Denting piano yang mengalun dengan nada tinggi dan cepat, mendadak menukik tajam dan memelankan tempo menjadi lantunan syahdu yang menghanyutkan pendengarnya. Jetro dengan lincah terus menekan tuts piano seperti sedang menari dengan jemarinya.
Selera musiknya memang luar biasa bagus dan dari emosi yang tersalurkan melalui insting yang tepat, Jetro menghasilkan pertunjukan yang tidak kalah istimewa dengan pemain piano professional.
Minerva adalah pendengar dan penonton setianya. Jarang ada yang mengetahui, jika Minerva adalah pengasuh Jetro sejak remaja dulu.
Menyimpan rapat-rapat akan masa lalunya yang tidak indah, Jetro menjadi pribadi yang selalu menutup diri dari orang asing. Ibunya adalah manusia biasa yang terlanjur jatuh cinta pada pesona Asmodeus. Salah satu iblis neraka yang mencoba mencari kesenangan di dunia manusia. Lahir dan menjadi putra kesayangan, ternyata memicu kesialan yang terus membayangi hidupnya hingga sekarang.
Jetro bukanlah satu-s
Trey mengibaskan ekornya dan mengendus beberapa kali ke arah luar apartemen yang ada di lantai sepuluh tersebut. Pintu menuju balkoni memang terbuka, tapi Milly tidak mencium apa pun di luar sana. Milly tidak paham, apa yang mampu membuat Trey gelisah dan waspada.“Trey …,” panggil Milly dengan pelan.Trey terdiam sebentar sementara kupingnya mencuat tegak. Rambutnya yang dipotong pendek setelinga turut bergerak saat Trey menoleh.“Ada seseorang yang ada di bawah dan itu …,” Trey berhenti kembali. Setelah terdiam sesaat, mendadak Trey menggeram dan menyeringai kesal.“Manusia yang menyerang Maxer ada di sana!” cetus Trey yakin dan makin melangkah ke balkoni dengan sikap panik.“Cukup, Trey! Hubungi, Jetro dan jangan tempuh resiko sendiri!” tahan Milly mulai cemas.Trey melongok ke bawah dan dengan wujud manusia rubah, hidungnya bergerak cepat seperti mencari dan memastikan manusia
Orang yang telah Jetro bunuh itu masih tergeletak di lantai parkiran dan tidak ada satu pun yang mempedulikan. Masing-masing pengunjung yang datang dan pergi hanya menyapa Jetro dengan sikap normal, seperti tidak terjadi apa-apa!Bagaimana dia bisa hidup dan menerima uluran tangan dari makhluk kegelapan seperti Jetro? Sementara ia menghindari sosok yang berusaha mencelakainya dan Maxer, Milly kini justru terjebak dengan pembunuh berdarah dingin. Sungguh ironis sekali.Lima menit kemudian, Milly yang mulai terisak dan tergugu dalam rasa takut yang mencekam, menangkap sosok yang Virgo muncul!Hatinya makin terbelenggu oleh rasa terror yang menyiksa. Ia mengingat dengan jelas, bagaimana Virgo pernah mengancam pernah akan melukai dirinya.Dengan ringan, Virgo menenteng dua jenazah tanpa beban serta melemparkan ke atas truk kecil yang ia bawa. Setelah bicara dengan Jetro sebentar, Virgo melangkah kembali untuk pergi. Milly mengikuti dengan pandangan dan Virgo
Matanya masih bengkak saat Milly menyapa Maxer pagi itu. Sahabatnya mulai bisa bergerak dan beraktivitas seperti biasa walau masih dengan gerakan perlahan. Jahitan dari ujung pundak kiri hingga ke kanan itu seperti menceritakan, bagaimana kejinya percobaan pembunuhan yang Maxer alami.“Kamu nangis lagi,” ucap Maxer lirih seraya memakai kemeja tanpa bantuan siapa pun.Hanya baju dengan model kemeja yang bisa Maxer pakai tanpa meregangkan ototnya.Milly mengancingkan kemeja dan tidak menjawab lontaran kalimat dari Maxer.“Mill …,” panggil Maxer.Matanya sendu dan menatap Milly dengan wajah prihatin. Wanita yang menjadi satu-satunya saudara tanpa ikatan darah itu tersenyum lembut.“Cuman kesel aja sama situasi kita sekarang. Nggak tahu siapa yang punya niat jelek, sampe tega mau bunuh kita berdua.”Jawaban Milly tidak Maxer percayai begitu saja. Namun pria itu paham ada sesuatu yang terjadi pada
Milly dan Jetro menghadiri pesta yang ternyata jebakan untuk membunuh pria yang selama ini menjadi musuh para pebisnis kotor. Mereka sengkokol dan mencoba merebut sumber kekuatan Jetro, yang Milly sendiri baru ketahui! “Tuan Six, terima kasih sudah memenuhi undangan kami malam ini!” sapa pria yang ternyata menjadi pemimpin penyerangan tersebut. “Lancey! Seharusnya kubunuh kau sedari dulu!” desis Jetro dengan geram. Milly yang mundur dan ketakutan akan wujud Jetro yang kini sepenuhnya tampil sebagai iblis keturunan Asmodeus, mencoba menguasai diri. “Jangan jauh-jauh, Milly!” bentak Jetro. Dengan terpaksa dan gemetar, wanita itu kembali mendekat. “Milly Berliana. Diakah wanita yang diinginkan oleh semua pria?” ucap Lancey sembari membuka kain penutup wajahnya. Milly memekik kecil melihat wujud Lancey yang tidak jauh beda dari Jetro. Kulitnya merah dan tanduk kecil mencuat dari dahinya. “Apa maumu, Setan Kecil?!” bentak Je
