Share

Tetangga Meresahkan
Tetangga Meresahkan
Author: Yuliswar

BAB 01

Author: Yuliswar
last update Huling Na-update: 2023-01-24 23:02:59

Nama ku Sara. Aku memilikki seorang suami bernama Andi. Kami hidup disebuah kampung yang hampir semua masyarakatnya bisa dibilang kalangan menengah.

kami adalah perantau, jadi dikampung ini, kami mengontrak sebuah rumah. Karena suami yang pekerjaannya hanya sebagai buruh bangunan. Kami belum mampu untuk membeli rumah.

Bisa makan dan membeli susu untuk anak saja kami sudah bersyukur.

Orang-orang disini bisa dibilang sangat ramah. Plus julid. Jadi, ketika ada warga baru pasti dikepoin habis-habisan.

Ketika Kami baru datang dikampung ini. Kami juga tak luput dari kepoan mereka.

Kami mengontrak sebuah rumah yang sangat sederhana dan katanya rumah ini memang tak ada orang yang berminat mengontraknya. Karena memang kondisi rumah ini sangat sederhana dan bahkan bisa di bilang sangat jelek diantara rumah-rumah lainnya. Ada beberapa tempat temboknya mulai retak-retak, lantainya hanya menggunakan karpet bukan keramik. Jadi rumah ini tidak ada orang yang berminat mengontraknya. Apa lagi hampir sebagian warga yang tinggal di Gang ini adalah karyawan sebuah perusahaan batu bara, jadi otomatis gaji mereka besar dan pasti mereka malu atau genggsi ngontrak rumah ini.

Ketika Kami baru datang dan sedang berbenah ada tetangga bertamu kerumah.

Sebut saja namanya Sulis.

Tok.. Tok.. Tok.. Suara ketukan pintu. Aku bergegas membuka pintu.

"Assallamuakaikum. Mbak." sapanya ketika pintu depan ku buka.

"Waalaikum salam." wajabku.

"Mbak. Ini ada kue bolu, tadi saya baru bikin. Sekalian kenalan sama tetangga baru." ucapnya sambil menyodorkan sebuah piring berisi beberapa iris kue bolu.

"OH. Iya Mbak. Terima kasih, mari masuk, Mbak, maaf masih berantakan." ajakku, Sulis masuk sambil mata nya melihat kesana kemari. lalu ku persilahkan dia untuk duduk.

"OH, iya, nama mbak siapa? kita belum kenalan." tanya nya sambil menyodorkan tangannya.

"Sara, mbak." sambil kujabat tangannya.

"Suaminya kerja dimana mbak?" tanya nya lagi.

"Suami saya buruh bangunan mbak." jawabku.

"OH. Buruh bangunan to. Miskin sich ya, pantas mau nyewa rumah ini. " ucap nya sedikit meledek.

"Lho. Memang kenapa sama rumah ini Mbak?" tanyaku penasaran .

"Rumah ini kan yang paling jelek dan murah diantara rumah kontrakan lain." jawabnya sambil celinguk sana sini.

"Iya, Mbak, kami mampunya ngontrak yang sesuai kantong saja. Maklumlah suami cuma bekerja sebagai buruh bangunan." jawabku merendah.

"Ya wajar sich, namanya juga kerjanya cuma buruh bangunan jadi mana mampu ngontrak rumah yang bagus." cibirnya.

"Iya Mbak. Kami sadar diri kok. Kemampuan kami sampai dimana." Jawabku

"Ya sudahlah, aku pulang dulu. Jangan lupa piringnya di kembalikan dan ingat ya di cuci yang bersih." ucapnya sambil berlalu pergi.

setelah itu, Dia pamit pulang dan berpesan untuk mengembalikan piringnya dengan keadaan bersih sambil menunjuk kan dimana letak rumahnya.

keesokkan harinya. Anakku mengajak main keluar rumah, karena didepan rumah banyak anak kecil yang sedang bermain. Ketika aku sedang menemani anakku. Mataku melihat sebuah rumah yang bagus menurutku, namun didepan rumah itu ada sebuah mobil pickup membawa tandon air sedang terparkir dan mengisi air dirumah itu.

