“Bukankah besok ulang tahunmu, Yuko?”
Yuko hanya mengira di sanalah hidupnya. Di tengah-tengah keluarga pamannya yang terkadang tidak pernah menganggapnya ada. Satu-satunya yang mengganggap hidup Yuko penting adalah sepupunya, Sheriel. Yang menjadi teman sekaligus kakak untuknya.
Tetapi Yuko tidak mengerti apa lagi yang sedang menunggunya di rumah. Terkadang diperlakukan buruk oleh orang-orang hanya karena dirinya adalah yatim piatu dari keluarga miskin.
“Aku tidak bisa memberikan sesuatu yang berharga. Bagaimana jika novel kesukaanmu saja?”
Yuko tertawa saat menerima bungkusan kecil transparan dari Sheriel. Itu novel kesukaannya sepanjang masa. Bahkan sepanjang 15 tahun—ulang tahunnya besok.
“Tidak masalah. Aku lebih suka baca buku. Gosip tidak cocok denganku.”
“Aku tahu. Kau tergila-gila dengan semua tokoh dalam novel itu. Bahkan kau mengutuk antagonis di dalamnya.” Sheriel mengingat-ingat ilustrasi salah satu tokoh yang paling berkesan yang pernah dilihatnya dalam buku milik Yuko beberapa hari lalu. “Kalau aku suka Raeliana De Servant?”
Yuko menggeleng. “Aku benci karakter lembek seperti dia. Walau kadang aku benci mengakui bahwa dia digambarkan lebih cantik dari tokoh utama yang malang.”
Sheriel setuju dengan itu. “Lagipula, kupikir penulisnya tidak terlalu menyukai peran utama perempuannya. Kenapa dia harus membuat gadis itu bekerja di toko roti?”
“Tapi putra mahkota bertemu dengannya di sana dan jatuh cinta.”
“Secara instan,” tambah Sheriel.
Sebagai orang yang pintar dan tidak terlalu percaya pada buku-buku fiksi, Sheriel punya pemikiran yang rasional. sejak usia 15 sampai sekarang sudah 23 tahun, Sheriel sering bilang: Cinta pandangan pertama itu adalah omong kosong.
“Jadi menurut Yuko, kenapa pangeran jatuh cinta dengan pegawai toko roti?”
Yuko cemberut mendengar pertanyaan Sheriel. Selama Yuko membaca novel kesukaannya, ia sendiri tidak pernah tahu kenapa pangeran tiba-tiba mau datang ke toko roti itu dan mendadak jatuh cinta dengan si pemeran utama perempuan.
“Biar mudah saja untuk menyelesaikan novelnya,” lanjut Sheriel.
Oh, itu terdengar logis di telinga Yuko. Memang tidak ada penjelasan kenapa pangeran tiba-tiba datang ke tempat itu. Mungkin memang novel itu hanya menceritakan tentang bagaimana sebuah perjalanan cinta berlangsung dan malah hampir terdengar konyol jika seseorang jatuh cinta tanpa alasan.
Ya, setidaknya Yuko sempat berpikir mungkin pangeran menyukai pelayanan si tokoh utama yang sangat ramah, atau mungkin pangeran menyukai kue buatan si tokoh utama.
“Si penulis juga membuat kehidupan tokoh utama perempuannya terlalu tragis,” Sheriel berkomentar lagi lebih jauh. “Memang ada kehidupan seperti itu di dunia nyata? Dibuang, disiksa, nyaris jadi budak sampai akhirnya harus terdampar di depan toko roti milik keluarga si perempuan lembek?”
“Aku suka dia. Kupikir karena hidup kami sama.”
Sheriel tersenyum dengan wajah seolah mengatakan: Omong kosong!
“Kau mau hidup dalam novel sebagai si tokoh utama menyedihkan? Kalau aku lebih memilih menjadi Raeliana. Dia cantik. Putri seorang duke.”
“Dan dia sepenuhnya diabaikan oleh putra mahkota.” Yuko tidak akan pernah melupakan adegan itu.
