Share

Revenge Plan

June sangat terkejut dan juga bingung, ditambah lagi aroma vanila yang terkuar dari tubuh Drake membuatnya teringat kembali akan malam itu. Tatapan matanya yang dingin itu seakan mampu menghipnotis dirinya.

“Itu hanya teknik khusus yang bisa dipelajari siapa saja. Hanya menggunakan berat badan,” jawab Drake sambil melepaskan rangkulannya dari tubuh June.

“Maafkan kami tuan Burton. Kami pastikan ini tidak akan terjadi lagi. Untuk kompensasinya, kami menggratiskan semua makanan dan biaya sewa hari ini. Kami juga memberikan voucher makan malam gratis untuk Tuan,” kata sang manager yang tiba-tiba muncul.

“Ini sangat berbahaya. Pastikan kalian melakukan maintenance pada gedung restoran milik kalian ini,” jawab Drake dingin dan tegas.

“Kami tahu. Kami benar-benar minta maaf,” sahutnya lagi.

“Baiklah,” katanya sambil merapikan jasnya. Tanpa berkata apapun lagi, Drake langsung berjalan kembali masuk ke dalam ruang meeting meninggalkan June yang masih bertanya-tanya.

“Maafkan kami, miss,” kata manager itu lagi.

“Aneh sekali, balok sebesar itu bisa jatuh begitu saja,” kata June.

“Kami juga tidak yakin apa penyebabnya. Yang jelas, kami akan melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap gedung kami setelah ini,” jawabnya.

“Baiklah. Tidak apa-apa,” kata June.

Ia kemudian pergi ke toilet seperti yang hendak ia lakukan sebelumnya. Selama berada di dalam toilet, June berpikir. Rasanya ada yang aneh. Balok itu terlontar cukup jauh dan bagaimana mungkin Drake bisa tiba begitu cepat di sampingnya? Saat June keluar dari toilet, manager tadi sedang berbicara dengan beberapa orang.

“Adakah rekaman CCTV saat balok itu terjatuh?” tanya si manager pada salah seorang yang sedang berkumpul.

“Anehnya, rekaman CCTV mati beberapa detik, tepat saat balok itu hampir menghantam nona tadi. CCTV baru hidup kembali setelah balok itu jatuh,” jawabnya.

“Aneh... Tapi yang jelas, kita harus memeriksa apakah gedung kita masih dalam kondisi memadai. Periksa juga balok yang jatuh tadi! Cepat pindahkan ke tempat lain,” kata manager itu lagi. June memperhatikan diam-diam sambil berjalan kembali ke ruang meeting. Ia menoleh ke arah balok kayu yang sedang diangkat oleh beberapa orang itu, sambil melangkah masuk ke dalam ruangan. June melebarkan matanya saat ia yakin melihat telapak tangan membekas di salah satu bagian. Mungkinkah itu? Telapak tangan Drake?

June terus melangkah sambil menoleh ke belakang hingga ia tidak sadar kakinya tersandung lantai yang lebih rendah saat hendak masuk ke dalam ruang meeting.

“Ahhh!” seru June saat ia hendak jatuh dan lagi-lagi, Drake menangkap tubuhnya.

Indra penciuman June lagi-lagi dipenuhi dengan aroma vanila musk yang maskulin dari tubuh Drake. Jantung June berdegup kencang sebab ia dapat merasakan otot-otot tubuh Drake di balik jas rapi yang dikenakannya.

“Satu kali lagi jatuh, akan kupotong gajimu bulan ini!” seru Drake dingin.

“Ma-maaf,” jawab June. Drake melepaskan pelukannya dari tubuh June dengan kasar lalu kembali duduk di tempatnya. June duduk di samping Drake, berusaha melupakan apa yang baru saja terjadi. Drake langsung sibuk dengan handphonenya, entah apa yang dilihatnya. June juga akhirnya melakukan hal yang sama.

Dalam hati, June bersumpah akan tetap membalas dendam pada Drake. June berpikir keras, bagaimana caranya membalas dendam pada pria ini. Di saat yang sama, seorang pelayan masuk ke dalam ruangan, membawa makan siang pesanan mereka. June sesekali mencuri pandang pada pria tampan yang ada di sebelahnya itu, mencoba berpikir apa yang menjadi kelemahan pria ini. Bagaimana caranya membalas dendam tanpa harus kehilangan pekerjaannya?

“Sebenarnya ada apa di wajahku?” tanya Drake tiba-tiba, membuat June terkejut setengah mati.

“Apa maksud Bapak?” tanya June pura-pura tidak mengerti.

“Dari tadi kamu melirik ke arah wajahku,” kata Drake lagi.

“A-aku... Aku hanya memikirkan kejadian tadi,” jawab June berbohong.

“Sudah kubilang, tidak perlu tenaga melakukan hal tadi, cukup dengan sebuah teknik yang bisa dipelajari siapapun,” jawab Drake.

“Okay,” sahut June.

Drake melirik ke arah June. Rasa-rasanya ia benar-benar pernah bertemu dengan wanita ini, tapi di mana. Aroma parfum yang wanita ini pakai, rasanya Drake pernah tahu. June merasa dirinya diperhatikan, ingin sekali ia membalas kata-kata Drake tadi, tapi ini hari pertamanya bekerja. Ia tidak ingin kehilangan pekerjaannya secepat ini. Jadi ia memutuskan untuk berpura-pura tidak tahu dan terus makan.

Tiba-tiba sebuah memori terlintas di otaknya. Saat ia dan Drake berada di atas ranjang hotel itu, Drake memuji kaki jenjangnya. Ia bilang, kaki jenjang itu menarik perhatiannya sejak pertama masuk ke dalam club. June tersenyum miring karena ia mendapat ide. June akan membuat Drake menginginkannya, lalu ia akan membuat Drake menderita karena menginginkannya. Itu ide yang sangat bagus. June percaya diri, ia mampu melakukannya. Kalau Drake pernah tertarik padanya satu kali, tidak akan sulit membuatnya tertarik lagi pada June.

Makan siang berlangsung tanpa suara. June dan Drake sama-sama tidak ingin berbicara satu sama lain. Mereka kemudian kembali ke kantor masih dalam keadaan tidak berbicara.

“June,” kata Drake saat mereka sampai. Itu kata pertama yang Drake ucapkan setelah itu.

“Ya, Pak?” tanya June.

“Aku ingin kamu mengerjakan laporan ini,” kata Drake sambil menunjukkan sebuah data di laptopnya. June duduk di hadapan Drake dengan mata melebar. Itu data yang sangat banyak dan ini adalah hari pertamanya bekerja. Bagaimana ia tahu harus melakukan apa dengan data-data seperti itu?

“Buat laporan ini dan setorkan padaku besok pagi saat aku datang. Aku membutuhkannya besok,” kata Drake. June meremas ujung blazernya karena kesal, ia mungkin harus lembur sampai malam untuk mengerjakannya. Namun June menutupinya dengan senyum semanis mungkin.

“Baik, Pak,” jawabnya.

Drake sama sekali tidak mengucapkan terima kasih. Ia langsung membereskan barang yang ingin ia bawa, lalu pergi keluar ruangan begitu saja.

“Aku akan mengunjungi proyek dan tidak akan kembali ke kantor hari ini. Sampai jumpa besok,” katanya lagi.

“Sampai jumpa besok, pak,” jawab June sambil memalsukan seulas senyum lagi.

Ia menatap punggung Drake yang menjauh dengan tatapan kesal. Lihat saja nanti, Drake akan bertekuk lutut di hadapannya! Tekad June dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status