorong segitu saja, sudah bilang capek. C
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 37Hari ini, aku tidak memiliki kegiatan. Aku memilih pergi ke pelabuhan untuk bertemu Santi. Sejak dia datang ke rumah waktu itu, aku belum bertemu dia lagi. Dia harus tahu, kalau ternyata aku tidak hamil anaknya Mas Andri.Aku juga kembali menerima pesanan ikan segar. Dan hari ini, ada beberapa orang yang memesan ikan dariku.Namun, sebelum ke pelabuhan, aku akan pergi ke bengkel terlebih dahulu. Mengambil motor yang waktu itu aku simpan di sana."Mau ke mana, Bah?" tanyaku pada Abah yang sudah bersiap pergi."Mau ke pelabuhan. Katanya Kang Diki ada yang mau disampaikan sama Abah.""Aku ikut sampai bengkel depan, ya? Mau ambil motor," ucapku seraya mengambil keranjang untuk aku membawa ikan.
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 38Pria berkaus cokelat menoleh sekilas, lalu ia kembali fokus pada orang di depannya. Abah terus menekan dada si pria yang berbaring. Mencoba mengeluarkan air dari dalam mulut pria tersebut. Hingga akhirnya, Abah berhenti."Dia tidak bisa diselamatkan," tutur Abah, lirih."Innalillahi ...," ucap orang-orang di belakang Abah, termasuk aku.Para pria dewasa yang juga nelayan setempat, membantu mengangkat mayat Mang Asep. Ia adalah salah satu nelayan yang menurunkan perahu milik Abah. Aku belum tahu apa penyebab perahu yang ditumpangi Mang Asep dan kedua temannya terbaik di tengah laut.Ingin bertanya, tapi waktunya kurang tepat. Biar nanti saja. Sekarang, Abah, keluarga dan tetangga serta kerabat akan bersiap untuk menguburkan jasad Mang Asep.
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 39"Foto Hena?" ujarku.Gambar Hena yang tengah memakai baju seksi, keluar dari tas tersebut. Dan setahuku, ini adalah tas milik Ari."Apa mungkin Ari dan Hena ...?""Arini! Apa yang kau lakukan?!"Buru-buru aku memasukkan foto itu ke dalam tas tersebut. Secepat kilat aku keluar dari rumah itu saat mendengar suara Mas Andri memanggil.Dari kejauhan, Mas Andri datang dengan wajah merah padam. Aku buru-buru naik ke atas truk."Mang! Mamang bawa motorku, ya?" ujarku kepada teman Mang Deri seraya melemparkan kunci motor padanya.Mobil mulai melaju membawa dua lemari serta aku yang duduk di atas meja rias."Arini! Kurang ajar!!" Mas Andri menggerutu dengan dada yang
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 40"Rin, kamu sudah gila! Kamu merencanakan ini untuk mengusirku?""Iya," kataku singkat."Kenapa harus sejahat ini, Rin? Kenapa tidak bicara baik-baik?" Mas Andri menatapku lekat. Kilatan amarah begitu jelas dari sorot matanya."Baik-baik? Aku sudah menyuruhmu pergi dengan baik-baik, dengan lembut, dengan halus, tapi apa yang kudapat? Hanya kebohongan. Kamu iyakan permintaanku, tapi kamu dan keluargamu tidak sama sekali menuruti keinginanku. Haruskah aku terus berbaik padamu, Mas?""Aku tidak menurut, karena aku sedang memikirkan sesuatu. Memikirkan di mana aku dan keluargaku tinggal. Tapi, belum juga dapat tempat tinggal baru, kamu malah datang merusak ketenanganku!""Banyak alasan kamu, Mas! Waktu m
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 41Hena and the geng berteriak histeris saat tembok itu roboh dan menimpa barang yang mereka bawa dari dalam."Kenapa harus didorong ke arah sini, sih? Kenapa gak dibawa ke sana?!" Ibu berteriak. Kesal karena usaha mereka untuk menyelamatkan barang-barang miliknya berbuah kesia-siaan.Harta mereka hancur tidak tersisa. Termasuk magic com serta kompor gas yang baru dibeli Hena pun raib. Rusak dan tidak akan bisa terpakai lagi."Kasihan, ya mereka?""Iya, kenapa gak disuruh pergi baik-baik, sih. Malah dibikin menderita seperti itu?""Eh, ngomong-ngomong, kenapa ibunya si Andri tidak pingsan, ya?""Abah Agung dan Arini itu sakit hati dengan konspirasi mereka. Makanya dibalas dengan seperti itu. Menurutku
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 42Kusingkirkan cobek yang ada di depanku. Takutnya aku khilaf dan melemparkan benda itu ke arah Teh Rani."Tanggung jawab apa, Ran? Abah sudah melakukan semua yang Abah bisa lakukan untuk Almarhum Bapakmu," ujar Abah dengan memandang wanita itu."Itu belum cukup, Bah. Masih kurang dan sangat kurang. Gara-gara naik perahu Abah, Bapak jadi meninggalkan aku dan Emak."Kini air mata Teh Rani mulai terjun dan berucuran.Meninggalnya Mang Asep memang pukulan terberat bagi Teh Rani. Kini, ia menjadi seorang yatim piatu. Yang hanya tinggal dengan neneknya yang mengalami setroke.Apa karena tidak ada lagi sosok tulang punggung di keluarga mereka, hingga Teh Rani datang dan minta tanggung jawab dari Abah?
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 43"Tidak bisa! Abah akan pikirkan bagaimana agar Rani dan Emakmu, masih tetap bisa makan. Sekarang, pulanglah. Nanti Abah akan ke rumahmu."Awalnya Teh Rani menolak untuk pulang, tapi setelah Abah membujuknya, ia pun akhirnya pergi juga."Tidak nyangka, si Rani sampai nekad ingin nikah sama Abah, gegara sudah tak ada lagi yang memenuhi kebutuhan dia. Ck ck ck, anak jaman sekarang, tidak mau hidup susah," ujar Mang Karim.Semua orang mengangguk setuju.Satu persatu orang-orang mulai pergi meninggalkan rumah Abah. Tinggallah aku dan Abah yang duduk menyandarkan punggung pada tembok."Bah.""Hmm.""Abah jangan nikah sama Teh Rani."Hening. Abah tidak menjawab ucapanku. Apa jangan-j
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 44"Luar biasa, kamu Rin. Luar biasa malu! Hahaha ...!!"Santi kembali tergelak saat setelah aku menceritakan kejadian memalukan yang tadi aku alami."Kamu ketemu dia di mana, sih?" tanyanya lagi seraya memungut kacang dan memakannya."Di toko Bu Haji, pas beli ini." Aku menunjuk cemilan di tanganku."Udah kegeeran aja, dikira mau nyulik. Eh, padahal kamu yang nyulik sepatu dia."Santi kembali menertawakan kemalanganku.Aku membiarkan dia tertawa sepuas hatinya. Anggap saja aku pelawak yang sedang menghibur penonton.Tidak apa-apa, bikin orang tertawa itu berpahala, bukan? Walaupun jika diingat kejadiannya jadi nyesek juga. Malu."Mungkin, ini azab bua