Tepat di mana saat kecil, Raeliana pernah menjadi teman belajar pribadi putra mahkota, kemudian terlupakan seiring waktu. Bahkan saat kemunculan si tokoh utama perempuan. Kalau boleh Yuko akui, Realiana tidak jahat. Justru gadis itu menjadi satu-satunya yang tersakiti setelah semuanya.
“Kenapa melamun? Apa aku salah?” Sheriel mengambil langkah mundur di depan Yuko.
“Berbahaya jalan mundur, Sheriel. Kau mau menabrak? Kau sudah dewasa. Kenapa berjalan seperti itu?” Yuko melotot.
“Memangnya kenapa? Jika menabrak aku hanya akan menabrak orang yang jalan kaki.”
“Terserah.”
Sheriel tertawa lagi. “Cobalah berpikir yang rasional, Yuko. Novel itu diciptakan tentang kehidupan Raeliana. Jika kau jadi dia, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan membiarkan hidupmu menderita tanpa berusaha bahagia dengan yang kau punya?”
“Aku?” Yuko menunjuk dirinya sendiri.
Sheriel mengangguk. “Kalau aku jadi Raeliana, aku akan berusaha untuk bahagia meski tanpa putra mahkota. Aku bisa membuat kue kesukaanku, aku bisa berjalan ke mana aku mau karena aku anak seorang duke. Teman baik kaisar.”
“Kau benar,” kata Yuko setelah. “Jika aku jadi Raeliana, aku akan membuat kebahagiaanku sendiri. Berbuat baik dan tidak akan cemburu pada si tokoh utama.”
Sheriel menampakkan giginya melalui senyum lebar. “Jadi, kau menyukai Raeliana?”
“Aku kan tidak benci dia. Hanya saja ....”
Sheriel melihat Yuko melotot syok padanya sesaat sebelum tubuhnya terpental jauh dan keadaan mulai ramai. Pandangannya memerah. Sheriel menyaksikan Yuko berlari ke arahnya sebelum matanya tertutup.
“Aaahhh!!”Raeliana terbangun setelah mimpi buruk. Lagi-lagi mimpi buruk yang itu. Sebenarnya apa, sih? Kenapa ada mimpi seperti itu? Lagipula di mana mimpinya terjadi? Tempat dengan banyak lampu, gedung-gedung tinggi. Bocah 15 tahun yang terus saja memanggil namanya Sheriel bahkan setelah Raeliana merasa sudah dikuburkan dalam mimpi itu.“Nona, Anda tidak apa-apa?”Raeliana melihat ke pintu. Pelayan pribadinya Anne masuk tergesa-gesa dengan wajah cemas. Selalu saja begitu setiap kali ia terbangun sambil berteriak karena menghadapi mimpi buruk yang mengerikan.Raeli menggeleng sambil memegang kepalanya. “Tidak. Aku hanya mimpi tertabrak sesuatu.”Raeli tertabrak sesuatu yang ia sendiri tidak tahu apa itu.“Aduh!”Reali meringis karena ada sesuatu yang masuk ke kepalanya sampai membuat sakit. Rasanya mirip seperti disengat lebah saat ia pergi ke pelabuhan bersama papa pada umur 8 tahun.“Nona!”Tidak mungkin. Tubuh Raeli gemetar menyaksikan penglihatan itu. Kemudian langsung bangkit me
“Tunggu, permisi. Biarkan aku lewat.”Raeli agak berteriak sambil menyeruak masuk ke dalam kerumunan untuk mecapai sisi depan di mana gadis berambut merah itu meringkuk ketakutan. Setelah mencapainya, tanpa sadar Raeli memeluk gadis itu dan memberikan perlindungan.Ah, sialan.Raeli mengutuk tindakannya dalam hati. Kenapa ia harus ikut campur dengan ini? Seharusnya ia membiarkannya saja. Dengan begitu Reali tidak akan masuk ke dalam lingkaran cerita si penulis menyebalkan. Kalau begini, apa yang sudah Raeli lakukan benar-benar telah mencapai novel.Di novel tersebut tertulis bahwa Raeliana menolong si tokoh utama dan membuat gadis itu jadi pekerja di toko rotinya untuk membalas budi, karena gadis itu tidak punya tempat tinggal.Habis ini Raeli akan menyuruh gadis rambut merah ini pergi saja.“Apa yang kalian lakukan?” tanya Raeli pada kerumunan orang marah itu.Jika ingatannya benar, maka sekarang orang-orang ini sedang marah karena gadis di pelukannya itu mencuri roti dari tokonya.“