Aku berpikir sejenak, apa tidak ada sumur dirumah itu sehingga harus membeli air?

Dikampung ini memang belum ada pipa PDAM, jadi masyarakat disini kebanyakan menggunakan sumur bor.

Anakku yang penasaran dengan suara mesin air tandon itu, lalu mendatangi rumah itu dan dia sibuk melihat orang menarik selang air yang besar.

Ketika aku sedang mengawasi anakku ternyata pemilik rumah mendekatiku.

" Mbak, yang tinggal dirumah depan itu iya?"tanyanya sambil menunjuk rumahku. karena posisi rumahnya dibelakangku.

"Iya Bu." jawabku.

"Rumah itu sudah lama tidak ada yang mau ngontrak." ucapnya

"Iya, Bu... Kami ngontrak rumah itu sesuai kemampuan saja Bu. Gak sanggup kalau harus ngontrak rumah yang lebih bagus." jawabku

"Lho. Memang suaminya kerja di perusahaan mana to Mbak, kok gak mampu cari kontrakan yang bagus?" tanyanya.

"Suami saya bukan kerjan di perusahaan Bu, tapi bekerja sebagai buruh bangunan."jawabku.

"O...." jawabnya.

"Ya sudah saya permisi ya Bu mau memandikan si kecil dulu."ucapku

Setelah itu aku pamit pulang sambil menggendong anakku.

āœšŸ»āœšŸ»āœšŸ»āœšŸ»āœšŸ»āœšŸ»āœšŸ»āœšŸ»āœšŸ»āœšŸ»āœšŸ»āœšŸ»āœšŸ»

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sudah seminggu kami tinggal dikontrakan ini.

Pagi itu hujan turun sangat lebat, jadi suamiku tak bisa berangkat kerja.

ketika membuka pintu belakang, mataku disuguhkan dengan sebuah pemandangan yang menyedihkan. Ibu pemilik rumah belakang itu sedang naik tangga membetulkan talang air agar bisa masuk ke dalam tandon.

Sedangkan sang suami memegangi tangga. Aku tidak tahu apa alasannya mengapa yang diatas tangga si istri bukan sang suami.

Aku yang melihat itu, begitu prihatin. Lalu aku memberitahu suamiku kejadian yang aku lihat tadi dan suamiku mengatakan jika memang mereka tidak punya sumur biarlah ambil air dirumah kita.

keesokkan harinya kudatangi rumah Ibu itu.

" Bu. Maaf sebelumnya. Apa Ibu tidak memiliki sumur? soalnya kemarin Saya melihat Ibu sedang betulin talang air?" tanya ku sedikit ragu.

"Oh iya Mbak. Saya belum mampu untuk ngebor sumur soalnya mahal biayanya." jawabnya.

"Jika Ibu berkenan. Ibu bisa ambil air dari rumah saya. Tinggal Ibu beli pipa untuk mengalirkan ke tandon Ibu." ujarku pada nya.

"Beneran Mbak? Terus perbulannya Saya harus bayar berapa?" tanyanya.

"Cukup Ibu bantuin Saya beli pulsa 50ribu sebulan." jawab ku.

Aku sempat berpikir, kok bisa masyarakat disini gak ada yang peduli, jika salah satu tetangganya tidak memiliki sumur. Padahal rata-rata mereka itu rumah milik sendiri dan kehidupan mereka juga bisa di bilang sangat cukup jika hanya untuk membantu salah satu tetangganya, penghasilan mereka juga pasti besar dan rumah mereka juga rumah yang bisa di bilang bagus dan milik sendiri tidak seperti aku yang masih ngontrak.

Sudah seminggu Ibu itu mengalirkan air dari rumahku. Hubungan kami mulai akrab.

