Share

Revenge Plan

Author: Cindy Chen
last update Last Updated: 2021-05-26 09:00:11

June sangat terkejut dan juga bingung, ditambah lagi aroma vanila yang terkuar dari tubuh Drake membuatnya teringat kembali akan malam itu. Tatapan matanya yang dingin itu seakan mampu menghipnotis dirinya.

“Itu hanya teknik khusus yang bisa dipelajari siapa saja. Hanya menggunakan berat badan,” jawab Drake sambil melepaskan rangkulannya dari tubuh June.

“Maafkan kami tuan Burton. Kami pastikan ini tidak akan terjadi lagi. Untuk kompensasinya, kami menggratiskan semua makanan dan biaya sewa hari ini. Kami juga memberikan voucher makan malam gratis untuk Tuan,” kata sang manager yang tiba-tiba muncul.

“Ini sangat berbahaya. Pastikan kalian melakukan maintenance pada gedung restoran milik kalian ini,” jawab Drake dingin dan tegas.

“Kami tahu. Kami benar-benar minta maaf,” sahutnya lagi.

“Baiklah,” katanya sambil merapikan jasnya. Tanpa berkata apapun lagi, Drake langsung berjalan kembali masuk ke dalam ruang meeting meninggalkan June yang masih bertanya-tanya.

“Maafkan kami, miss,” kata manager itu lagi.

“Aneh sekali, balok sebesar itu bisa jatuh begitu saja,” kata June.

“Kami juga tidak yakin apa penyebabnya. Yang jelas, kami akan melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap gedung kami setelah ini,” jawabnya.

“Baiklah. Tidak apa-apa,” kata June.

Ia kemudian pergi ke toilet seperti yang hendak ia lakukan sebelumnya. Selama berada di dalam toilet, June berpikir. Rasanya ada yang aneh. Balok itu terlontar cukup jauh dan bagaimana mungkin Drake bisa tiba begitu cepat di sampingnya? Saat June keluar dari toilet, manager tadi sedang berbicara dengan beberapa orang.

“Adakah rekaman CCTV saat balok itu terjatuh?” tanya si manager pada salah seorang yang sedang berkumpul.

“Anehnya, rekaman CCTV mati beberapa detik, tepat saat balok itu hampir menghantam nona tadi. CCTV baru hidup kembali setelah balok itu jatuh,” jawabnya.

“Aneh... Tapi yang jelas, kita harus memeriksa apakah gedung kita masih dalam kondisi memadai. Periksa juga balok yang jatuh tadi! Cepat pindahkan ke tempat lain,” kata manager itu lagi. June memperhatikan diam-diam sambil berjalan kembali ke ruang meeting. Ia menoleh ke arah balok kayu yang sedang diangkat oleh beberapa orang itu, sambil melangkah masuk ke dalam ruangan. June melebarkan matanya saat ia yakin melihat telapak tangan membekas di salah satu bagian. Mungkinkah itu? Telapak tangan Drake?

June terus melangkah sambil menoleh ke belakang hingga ia tidak sadar kakinya tersandung lantai yang lebih rendah saat hendak masuk ke dalam ruang meeting.

“Ahhh!” seru June saat ia hendak jatuh dan lagi-lagi, Drake menangkap tubuhnya.

Indra penciuman June lagi-lagi dipenuhi dengan aroma vanila musk yang maskulin dari tubuh Drake. Jantung June berdegup kencang sebab ia dapat merasakan otot-otot tubuh Drake di balik jas rapi yang dikenakannya.

“Satu kali lagi jatuh, akan kupotong gajimu bulan ini!” seru Drake dingin.

“Ma-maaf,” jawab June. Drake melepaskan pelukannya dari tubuh June dengan kasar lalu kembali duduk di tempatnya. June duduk di samping Drake, berusaha melupakan apa yang baru saja terjadi. Drake langsung sibuk dengan handphonenya, entah apa yang dilihatnya. June juga akhirnya melakukan hal yang sama.

Dalam hati, June bersumpah akan tetap membalas dendam pada Drake. June berpikir keras, bagaimana caranya membalas dendam pada pria ini. Di saat yang sama, seorang pelayan masuk ke dalam ruangan, membawa makan siang pesanan mereka. June sesekali mencuri pandang pada pria tampan yang ada di sebelahnya itu, mencoba berpikir apa yang menjadi kelemahan pria ini. Bagaimana caranya membalas dendam tanpa harus kehilangan pekerjaannya?