“Nah, ke mana kita akan mengirim ini?” tanya Raeli pada Anne yang menatap sekeranjang penuh pai buah dan pai daging buatannya. Juga beberapa roti lainnya.Raeli rasa sang marquess akan muntah jika makan sebanyak ini. Tetapi, Raeli rasa cukup untuk berterima kasih. Setelah itu ia tidak akan berurusan lagi dengan salah satu pria yang mungkin berasal dari cerita dalam novel ini. Ia akan hidup sebagai Raeliana pemilik toko roti. Raeli ingin hidup tenang sekali ini.Raeli juga menyelipkan selembar surat pendek untuk sang marquess sebagai ucapan terima kasih karena tidak membiarkan kejadian memalukan tertabrak kuda itu sampai ke koran.“Ke istana kaisar?” Anne kembali bertanya.Kening Raeli berkerut. Kenapa ke sana? Ia mengirimi pai itu untuk Marquess Knightdale dan bukannya baginda kaisar. Anne tidak membantu sama sekali, padahal ini idenya.“Tuan Tristan, Marquess Knightdale adalah tangan kanan Yang Mulia Ein.”“Ha?”Ein? Tangan kanan Yang Mulia Ein?Ahhhh!Sialan, Raeli tertipu. Astaga,
“Apa yang kau bawa Tristan?”Ein sudah berwajah masam sejak putri keluarga Servant itu meninggalkan istana. Berani sekali gadis itu menggunakan bahasa kasar padanya. Setelah lama tidak bertemu, ternyata putri Duke Servant tumbuh sedemikian menarik. Gadis itu punya senyuman yang bisa mengatakan apa isi kepalanya, seperti umpatan atau kutukan.Bukankah menarik?Lebih menarik lagi saat gadis itu terlihat tidak mau bertemu dengan Ein di saat dirinya menjadi perbincangan semua gadis di seluruh Easter.Raeliana De Servant.Ein pikir ketika beranjak dewasa, Raeliana akan tetap menjadi gadis pendiam yang suka membaca buku. Ternyata gadis itu perlahan punya hobi membuat kue, sampai-sampai Carry memberikan sebuah toko kue untuknya.Tetapi Ein rasa gadis itu belum berubah. Masih gadis yang lembek.Lalu kejadian Raeliana tertabrak kereta kuda itu menjadi pertemuan Ein setelah sekian lama. Benar-benar tidak menyangka Raeliana bisa merawat rambutnya jadi seperti helaian emas.“Menarik.”“Ya, Yang M
“Baik, Yang Mulia. Apa yang membuat Anda datang ke toko kecil seperti ini?”Raeli menyerang tepat pada inti kedatangan Pangeran Ein. Pasalnya, kedua pria yang menjadi tokoh utama dalam novel itu sama sekali tidak tertarik dengan Rose, sang pemeran utama perempuan.Semua cerita sudah jauh melenceng. Padahal tidak ada yang Raeli lakukan. Ia hanya menjalani hidupnya seperti biasa. Tidak terlibat dengan istana dan para peran utama. Hanya Rose yang memang bekerja padanya.“Tapi sebelum itu, Tuan Tristan?” panggil Raeli. “Anda menghabiskan kue buatan saya?”“Oh,” Marquess Knightdale tersenyum lebar dan melirik pada Pangeran Ein yang memberikan tatapan penuh ancaman dari ekor matanya.Terkutuklah pria itu jika terjadi sesuatu pada pai-pai buahnya tempo waktu itu. Apakah Pangeran Ein membuang kue-kue itu sebelum marquess memakannya?“Sungguh pai yang sangat enak,” jawab Tristan dan mata Pangeran Ein kembali menatap Raeli yang sudah memberikan pandangan ancaman.“Baguslah. Saya hanya berharap