Sore itu anakku ingin main diluar rumah.

Sepertinya dia suntuk didalam rumah terus. karena anakku rewel, akhirnya aku turuti anakku untuk main diluar rumah.

Anakku terlihat antusias melihat banyak teman sebayanya bermain.

Ketika aku sedang mengikuti anakku. Tiba-tiba bu Sulis datang dan mendekat kearahku.

"Bu. Mau ambil piring yang tempo hari." ujarnya kepadaku.

"Ya Allah Bu, maaf, Saya lupa mengembalikannya." jawabku sedikit terkejut karena aku baru ingat jika piring Bu Sulis memang belum aku kembalikan.

"Iya, Bu gak apa." jawab nya dengan datar.

"Eh. Ngomong-ngomong, Ibu menyalurkan air kepada keluarga Bu Darmi? "tanya nya penasaran.

"OH. Nama Ibu belakang itu Bu Darmi to Bu?" jawab ku.

"Lho. Ibu ini gimana sich. Masak sudah ngasih air dan sudah sering ngobrol tapi gak tahu namanya." jawabnya heran.

"Hehehe... Saya tidak pernah tanya namanya Bu soalnya."jawab Ku sambil tersenyum.

"Ibu, baik banget sich. Belum kenal karakter orangnya, tapi sudah berani mengalirkan air kerumahnya."Ujarnya. Perkataan bu Sulis membuatku mengernyitkan dahi, karena sepertinya ada hal yang tidak aku ketahui tentang keluarga bu Darmi.

Jujur aku jadi penasaran. Tapi, semua ku pendam dalam hati. To niat aku kan baik pikirku.

Setelah ngobrol kesana kemari. Datang lah dua orang tetangga lagi, mereka menyebutkan namanya masing- masing. Yang bertubuh gemuk bernama Bu Mira dan yang sedikit kurus bernama Nuri.

Kami ngobrol layaknya tetangga baru hingga bu Nuri nyeletuk.

"Bu. Hati-hati lho. Jika nanti listriknya habis banyak." ucapnya kepada ku.

"Maksud bu Nuri apa ya? Saya kurang faham." tanyaku.

"Iya. Secara-kan, Ibu ngalirkan air kerumah Bu Darmi yang kaya raya itu." jawab nya sedikit mencibir.

" Maaf Bu! tidak baik seperti itu sama tetangga sendiri." jawab ku.

"Ibu kan belum tahu mereka seperti apa. Nanti juga Ibu bakal nyesel sendiri."jawabnya sedikit ditekan.

"Insha Allah gak nyesel Bu, niat saya hanya ingin menolong tidak lebih."Ucapku

"Menolong itu boleh Bu dan sangat di anjurkan, tapi kita juga harus tahu dulu apakah orang ini pantas kita tolong atau tidak."jawabnya

"Maksud Bu Nuri apa ya saya kurang faham."tanyaku

"Ibu rasakan saja nanti, kalau kami ngomong nanti Bu Sara pikir kami tetangga yang tidak baik."jawabnya dengan nada telihat sedikit kesal.

Entah mengapa aku merasa jika para tetangga disini tidak peduli dengan keluarga bu Darmi. Karena dari cara mereka menceritakan tentang Bu Darmi sangat terlihat jelas ada rasa ketidak sukaan mereka terhadapnya. Entah apa yang membuat mereka seperti itu, tapi itu semua adalah hak mereka dan aku tidak bisa memaksa mereka untuk peduli dengan Bu Darmi.

Karena hampir senja kami pun membubarkan diri dan kembali kerumah masing-masing.

Setelah masuk kedalam rumah. Aku langsung memandikan anakku. Setelah seleseikan memandikan anakku. Aku langsung memasak. Karena sebentar lagi suamiku waktunya pulang, kasihan kalau dia pulang belum ada makanan yang tersaji dimeja makan.