“Sebenarnya ada apa di wajahku?” tanya Drake tiba-tiba, membuat June terkejut setengah mati.

“Apa maksud Bapak?” tanya June pura-pura tidak mengerti.

“Dari tadi kamu melirik ke arah wajahku,” kata Drake lagi.

“A-aku... Aku hanya memikirkan kejadian tadi,” jawab June berbohong.

“Sudah kubilang, tidak perlu tenaga melakukan hal tadi, cukup dengan sebuah teknik yang bisa dipelajari siapapun,” jawab Drake.

“Okay,” sahut June.

Drake melirik ke arah June. Rasa-rasanya ia benar-benar pernah bertemu dengan wanita ini, tapi di mana. Aroma parfum yang wanita ini pakai, rasanya Drake pernah tahu. June merasa dirinya diperhatikan, ingin sekali ia membalas kata-kata Drake tadi, tapi ini hari pertamanya bekerja. Ia tidak ingin kehilangan pekerjaannya secepat ini. Jadi ia memutuskan untuk berpura-pura tidak tahu dan terus makan.

Tiba-tiba sebuah memori terlintas di otaknya. Saat ia dan Drake berada di atas ranjang hotel itu, Drake memuji kaki jenjangnya. Ia bilang, kaki jenjang itu menarik perhatiannya sejak pertama masuk ke dalam club. June tersenyum miring karena ia mendapat ide. June akan membuat Drake menginginkannya, lalu ia akan membuat Drake menderita karena menginginkannya. Itu ide yang sangat bagus. June percaya diri, ia mampu melakukannya. Kalau Drake pernah tertarik padanya satu kali, tidak akan sulit membuatnya tertarik lagi pada June.

Makan siang berlangsung tanpa suara. June dan Drake sama-sama tidak ingin berbicara satu sama lain. Mereka kemudian kembali ke kantor masih dalam keadaan tidak berbicara.

“June,” kata Drake saat mereka sampai. Itu kata pertama yang Drake ucapkan setelah itu.

“Ya, Pak?” tanya June.

“Aku ingin kamu mengerjakan laporan ini,” kata Drake sambil menunjukkan sebuah data di laptopnya. June duduk di hadapan Drake dengan mata melebar. Itu data yang sangat banyak dan ini adalah hari pertamanya bekerja. Bagaimana ia tahu harus melakukan apa dengan data-data seperti itu?

“Buat laporan ini dan setorkan padaku besok pagi saat aku datang. Aku membutuhkannya besok,” kata Drake. June meremas ujung blazernya karena kesal, ia mungkin harus lembur sampai malam untuk mengerjakannya. Namun June menutupinya dengan senyum semanis mungkin.

“Baik, Pak,” jawabnya.

Drake sama sekali tidak mengucapkan terima kasih. Ia langsung membereskan barang yang ingin ia bawa, lalu pergi keluar ruangan begitu saja.

“Aku akan mengunjungi proyek dan tidak akan kembali ke kantor hari ini. Sampai jumpa besok,” katanya lagi.

“Sampai jumpa besok, pak,” jawab June sambil memalsukan seulas senyum lagi.

Ia menatap punggung Drake yang menjauh dengan tatapan kesal. Lihat saja nanti, Drake akan bertekuk lutut di hadapannya! Tekad June dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   To Be With You

    “Drake tidak akan setuju, June,” jawab Wilona.“Aku meminta bantuanmu, bukan Drake. Tolong aku, Wilona. Aku akan memberikan apapun yang kamu mau, asalkan kamu mau membantuku,” kata June lagi.“Aku lebih takut pada Drake dibandingkan tawaran harta apapun darimu,” jawab Wilona.“Please, Wilona. Kamu tahu apa yang akan terjadi pada Drake kalau aku meninggal, bukan? Kamu ingin melihat dia hancur lagi?” tanya June.Wilona terdiam. Ia tahu apa maksud June. Drake hancur berkeping-keping setelah kehilangan Anna berabad silam. Jika itu terjadi untuk kedua kalinya, entah apa yang akan terjadi pada Drake.“Baiklah. Tapi, berjanjilah kamu akan melindungiku jika Drake marah nanti,” kata Wilona.“Tentu saja. Aku akan melakukannya,” jawab June.“Baiklah kalau begitu. Malam ini, temui aku di hutan, kamu tahu tempatnya. Pastikan Drake tidak tahu. Dan harus kamu ingat, June.