Angin laut yang dingin dan berembus kencang, membuat tubuh Milly menggigil. Bajunya basah dan tidak mampu menahan rasa dingin yang menggigit. Dengan sekuat tenaga, Milly menarik tubuh besar Jetro yang mulai kehilangan kesadaran penuh dan terkulai tanpa bergerak.“Jangan mati, Jetro! Kumohon jangan tinggalkan aku sendiri!” isak Milly dengan sesegukan.Sementara sedu sedan terlontar, Milly mengerahkan semua tenaga dan kekuatan untuk memindahkan tubuh pria yang menjadi satu-satunya teman saat ini. Akhirnya dengan hati gundah dan mencoba untuk menguasai diri, Milly berhenti lalu menatap ke sekeliling pantai yang sedikit terang dari cahaya bulan sabit.Ada sebuah gua yang entah aman atau tidak, dan mereka bisa berteduh di sana. Semangat Milly kembali bangkit dan menyeret tubuh Jetro dengan lebih kuat lagi. Setelah berjuang selama satu jam lebih, akhirnya ia berhasil membawa mereka ke mulut gua. Walau ragu dan tidak yakin tempat itu aman, Milly tidak ada p
Istilah yang paling bisa Milly gambarkan saat ini dengan pengetahuan sederhananya adalah satu kalimat: bertahan hidup. Kalimat ‘survivor’ atau penyintas, mungkin tidak akan pernah terlintas dalam benaknya. Kecerdasannya ia pikir sangat terbatas karena tidak mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan sekolah menengah dan Milly hanyalah lulusan SMP saja.Merasa kurang percaya diri dan tidak meyakini jika dirinya tergolong pintar, mendorong Milly untuk, hampir, tidak pernah menggunakan otaknya untuk mencari nafkah. Semua jalan keluar yang tercetus adalah dua hal saja. Otot dan tubuhnya.Namun saat menghadapi situasi saat ini, Milly tanpa sadar menjalankan sesuatu yang diluar kebiasaannya. Wanita itu mulai berpikir dan mencari jalan keluar untuk memanfaatkan alam sebagai solusi.Tiga hari berlalu dan terasa lambat. Sementara Jetro belum kunjung siuman, Milly akhirnya menghabiskan waktu untuk mencari banyak hal. Dengan cekatan dan kreatif, Milly membuat t
Braak!! Pintu itu ditendang dengan keras hingga hancur di tengahnya. Virgo melesak masuk sendirian dengan wajah garang dan raung kemarahan terlontar. Kantor yang ada di lantai lima belas tersebut menjadi porak poranda dan berantakan. Seluruh manusia yang ada di dalam, sontak lari tunggang lenggang. Bagaikan binatang yang sedang lepas kendali, Virgo tidak lagi peduli siapa yang ada di hadapannya. Pedangnya melibas dengan cepat dan menumbangkan manusia yang ada di sekitar. Kantor milik Greta, wanita yang mengundang Jetro untuk datang ke pestanya, kini menjadi lautan darah. Jerit tangis dan ratap pilu terdengar. Mereka yang selama ini menjadi kaki tangan Greta dalam menjalankan bisnis kotor dan telah Jetro peringatkan berkali-kali, akhirnya harus menerima akibat yang fatal. Tidak ada lagi yang Virgo sisakan. Kepergian Jetro yang tidak ada jawaban, membuat pria itu kalap. Keyakinan karena ini adalah andil Sybil dan juga seluruh antek-anteknya, mak
Tubuh dua sosok manusia dengan beda latar belakang itu masih tergeletak dan lelap dalam tidur. Jetro dan Milly, masih terdampar hingga seminggu lebih di pulau kecil yang keduanya tidak tahu ada di mana.Jetro akhirnya terbangun lebih dulu. Matanya terbuka dan ia terjaga penuh. Pertama kali yang ia lihat adalah seraut wajah mungil yang masih terlihat menawan, meskipun terlantar di alam bebas selama berhari-hari.Hanya bibirnya saja yang terlihat mengering dan kulitnya agak sedikit gelap. Namun Jetro justru menyukai warna kulit Milly yang sekarang. Warna buah peach terang yang eksotik dan menambah daya tarik tersendiri baginya.Ah, batin Jetro mengelepar dan luruh ke dalam pesonanya.Milly selalu berani dan mau memperjuangkan hidup, meski tangan kecilnya kadang terkekang oleh keadaan.Apakah ada keberanian dari Jetro mengungkapkan isi hatinya nanti?Didorong oleh keinginan untuk tidak membiarkan situasi ini berlarut, Jetro memejamkan mata, men