šŸ‘ŒšŸ‘ŒšŸ‘ŒšŸ‘ŒšŸ‘ŒšŸ‘ŒšŸ‘ŒšŸ‘ŒšŸ‘šŸ‘šŸ‘šŸ‘šŸ‘šŸ‘šŸ‘

Waktu berjalan begitu cepat. Sudah enam bulan aku tinggal dikampung ini.

Hubunganku dengan bu Darmi juga semakin akrab. Tak pernah aku hiraukan omongan para tetangga tentang Bu Darmi. Bagiku selagi dia baik mengapa harus Ku jauhi.

Hari demi hari mulai terlihat perubahan sikap dan nada bicara Bu Darmi .

Yang awalnya suka merendah, sekarang selalu menyombongkan harta yang ada dikampung halamannya. Yang katanya sawahnya berhektar-hektar.

Pembayaran air pun juga sudah mulai bermasalah.

Lancar waktu dua bulan pertama saja. Setelah itu tak ada pembayaran lagi darinya.

Sudah empat bulan ini. Bu Darmi tidak pernah memberi uang pulsa.

Dia selalu beralasan jika belum memiliki uang.

Awalnya aku memaklumi, karena aku berpikir memang demikian sulitnya keuangannya.

Waktu itu, tanpa sengaja aku bertemu dengan Bu Darmi dan anak pertama-nya sedang belanja di warung sayur.

Karena kami bertetangga aku lalu menyapa mereka.

"Belanja Bu?" sapaku dan anak gadis nya menoleh kearahku.

"Ya, belanja lah! namanya juga diwarung." jawabnya dengan nada ketus.

Aku terperangah mendengar jawaban Bu Darmi.

"Oh... Silahkan Bu, saya permisi dulu."jawabku.

"Pulang ya pulang sana! Ngapain pamit segala!"ucapnya dengan nada ketus

Karena merasa tidak nyaman akhirnya aku langsung pergi.

Belum juga jauh dari tempatku melangkah.

samar-samar aku mendengar pembicaraan Bu Darmi dengan pemilik warung.

" Siapa sich itu Bu? Kok sok kenal sama Saya." ucapnya kepada pemilik warung.

"lho. Bukan kah tetangga Ibu?" jawab Ibu pemilik warung.

"OH. Mungkin yang ngontrak dirumah yang jelek itu kali Bu." jawab Bu Darmi seakan jijik bertetanggaan denganku.

Ada rasa sakit didada ini mendengar Bu Darmi seakan tidak mengenalku.

Aku bergegas pulang. Dalam perjalanan pulang tanpa terasa menetes butiran bening dari kelopak mataku.

Aku langsung seka air mataku, karena aku tidak ingin jadi pusat perhatian orang lalu lalang di jalan. Sakit, kecewa, marah itu yang aku rasakan. Bagaiamana bisa Bu Darmi bersikap seperti itu? Padahal Dia mengalirkan air dari rumahku. Apakah ini sifat aslinya Bu Darmi? Apakah ini yang di maksud para Ibu-ibu waktu itu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Tetangga MeresahkanĀ Ā Ā ENDING

    DARMI TETANGGA MERESAHKANENDING ( Kehidupan baru Darmi dan Sara )Satu minggu telah berlalu.Setelah kejadian mobil di tarik pihak leasing. Bu Sulis sudah jarang terlihat keluar rumah, sepertinya dia sangat malu. Karena Bu Sulis selalu gembar-gembor jika mobilnya di beli dengan cash.Sore itu aku sedang duduk di depan rumah. Dimas sedang bermain bersama teman sebayanya.Terdengar keributan dari rumah Bu Darmi."Pergi! Bapak bilang kamu pergi dari rumah ini!" Teriak Pak Dodi"Pak. Rahayu melakukan semua ini untuk mencukupi kebutuhan keluarga ini."jawab Rahayu terdengar sambil menangis"Dodi! Cukup! Kamu itu harus sadar! Jika kamu mampu mencukupi kebutuhan keluarga ini. Tidak mungkin Rahayu sampai kerja seperti itu!"bentak suara Mbah Yat"Buk! Tolong Ibuk diam! Rahayu seperti ini juga karena kalian! Jika kalian bisa hidup sederhana dan tidak menuntut makan enak, hidup enak. Tidak mungkin Rahayu sampai bekerja seperti itu!"jawab Pak Dodi dengan suara cukup keras"Apa! Jadi kamu pikir R