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   Vampirize

    “So, what do you say?” tanya Baron pada June sambil tersenyum, menampakkan gigi taringnya yang memanjang.“Apa resikonya?” tanya June.“Nyaris tidak ada, June. Kamu hanya perlu memberikanku darahmu, tidak sampai habis,” katanya sambil berjalan mendekat. Ia mengitari tubuh June, mendekatkan kepalanya ke leher June.“Kamu bisa bersamanya selamanya, June. Say, yes...”katanya Baron lagi.“A-aku...”“Ini sangat mudah, June. Jangan membuatnya sulit. Kamu hanya perlu mengucapkan sebuah mantra yang sangat mudah diucapkan. Sebutkan mantranya dan aku akan segera memulai keabadian,” kata Baron lagi.June menelan ludah, dalam hatinya ia tahu ada sesuatu yang salah dengan semua ini, tapi keinginannya untuk bisa bersama dengan Drake selamanya, membuatnya ingin mengatakan iya. Tawaran ini terlalu menggoda untuk ditolak.“Ikuti kata-kataku, June,” ka

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   The Blood

    June akhirnya sampai ke hotel yang ia tuju. Hati June hancur saat mengingat bagaimana wajah Drake saat ia melangkahkan kaki pergi dari pria tersebut. June tahu ia sangat melukai Drake. Namun, menurut June ini adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan hati Drake dan juga hatinya sendiri.Saat sampai di kamar hotel yang sederhana itu, June langsung merebahkan diri di atas ranjang. Rongga dadanya terasa sakit, bahkan hanya untuk menarik napas. June tidak kuasa menahan tangis, hingga ia menumpahkan semuanya ke atas bantal hotel tersebut. Ia menangis cukup lama hingga ia menyadari ada seseorang yang berdiri bersandar di balkon hotelnya.“Alarick?” tanya June sambil melebarkan matanya.Pria itu melambaikan tangan sambil tersenyum. June menghapus air matanya cepat-cepat lalu membuka pintu kaca menuju balkon.“Bagaimana kamu bisa ada di sini?” tanya June.“Well, kamu tahu siapa aku. Sangat mudah untuk menemukanmu di belahan bum

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   Gone

    Malam hari itu, June sama sekali tidak bisa tidur. Ia melirik ke arah Drake yang sedang tertidur pulas di sampingnya. June memiringkan tubuhnya untuk bisa memandangi wajah Drake lebih lama. Air mata mulai mengalir lagi di pipi June. June mulai berpikir, kenapa takdir begitu kejam padanya hingga saat ia benar-benar jatuh cinta, ia jatuh cinta pada orang yang benar-benar salah. Jika ia jatuh cinta pada manusia biasa maka semuanya akan berakhir baik-baik saja. Tapi seorang raja naga adalah hal yang amat berbeda.June amat mencintai Drake dan ia menyadari itu. Oleh karena itu, June tidak ingin menyakiti hati Drake. Lebih cepat June pergi dari kehidupan Drake selamanya, itu akan lebih baik. Drake mungkin akan sangat sedih, tapi dia akan lebih cepat pulih dan move on. June ingin Drake hidup bahagia. Bersama June, tidak ada masa depan untuk mereka. June akan menua, dia tidak akan bisa membahagiakan Drake selamanya.Karena itulah, June merencanakan sesuatu malam hari itu. Ia d

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   The Worry (Part 2)

    “June, kamu kenapa?” tanya Drake saat June kembali ke mejanya.Drake bisa melihat kalau June terlihat amat kesal.“Ah, tidak apa-apa,” jawab June.“Kamu yakin?” tanya Drake lagi.“Iya. Mungkin aku hanya lapar,” jawab June sambil tersenyum.“Kabar bagus, kurasa pelayannya sudah datang membawa makanan,” kata Drake sambil melirik ke arah kiri. Saat June mengikuti arah pandangnya, seorang pelayan memang datang membawa makanan pesanan mereka.“Syukurlah,” jawab June.Mereka kemudian larut dalam percakapan yang hangat dan menyenangkan. Makanannya juga enak. Namun, June masih memikirkan kata-kata Lana barusan. Ia tidak bisa berhenti memikirkannya, meskipun ia berusaha. Ia melihat wajah Drake ketika bicara. Naga berusia ribuan tahun ini masih terlihat seperti tiga puluh lima tahun dan dia akan terlihat seperti itu selamanya.Usia June kini sudah tiga puluh tiga tah