Tiba juga hari di mana Raeli harus datang ke istana sendirian tanpa Anne. Ia datang dengan sekeranjang kue yang layak. Karena memang ini akan dimakan oleh Yang Mulia Permaisuri dan Tuan Putri Liliane.“Marquess Tristan?” panggil Raeli ketika melihat pria itu berdiri di pilar istana seperti sedang menunggu seseorang.“Ah, Nona Raeliana. Saya sedang menunggu Anda.”Pria itu tersenyum pada Raeli. “Saya akan mengantarkan Anda ke taman. Yang Mulia Permaisuri dan Putri Liliane sudah menunggu.”“Terima kasih.” Reali berjalan mengikuti Marquess Tristan.“Sepertinya Anda membawa kue yang enak, Nona.”“Oh, ya. Saya tidak mungkin memberikan seperti yang waktu itu.”Marquess Tristan tertawa. “Saya juga tidak menyangka bahwa akan sampai pada Baginda Kaisar.”“Tuan—”“Santai saja. Bisakah Anda memanggil saya Tristan saja?”“Sungguh?”Demi Dewa, Raeli senang sekali bisa menyudahi keformalitasan ini satu per satu. Cukup membosankan dengan panggilan yang sangat panjang. “Kalau begitu kau bisa memanggi
Akhirnya tiba juga pada hari debutante yang ditunggu oleh seluruh gadis kekaisaran Easter, kecuali Raeli.“Nona, saatnya bangun!” teriak Anne begitu memasuki kamar bersama beberapa langkah kaki lain.Astaga, Raeli ingin tidur saja seharian. Tidak bisakah mereka meninggalkannya? Tubuhnya benar-benar seperti remuk. Sudah beberapa hari sejak dari istana ia sibuk menyiapkan kue untuk jamuan debutante dan apa sekarang ia harus bangun?Raeli tidak mau datang untuk kedewasaan, ia ingin tidur saja sampai besok pagi.“Nona, bangunlah ini sudah tengah hari!”“Tinggalkan aku sendirian,” kata Raeli. Apa seseorang telah mencuri tulang miliknya? Kenapa rasanya sakit sekali jika bangun?“Nyonya akan datang jika Anda tidak bangun sekarang.”“Aku bangun.” Raeli segera bangun begitu nama ibunya di sebut.Sungguh, bukan apa. Ia tidak mau berurusan dengan Duchess Servant. Bisa jadi ada ceramah tentang apa yang boleh dan tidak boleh Raeli lakukan sebagai seorang gadis bangsawan. Apalagi itu keluarga yang
“Putra mahkota dan Tuan Putri Liliane memasuki ruang dansa!”Ein merasakan sikutan dari Liliane di perutnya. Gadis itu cemberut padanya.“Fokuslah, Kak. Mereka sudah mengumumkan kedatangan kita.”“Maafkan aku.”Bagaimana Ein bisa fokus jika dari atas sini ia bisa melihat Raeliana berdiri di dekat meja jamuan, sedang berbicara pada putri Count Rossent. Sepertinya gadis itu bisa mengatasi semua ucapan Vivian Rossent, hanya saja tidak berhasil mengendalikan amarahnya.Raeliana jadi seperti geram sendiri, menggapai-gapai udara, seakan tidak sabar ingin melakukan sesuatu pada Vivian Rossent. Apalagi kelucuan yang bisa Ein dapatkan diacara formal seperti ini? Bahkan Liliane saja berpikir kalau Raeliana jadi sangat menarik setelah lama tidak bertemu.Bagaimana ekpresi Realiana jika tahu orang tua mereka mengadakan pertemuan dan memutuskan pertunangannya dengan Ein? Awalnya Ein akan menolak ditunangkan dengan gadis itu. Ternyata setelah bertemu sendiri dengan Raeliana, gadis itu cukup menarik