  • Tetangga MeresahkanĀ Ā Ā BAB 36

    DARMI TETANGGA MERESAHKANBAB 36( Kehidupan baru Darmi dan Sara )Dua bulan telah berlalu.Alhamdulillah warungku semakin rame pembeli, karena aku juga menerima pesan antar. Para pembeli sangat senang dan puas akan layanan pesan antar yang aku berikan, karena mereka tidak perlu repot berjalan ke warung.Siang itu setelah aku menidurkan Dimas, aku mendengar suara keributan dari rumah Bu Sulis.Aku lalu segera keluar untuk melihat apa yang terjadi.Ada beberapa tetangga yang berjalan kerumah Bu Sulis karena memang suara teriakan Bu Sulis lumayan kencang.Ketika sampai rumah Bu Sulis ternyata sudah ada beberapa tetangga yang ada disana.Ada beberapa orang laki-laki bertubuh tinggi besar sedang marah-marah kepada Bu Sulis."Bu! Ini sudah jatuh tempo jadi Ibu harus menyerahkan kunci mobil itu kepada kami!"ucap salah satu laki-laki itu dengan nada tinggi"Tidak! Itu mobilku jadi tidak akan aku serahkan!"jawab Bu Sulis tak kalah Tinggi"Ya kalau Ibu tidak mau mobilnya ditarik bayar angsura

  • Tetangga MeresahkanĀ Ā Ā BAB 35

    DARMI TETANGGA MERESAHKANBAB 35( Kehidupan baru Darmi dan Sara )Pak Dodi hanya bisa mengelus dada melihat perubahan anak keduanya itu.Pak Dodi tidak tahu apa yang membuat Rahayu begitu membenci keluarga Pak Andi.Dengan langkah sedikit lemas Pak Dodi berjalan ke warung Sara."Bu. Bisa tolong minta kopi sama gula.""Oh. Iya Pak. Kok tumben Pak Dodi sendiri yang datang ke warung?""Biasalah Bu. Orang rumah lagi pada sibuk."Setelah itu Sara menyerahkan kopi dan gula yang di minta Pak Dodi."Bu. Maaf seperti biasa ya.""Iya Pak."Lalu pak Dodi pulang sambil membawa gula dan kopi.Setelah sampai rumah. Pak Dodi meminta Rahayu untuk membuatkan kopi untuknya."Nduk. Ini kopi sama gulanya, tolong buatkan Bapak kopi.""Eeehhhmmm."Pak Dodi meletakkan plastik berisi kopi dan gula diatas meja.Lalu pak Dodi kembali duduk diteras rumah.Tidak berselang lama Pak Dodi duduk. Bu Darmi mendatangi pak Dodi."Pak. Minta uang untuk beli sayur."Lalu Pak Dodi merogoh sakunya dan memberikan kepada Bu

