Share

The Hero of My Life
The Hero of My Life
Penulis: Ayunina Sharlyn

Prolog

Manusia adakalanya mengeluh. Mungkin juga menyesali hidupnya. Mengapa aku ada di tempat ini? Mengapa harus aku yang mengalami semua yang tidak kuharapkan?

Untuk apa semua itu terjadi? Untuk apa aku ada dan hidup jika semua hanya kepedihan? Perlukah dipertanyakan? Karena seringkali jawabnya hanya ditemukan di tangan Sang Ilahi.

220496

________________________

Senyum Dokter Ganteng

"Terima kasih, Dokter. Saya jadi cepat sehat. Abis dokternya keren gini." Seorang ibu tersenyum lebar setelah selesai diperiksa seorang dokter muda dan tampan.

"Besok sudah bisa pulang ya, Bu Fani. Ga usah balik lagi, sehat terus," ujar dokter itu sambil tersenyum manis. Senyumannya menawan dengan mata sedikit lebar dan alis yang tajam.

"Kalau dokter yang periksa, sakit tiap minggu juga mau saya," kata Bu Fani. Dia tidak bosan memandang dokter berwajah tegas dengan hidung mancung yang bagus itu.

"Ibu bisa saja." Dokter itu tersenyum lagi.

"Sampai ketemu lagi, Dokter David." Ibu itu melambai.

David Rodriguez Dwika Adiguna, dokter muda yang tampan, menjadi idola para perawat dan pasien. Dikenal ramah dan baik hati. Namun siapa yang tahu, hatinya menyimpan luka teramat dalam. Tunangannya pergi meninggalkan dia, tepat tiga bulan sebelum hari pernikahan mereka dilangsungkan. Hampir dua tahun berlalu, David masih sangat sulit melupakan Listy Fradianti. Wanita yang dia cintai itu telah menjadi model terkenal di ibukota. Karena karir yang dia kejar, Listy rela melepas David, sekalipun hubungan mereka telah berjalan hampir lima tahun.

"Model baru yang makin naik daun, Listy Fradianti, dikabarkan kini dekat dengan artis senior Boy Winston. Ya, menurut kabar …."

David mengangkat wajahnya melihat ke depan, wajah cantik itu kembali berkeliaran di layar kaca. David mengambil remote dan mematikan TV.

"Baru lihat TV, kamu lagi yang muncul." David kesal juga. Cepat-cepat David memakan habis gado-gado di piringnya.

Setelah itu dia pergi mandi dan berangkat tidur. Dia harus ambil waktu istirahat, karena sore akan praktek jam empat sampai jam delapan di klinik, lalu langsung mendampingi salah satu dokter seniornya, melakukan operasi.

"Aku ga bisa, Dave. Aku punya impian besar di hidupku. Kalau aku di sini, aku ga akan jadi apa-apa. Maaf, kita harus pisah." Masih terngiang jelas di telinga David, Listy memutuskan hubungan mereka.

"Listy, apa kita harus bubar? Pikirkan lagi. Semua sudah kita rencanakan untuk married tahun ini. Tinggal tiga bulan lagi, Listy." David membujuk Listy. Dadanya terasa carut marut mendengar apa yang Listy katakan.

"Setelah kita nikah, aku ga akan menghalangi karirmu. Aku bisa paham impian kamu. Kita bicarakan lagi, pasti ada solusi," lanjut David, memandang Listy dengan tatapan memelas.

"Dave, kalau kita nikah, semua akan berbeda. Kesan model single dan yang sudah ada pasangan itu beda. Kita mungkin memang ga berjodoh. Maafkan aku ... Terima kasih untuk kebersamaan kita selama ini." Dengan lembut, Listy mencium pipi kekasihnya, meletakkan cincin pertunangan di meja, dan meninggalkan rumah David.

"Listy ...." David terbangun. "Kenapa masih kepikiran terus? Sampai terbawa saat tidur?"

Kepedihan karena Listy masih menganga. Banyak gadis cantik mendekat, David tak kunjung ingin beralih. Enggan memulai lagi, karena takut lukanya akan terulang.

*****

Tangis Gadis Kecil

Di sisi lain, di luar kota. Di sebuah desa yang indah dan asri.

Lintang Widari Margita. Gadis hampir tujuh belas tahun itu menatap makam di depannya. Hatinya galau dan sedih. Air mata menetes di kedua pipinya yang kuning langsat. Dia elus nisan putih ibunya. Pilu, itu yang dia rasakan. Beberapa kali terdengar isakan dari gadis itu. Dia bersimpuh di sisi makam, masih mengenakan seragam SMA. Pulang sekolah, Lintang memang sengaja langsung mengunjungi makam ibunya.

