Share

50. Burung Pelatuk Raksasa

Ketika burung pelatuk berekor naga itu telah benar-benar dekat, aku menyadari Alora tengah duduk dengan anggun di punggung burung itu. Aku turun dari langkan, dan seekor burung raksasa mendarat di hadapanku. Menyapu kabut tipis yang mengitariku, dan mengibas angin yang meniup kencang rambut dan jubahku.

Burung itu merendah hingga sayapnya yang lebar menempel di marmer jembatan. Namun Alora tidak turun dari punggung burungnya, ia tersenyum memandangku yang masih setengah terpukau dengan suasana di hadapanku.

“Mau terbang bersamaku?” Alora berhasil mengusir kekosongan di otakku.

“Kemana?” tanyaku.

“Mengitari Tumaya,” jawabnya dengan anggun. “Menikmati keindahan malam di atas punggung burung ini.”

Sepertinya itu ide yang bagus. Aku melangkah mendekat, lalu merangkak naik ke punggung burung itu. Beberapa detik setelah aku duduk dengan mantap di punggungnya, burung itu bangkit dengan gagahnya, lalu melejit dari jembatan. Sayapnya terkepak indah di udara, dan ekor naganya melambai di tiap-t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status