  • Tetangga MeresahkanĀ Ā Ā BAB 34

    DARMI TETANGGA MERESAHKANBAB 34( Kehidupan baru Darmi dan Sara )Setelah mendengar ucapan ku. Bu Sulis pergi tanpa pamit.Aku sich gak heran dengan tingkah Bu Sulis seperti itu. Karena memang sudah biasa.Setelah kepergian Bu Sulis, aku hendak menutup warung, namun tiba-tiba mataku melihat sesosok gadis cantik yang lewat depan warung.Karena penasaran aku keluar warung untuk melihatnya. Dan ternyata gadis itu masuk kerumah Bu Darmi.Setelah gadis itu masuk kedalam rumah. Suara tangisan Bu Darmi pecah.Aku langsung berlari ke rumah Bu Darmi takut jika terjadi sesuatu.Ketika sampai depan rumah Bu Darmi, aku melihat Bu Darmi sedang memeluk gadis itu. Aku baru sadar jika gadis yang aku lihat tadi adalah Rahayu.Rahayu baru keluar dari tempat rehabilitas. Pantas Bu Darmi menangis histeris.Karena tidak mau menggaggu aku putuskan untuk kembali pulang.Setelah pulang dari rumah Bu Darmi, aku langsung memandikan Dimas agar Dia bisa tidur siang dengan nyenyak.Setelah Dimas tidur. Aku memb

  • Tetangga MeresahkanĀ Ā Ā BAB 33

    DARMI TETANGGA MERESAHKAN( Kehidupan baru Darmi dan Sara )BAB 33Sari melempar garam itu dan langsung pulang dengan marah.Ketika sampai rumah Mbah Yat bertanya kepada Sari karena pulang dengan wajah marah."Kamu itu kenapa pulang kok marah-marah gitu?"tanya Mbah Yat."Itu lho Buk.Si pemilik toko sebelah Sombong banget,masak Aku beli garam karena lupa bawa uang eee garamnya gak boleh dibawa dulu padahal rumah kita cuma sebelahan."jawab Sari dengan kesal."Oalah Sara yang Sombong itu ti Mbak."imbuh Darmi."Iya tetangga Mu yang Sombong itu."jawab Sari kesal."Baru juga buka toko kecil begitu saja sudah sombongnya minta ampun."cibir Sari."Sudah gak usah marah-marah.Biar Ibuk yang kesana."ucap Mbah Yat dengan nada kesal.Mbah Yat langsung berjalan ke arah toko Sara dengan ocehan gak jelas."Sara...Sara...ini uang garamnya."teriak Mbah Yat.Sara tersenyum melihat tingkah Mbah Yat."Nah gitu dong kalau belanja bawa uang sekalian biar gak bolak balik."ucap Sara sambil tersenyum."Kamu ini

  • Tetangga MeresahkanĀ Ā Ā BAB 32

    DARMI TETANGGA MERESAHKAN( Kehidupan baru Darmi dan Sara )BAB 32Hari sudah terlalu sore Sara mengajak anaknya Dimas pulang.Setelah masuk rumah dan memandikan Dimas.Sara langsung memasak.Setelah menitipkan Dimas kepada suaminya Sara langsung menuju dapur.Sara sibuk menyiangi sayur dan ayam yang akan diolahnya.Ketika sedang menyiangi sayur terdengar suara ketukan pintu.Tok...tok... tok...."Bu...bu..."ujar seseorang dari luar.Sara bergegas lari kedepan untuk membuka pintu.Ketika pintu terbuka Sara terkejut melihat siapa orang yang ada didepan pintunya."Ada apa Mbah?"tanya Sara sopan santun."Tadi mantuku ikut kerja gali sumur disini to."tanyanya."Iya Mbah...tadi Pak Dodi ikut bantuin gali sumur."jawabnya sopan."Terus mana upah untuk mantuku!"tanynya ketus.Sara kaget dengan pertanyaan Si-Mbah."Ya sebentar Mbah,saya tanyakan suami saya dulu."jawab sara.Lalu sara masuk kedalam kamar dan bertanya kepada Andi."Mas tadi Pak Dodi apa gak Mas kasih upah?"tanyaku.Mas Andi sedik