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   The Worry

    “Lana Barryfield?” tanya Drake sambil membesarkan matanya.“Ternyata itu benar kamu! Ini sebuah kebetulan yang menyenangkan. Sudah lama sekali tidak berjumpa,” kata wanita itu.Ia mendekat lalu memeluk dan mencium kedua pipi Drake, mereka terlihat amat akrab. June memaksakan sebuah senyum.“Lana, perkenalkan ini June Hanson. June, ini Lana Barryfield, teman lamaku,” kata Drake.Wanita itu menoleh melihat June, ia kemudian terdiam sejenak.“Oh, Drake. Dia sangat cantik,” katanya. Tapi June bisa menangkap sesuatu yang lain dari nada suara dan ekspresi wajahnya.“Senang bertemu denganmu, June,” katanya sambil mengulurkan tangan kanannya.“Senang bertemu denganmu juga, Lana,” jawab June.“Kapan kamu ke New York? Kudengar kamu sudah sangat lama tidak meninggalkan Roma?” tanya Drake pada Lana.“Iya. Roma adalah tempat yang paling cocok un

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   First Date

    Drake melaju dan June berhenti bertanya. Ia menikmati pemandangan keluar jendela dan setelah setengah perjalanan, June sudah bisa menebak mereka akan pergi ke mana.“Kamu ingin membawaku nonton ke bioskop?” tebak June sambil tersenyum.“Kamu bisa menebak dengan baik. Kita akan nonton berdua. Bukankah itu yang biasa dilakukan orang-orang saat pacaran?” tanya Drake.“Jangan bilang kamu belum pernah berpacaran sebelumnya?” tanya June.“Terakhir kali aku berpacaran adalah berabad-abad yang lalu, June,” jawab Drake.June tertawa akan kenyataan itu. Drake ikut tertawa. Ia kemudian memarkirkan mobilnya di gedung bioskop. Semua orang yang lewat memperhatikan mobil mewah yang biasanya diparkirkan di depan hotel mewah atau restoran mewah. Tapi kali ini, mobil mewah itu malah terparkir di gedung bioskop sederhana.Drake turun dari mobilnya, lalu berputar untuk membukakan pintu bagi June. June melangkahkan

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   In the Kitchen

    Drake melakukannya berulang-ulang dari belakang, hingga June hampir mencapai puncaknya. Namun, Drake masih belum puas, ia kemudian membalikkan tubuh June hingga menghadap ke arahnya. Ia kemudian melakukannya dari posisi ini, sambil menikmati pemandangan wajah June yang kini merah merona dan berkilau karena keringatnya.Drake membuat June merasa dirinya melayang sekali lagi. Waktu dan dunia serasa berhenti saat itu juga hanya untuk memberikan tempat tersendiri dan waktu yang tak terbatas untuk kedua insan yang sedang dimabuk asmara tersebut. Gairah Drake semakin memuncak saat ia melihat wajah June yang cantik merona merah tersebut, napasnya yang tersengal, dan desahan yang keluar dari bibirnya yang seksi. Mereka melakukannya hingga mencapai puncaknya bersama-sama.June berbaring kelelahan dengan napas tersengal dan tubuh berkeringat. Drake mengusap kening June lalu mengecupnya dengan lembut. Ia berbaring di sebelah June lalu merangkul wanita itu dengan lembut.&l

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   The Dragon's Lover

    Sekarang June berdampingan dengan Drake di dapur. Pria itu terlihat jauh lebih luwes dibandingkan dirinya saat memasak. June tidak tahu apa yang harus ia bicarakan, jadi ia memutuskan untuk diam saja. Drake masih tersenyum sambil bersiul-siul, sesekali ia melirik ke arah June. Drake berkali-kali melihat ke arah kening June, ia hampir tidak percaya apa yang dilihatnya, tanda werewolf itu sudah menghilang dari kening June. Gerak-gerik Drake itu membuat wajah June semakin merah padam.June tidak tahan, jadi ia berbalik lalu berpura-pura mencari sesuatu di kulkas. Padahal June tidak melakukan apapun. Ia hanya mendinginkan wajahnya yang terasa panas itu. Setelah beberapa saat, June berpura-pura mengambil timun untuk tambahan acar, dan pada saat ia menutup pintu kulkasnya. June hampir melempar timunnya sebab Drake tiba-tiba sudah berada di hadapannya.“Kenapa kamu lama sekali di depan kulkas?” tanya Drake.“A-aku...”Drake berjalan mende

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status