"Ibu, hampir satu tahun Ibu pergi. Tapi aku tetap sangat kehilangan. Kehidupanku sekarang memang lebih baik. Tapi di rumah itu tidak ada Ibu lagi. Pak Lurah dan Bu Lurah sangat baik padaku dan Wulan. Walau begitu, tanpa Ibu, tetap tidak sama," kata Lintang pelan. Semua kenangan saat masih bersama ibu silih berganti memenuhi kepalanya. Hari-hari itu tidak mungkin akan kembali. Ibu telah pergi untuk selamanya.

Kehidupan Lintang bagaikan gelombang laut yang terus bergelora. Ketika dia berusia sepuluh tahun, ayahnya pergi meninggalkan dia dan adiknya Wulan, bersama ibu di desa. Ayahnya menghadapi tekanan berat karena tidak punya pekerjaan setelah mengalami PHK. Situasi yang sulit membuat ayah menjadi pemabuk dan kejam pada anak dan istrinya. Ingin mengubah nasib, dia memilih pergi ke kota.

Sejak itu tidak pernah ada kabar lagi tentang ayah. Ibu harus berjuang keras menghidupi kedua putrinya. Namun sayang, kesulitan hidup membuat sakit mendera tubuh ibu. Hingga akhirnya, karena tidak mampu pergi ke dokter, ibu terpaksa menghembuskan nafas, meregang nyawa, dan meninggalkan Lintang dengan Wulan, sendirian. Seorang gadis remaja yang tidak mengenal banyak asam garam kehidupan bersama adiknya, yang baru berusia sepuluh tahun.

“Tapi aku janji, Bu, aku akan menjaga Wulan, aku akan melindungi dia. Dia akan baik-baik saja. Ibu jangan kuatir.” Lintang menguatkan hatinya, dia elus lagi nisan putih di depannya itu.

Kehidupan terus berjalan. Meratapi nasib tidak akan ada guanya. Dia tidak boleh lemah dan menyerah. Lintang punya mimpi, entah bagaimana dia harus bisa mewujudkan mimpinya itu. Dia akan sekolah hingga selesai, kemudian dia akan bekerja di toko kue. Lintang suka membuat kue. Dia akan belajar di sana agar satu kali nanti dia bisa punya toko kue sendiri. Itu mimpinya, yang adalah mimpi ibunya juga.

Setelah puas melepas rindu dan pedih di depan pusara ibunya, Lintang berdiri. Dia merapikan pakaiannya, mengangkat tas dan berjalan pulang. Ada rasa takut mendera saat Lintang semakin dekat dengan rumah Pak Lurah. Telah satu minggu, anak Pak Lurah yang telah selesai kuliah di kota pulang. Harjo Sasmito, panggilannya Mito. Dia bersikap dingin dan kasar pada Lintang dan Wulan. Dari awal dia datang, dengan tegas dia mengatakan tidak suka pada kakak beradik itu.

Sekalipun Pak dan Bu Lurah menjelaskan mengapa Lintang dan Wulan tinggal dengan mereka, Mito seolah tidak lega. Dia akan bertindak semaunya bahkan semakin hari semakin kejam saat orang tuanya tidak ada di rumah. Lintang sangat kuatir dengan Wulan. Adiknya itu mulai terus ketakutan jika keluar kamar dan tampak Mito di sekitar mereka. Dua malam terakhir Wulan bahkan mengigau tidak jelas dalam tidurnya dengan tubuh gemetar.

“Tuhan, kumohon, lindungi aku dan Wulan.” Lintang mengucapkan doa sambil memandang rumah Pak Lurah yang sudah tampak di depannya.

*

Dokter baik hati di kota dan gadis kecil yang malang di desa. Mereka tidak akan pernah mengira jika satu kali hidup yang menggulirkan suatu tragedi akan mempertemukan mereka.

"Tuhan, aku hanya rindu kasih sayang yang tulus. Cinta dari seorang wanita yang Kau berikan untukku. Adakah itu? Jika Kau sediakan seseorang, kirimkan dia padaku." – David.

“Mimpiku punya rumah mungil yang cantik dengan seorang pria baik hati yang menyayangiku dan Wulan. Tuhan, jika aku meminta, apakah itu berlebihan?” – Lintang.

Seandainya bisa melihat masa depan, ada sesuatu yang lebih indah dari mimpi sederhana nan manis itu ….

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Little Casper
menarik. next
goodnovel comment avatar
Tri Setyorini
ceritanya menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status