  • Tetangga MeresahkanĀ Ā Ā BAB 31

    DARMI TETANGGA MERESAHKAN( Kehidupan baru Darmi dan Sara ) BAB 31"Ya kami mana berani melarang Darmi!"jawab Mbah Yat."Tumben Ibuk takut sama Darmi?"tanya Pak Dodi kepada ibu mertuanya."Ya Laras kan anaknya jadi ya terserah Darmi mau diapakan anaknya!"sela Sari ketus.Pak Dodi tepuk tangan mendengar Jawaban ibu mertua dan kakak iparnya."Hebat! kalian bertiga ini memang sangat pintar memainkan situasi!"ujar Pak Dodi sambil tersenyum menyeringai.Bu Darmi terlihat sedikit takut melihat suaminya seperti itu."Sudahlah Pak jangan dibahas lagi to Laras sudah punya suami jadi biar suaminya belajar tanggung jawab."ujar Bu Darmi lembut untuk meredam Pak Dodi."Ha...ha...ha... kenapa baru sekarang ibu berbicara seperti itu? selama ini memangnya ibu tidak tahu jika pengobatan ibu suami laras juga ikut membantu!"jawab Pak Dodi tegas."Ya wajarlah kan mereka numpang disini ya harus bantu pengobatan Darmi!"sela Sari ketus."Sebenarnya disini yang numpang itu siapa?"jawab Pak Dodi ketus."Apa m

  • Tetangga MeresahkanĀ Ā Ā BAB 30

    DARMI TETANGGA UNIK( Kehidupan baru Darmi dan Sara ) BAB 30Indra tidak membalas satu kata pun.Laras yang sakit hati mendengar Ibunya selalu merendah kan suaminya."Bu! tidak adakah rasa kasihan dihati Ibu untuk mas indra?"tanya Laras lantang."Pokoknya kalau Dia belum bisa bikinkan kamu rumah jangan harap Ibu akan bersikap baik padanya."jawab Bu Darmi ketus."Lho Pak!ibu sama mbak sari kemana?"tanya Bu Darmi yang baru menyadari Ibu dan kakaknya tidak berada dirumah."Tadi katanya mau belanja Bu."jawab Pak Dodi."Mas ayo masuk bantuin aku jaga sikecil."ujar Laras kepada suaminya.Indra lalu mengikuti Laras masuk kedalam rumah.Setelah kepergian Laras,Bu Darmi duduk mendekat disamping Pak Dodi."Lho Pak! Ini rumah siapa?"tanyanya bingung sambil menunjuk rumah Sara."Oh itu rumah Pak Andi."jawab Pak Dodi datar."Lho kok Ibu tidak tahu kalau mereka bangun rumah disamping kita?"tanyanya lagi."Iya kan Ibu sakit jadi tidak pernah keluar rumah."jawab Pak Dodi."Iya ya Pak."jawab Bu Darmi

  • Tetangga MeresahkanĀ Ā Ā BAB 29

    DARMI TETANGGA UNIK( Kehidupan baru Darmi dan Sara ) BAB 29Keesokan paginya rutinitasku seperti biasa, belanja sayur diwarung seberang gang.Ketika asyik memilah sayur aku melihat Laras datang bersama Mbahnya."Belanja Bu?"sapaku sopan."Iya dong! masak kesini mau makan!"jawabnya ketus."Aduh Bu biasa aja kali jawabnya!"ujarku ketus.Aku sebenarnya terkejut mendengar jawaban Mbah Laras.Kemarin sopan banget kok sekarang juteknya minta ampun.Aku tidak lagi menggubrisnya yang penting aku sudah menyapa sebagai tetangga.Aku kembali memilih sayur dan beberapa lauk pauk yang akan aku beli.Ketika sedang memilih sayur Si-Mbah itu berkata."Saya mau ayam dua kilo...ikan nila satu kilo...ikan mas satu kilo...ayamnya dipotong goreng...ikannya dibersihkan sisik sama kotorannya."ujarnya ketus kepada Ibu sayur."Wah...mau makan enak nich Laras... Neneknya datang."ujar Ibu sayur.Laras tidak menjawab hanya tersenyum kecut."Sayurannya yang segar-segar ini dimasukkan plastik ya!"ujarnya lagi."

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status